Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Nyong akhirnya ke ludensscheid berobat ke jerman barat

Lius pongoh, berangkat ke jerman barat untuk berobat di rumah sakit hellersen, cidera di punggungnya. (or)

19 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK kelihatan dia menderita sesuatu penyakit. Lius Pongoh, 22 tahun, berjalan gontai diantar Facarnya, Agnes Theresia Sondakh, menuju ruang tunggu keberangkatan pesawat di Halim Perdanakusumah, 11 Maret petang. Setelah tertunda beberapa bulan lamanya, jadi juga dia berangkat ke Jerman Barat untuk mengobati punggungnya yang sakit. Nyeri punggung itu menurut beberapa sumber sudah dideritanya sebelum masuk Pelatnas 1978. Berdasarkan pemeriksaan dokter, dikatakan dia harus beristirahat Namun Lius berlatih terus. Malahan terpi lih menjadi pemain tunggal kedua dalam tim Thomas Cup Indonesia tahun 1982. "Penyakitnya itu tak tentu datangnya. Pada waktu Thomas Cup melawan RRC tempo hari, baru pada pertandingan kedua dia terserang. Dan kalau sudah kena serangan mengangkat kepala saja rasanya sakit bukan main," cerita Darius Pongoh, 50 tahun, ayah Lius Pongoh. Menuju rumah sakit olahragawan Krankenhaus fur Sportierletzte "Hellersen" di Kota Ludenscheid, Lius ditemani Winarto penggemar bulu tangkis yang kebetulan sedang belajar di Jerman. Tetapi menurut Darius Pongoh, Lius sendirilah yang akan menentukan sikap kalau-kalau dokter di rumah sakit itu menanyakan setuju-tidaknya dioperasi. "Di sana nyong sendiri yang memutuskan," ucap orang tua itu menirukan kata-katanya kepada Lius. Sejak Desember yang lalu, ketika KONI Pusat memutuskan untuk membantu biaya pengobatannya sebesar Rp 3,5 juta, Lius yang tinggal di sebuah rumah yang sedangsedang saja di daerah Pasar Minggu, Jakarta tak henti-hentinya bertukar pikiran dengan ayahnya yang membinanya sebagai pemain bulu tangkls seJak berumur 5 tahun. Mereka sudah menimbang-nimbang sampai pada kemungkinan yang terjelek. Misalnya apakah Lius akan menerima operasi dengan risiko tak bisa berprestasi lagi. Atau tidak dioperasi dan masih bisa berprestasi seperti sekarang (dengan gangguan penyakit yang bisa menyerang tiba-tiba) tetapi dengan kemungkinan lumpuh di kemudian hari umpamanya. Pemain bulu tangkis putri, Ivanna Lie, juga berobat di rumah sakit itu tahun lalu. Dia hanya tinggal 2 minggu setelah lendir dari tungkai tumitnya berhasil dikeluarkan melalui operasi yang berlangsung selama 20 menit. Ivanna sendiri yang memilih bius lokal ketika operasi itu akan dikerjakan. Musik-musik lembut, acara televisi berwarna ternyata tidak membikin betah anak Bandung itu di rumah sakit tersebut. "Pelayanannya bagus sekali," cerita Ivanna. Tetapi dia rupanya tak betah karena dokter dan perawat hanya mau berbahasa Jerman - bahasa yang tidak dikuasainya. Dia sempat juga kaget melihat perawat pria yang melayani semua macam pekerjaan di situ. "Cuma saya menolak ketika mereka datang untuk membuang pispot saya," ungkapnya. Rumah sakit Hellersen yang terletak 100 km dari Bonn itu saban tahun melayani 20.000 pasien yang berobat jalan, dan merawat sekitar 5.000 pasien. Sebanyak 4.000 operasi besar dan kecil pernah dikerjakan di sini. "Banyak yang kecele, karena mereka menganggap sebagian besar pasien yang dirawat di sini hanya datang untuk dioperasi, kata Prof. Thiel salah seorang pimpinan rumah sakit itu kepada Pembantu TEMPO di Jerman Barat. Terkadang, katanya, hanya diperlukan pijat, senam dan latihan-latihan tertentu. Rumah sakit ini sebenarnya tidak hanya melayani olahragawan, tapi juga orangorang biasa. Cuma karena banyak atlet terkenal yang dirawat di sini, maka dia dijuluki rumah sakit olahragawan. Urlike Mayfarth, pemegang rekor dunia lompat tinggi putn, asal Jerman Barat, beberapa kali dirawat di sim. Sedangkan Thomas Wessinghage, juara lari 5.000 meter dalam kejuaraan Eropa tahun lalu pernah bekerja di sini sebagai asisten. Rumah sakit Jerman itu, nampaknya bakal jadi langganan olahragawan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus