UNTUK membuat hole in one barangkali tak perlu menunggu sampai 7
tahun. Tetapi untuk menjadi tuan rumah kejuaraan dunia (World
cup) Presdir PT Pondok Indah Padang Golf, Ciputra, harus
bersabar menunggu sampai sekian lama.
Ketika mula-mula membangun lapangan di daerah Kebayoran Baru,
Jakarta itu (tahun 1976), dia bercita-cita suatu ketika bisa
menjadi tuan rumah kejuaraan antarbangsa. Untuk mendapatkan daya
tarik, pegolf-pegolf jempolan, seperti Johnny Miller dan Fuzzy
Zoeller dari AS, serta Isao Aoki dari Jepang, sengaja diundang
untuk main di situ. Sekaligus mau meyakinkan dunia golf, bahwa
Pondok Indah memang pantas jadi tuan rumah kejuaraan dunia. Dan
akhirnya Federasi Golf Internasional (IGA) 2 minggu yang lalu
memutuskan untuk menggunakan lapangan itu sebagai tempat
berlangsungnya kejuaraan ke-30 yang direncanakan berlangsung
Desember mendatang.
"Ini adalah kesempatan yang bagus. Bayangkan, Indonesia selama 4
hari akan disaksikan dunia," kata Ciputra bersemangat. Menurut
rencana, kejuaraan itu akan dipancarkan ke seluruh dunia melalui
siaran televisi. Tokoh real estate itu memperhitungkan siaran
televisi itu merupakan promosi murah buat Indonesia. "Karena
untuk mendapatkan tempat 2 halaman saja untuk iklan di majalah
Fortune misalnya, kita harus bayar dua ratus lima puluh juta
rupiah," sambungnya pula.
Ia mengakui bulan terlalu mepet untuk mempersiapkan kejuaraan
tersebut. "Tetapi kalau kita tidak mau terima sekarang,
kesempatannya baru muncul lagi empat atau lima tahun yang akan
datang." Jika Indonesia keberatan, maka kejuaraan itu akan
berkeliling dulu di Eropa atau Amerika, baru kemudian kembali ke
Asia. Jepang, Muangthai, Singapura dan Filipina merupakan
negara-negara Asia yang pernah menjadi tuan rumah.
Kejuaraan itu nanti akan diikuti 32 negara yang diwakili
masing-masing 2 pegolf. Indonesia termasuk 22 negara yang bebas
dari babak penyisihan. Sedangkan 10 negara lain dikenakan babak
kualifikasi antarzone benua. Belum diketahui siapa wakil
Indonesia. "Tapi bakal ramai. Tuan rumah akan berada dalam satu
kelompok dengan juara dunia tahun lalu, Spanyol. Kita masih jauh
di bawah mereka, tapi akan ramai menyaksikan misalnya Mat Kajal
lawan Manue: Pinero dari Spanyol kata Ciputra dengan tawa
berderai.
Kejuaraan itu sendiri hanya memperebutkan uang hadiah sebesar
US$ 92.000 atau sekitar Rp 64 juta. Hadiah tertinggi yang
tercatat adalah US$ 500.000 ketika Afrika Selatan
menyelenggarakan turnamen di kota judi Sun City, 2 tahun yang
lampau. Tapi ongkos transpor, biaya penginapan selama kejuaraan
di Jakarta akan ditanggung panitia. Malahan disediakan pula
sejumlah uang saku. Biaya kejuaraan itu diperhitungkan mencapai
US$ 600.000.
Indonesia kelihatannya beruntung. Sebab Federasi Golf
Internasional bersedia mengubah peraturannya yang semula
mengharuskan tuan rumah mengundang Afrika Selatan dan Israel.
"Tergantung tuan rumah, mana negara yang diberi visa manayang
tidak," ujar Charles Cuccinello.
Charles adalah utusan Federasi Golf Internasional yang sengaja
datang untuk membuat kontrak dengan pihak Indonesia. Ia yang
ber-handicap 8 itu juga akan meninjau dan menjajal lapangan
Pondok Indah untuk membuktikan ucapan Johnny Miller bahwa
lapangan itu memang bermutu.
Kelihatannya dia puas dengan lapangan yang dirancang Robert
Trent Jones Jr, seorang insinyur yang bersama ayahnya sudah
membangun 400 padang golf yang tersebar antara Alaska sampai
Sahara, di lebih dari 25 negara. Jones Sr. pernah mendapat
penghargaan dari American Society of Golf Course Architects
untuk pengabdiannya yang tiada putus selama setengah abad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini