Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Matador Penguasa Kuda Besi

Pembalap Spanyol mendominasi balapan MotoGP dalam lima tahun terakhir. Ditopang kultur, ketersediaan infrastruktur, dan pembinaan sejak usia sangat dini.

31 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARC Marquez, 23 tahun, tiba disambut tepuk tangan. Sebanyak 16 siswa Astra Honda Racing School (AHRS) memang tengah menunggu pembalap asal Spanyol itu di salah satu ruangan di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa pekan lalu. M. Fadli, mantan pembalap nasional yang saat itu menjadi instruktur di kelas tersebut, langsung mempersilakan Marquez membagikan tip gaya membalap yang telah mengantarnya merebut lima gelar juara dunia, termasuk tiga di pergelaran MotoGP.

Sambil tertawa, Marquez naik ke sadel sepeda motor Honda CBR250RR. Ia lantas mempraktekkan gaya duduk yang baik, termasuk posisi kaki yang pas. Ia menyebutkan posisi kaki sering jadi kesalahan mendasar di kalangan pemula. "Posisi duduk yang benar sangat penting dalam membalap, terutama kaki. Semuanya bermula dari kaki, untuk aerodinamis atau menikung," katanya.

Di hadapan para siswa yang asyik menyimak, juga wartawan yang meliput, pembalap berjulukan Baby Alien itu juga memperagakan berbagai posisi saat membalap, termasuk pilihan mengerem dengan satu, dua, atau tiga jari. Marquez kemudian mengajak para siswa, yang dibagi dua kelompok, memperagakan tip darinya dalam balapan langsung di Sirkuit Sentul. Aksi mereka diiringi sorak-sorai penonton yang memenuhi tribun.

Pelatihan untuk para siswa AHRS itu hanya salah satu dari rangkaian kegiatan Marquez di Sentul. Ia juga didapuk menjajal performa sepeda motor terbaru produksi PT Astra Honda Motor, All New Honda CBR250RR. Panitia juga mengajak pembalap ini merayakan gelar juara dunia MotoGP yang baru diraihnya bersama pendukungnya. "Saya selalu senang datang ke sini. Dukungan dari fan di Indonesia selalu luar biasa," ujarnya.

Gelar juara dunia dipastikan Marquez di Sirkuit Motegi, Jepang, tiga minggu lalu. Kemenangan di sirkuit itu memastikan poin pembalap Honda tersebut tak mungkin terkejar pembalap Yamaha asal Italia, Valentino Rossi, meski saat itu balapan masih menyisakan tiga seri.

Pengamat MotoGP, David Emmet, menyebutkan keberhasilan Marquez memastikan pembalap Spanyol mengalami tahun keemasan. "Kini Spanyol bisa menyejajarkan diri dengan Italia, Amerika Serikat, dan Australia yang pernah mendominasi balap sepeda motor kelas premium selama lima tahun secara beruntun," tulis Emmet dalam blognya, Mottomater.

Selain meraih gelar juara tahun ini, Marquez menjadi juara pada 2013 dan 2014. Sedangkan pada 2012 dan 2015, pembalap Spanyol, Jorge Lorenzo, menjadi kampiun. Sebelum itu, dominasi di balapan kelas premium ini beralih-alih ke berbagai negara. Italia pernah merajai saat Giacomo Agostini menjadi juara tujuh kali secara beruntun pada 1966-1972. Lalu ada Rossi yang menjadi juara lima kali beruntun pada 2001-2005, selain meraih dua gelar lain pada 2008 dan 2009.

Amerika Serikat mengalami era keemasan pada 1988-1993, saat Eddie Lawson, Wayne Rainey, dan Kevin Schwantz secara bergantian memboyong lima gelar juara. Australia merebut dominasi itu setelah Mick Doohan merajai kejuaraan tersebut lima tahun berturut-turut, mulai 1994 hingga 1998. Sedangkan Inggris pernah dominan pada 1960-an, tapi hanya mampu empat kali juara lewat Mike Hailwood pada 1962-1965.

Setelah Alex Criville tenggelam di bawah bayang-bayang Rossi, Spanyol mulai diperhitungkan setelah Dani Pedrosa masuk kelas premium pada 2006 dan menjadi runner-up tahun berikutnya. Jorge Lorenzo kemudian mampu membawa Spanyol meraih podium tertinggi pada 2010.

Terus menguasai gelar juara dunia dalam lima tahun terakhir, dominasi pembalap Spanyol lebih terasa pada musim ini. Dari 16 seri yang berlangsung, pembalap Spanyol hanya absen dari podium pada seri GP Belanda di Sirkuit Assen. Dari 48 tempat podium yang tersedia, para matador kuda besi itu berhasil mengisi 25 tempat, dengan 19 tempat lain direbut pembalap Italia, yang dimotori Rossi. Musim ini enam pembalap Spanyol juga menempati posisi sepuluh besar klasemen, sedangkan Italia hanya diwakili tiga pembalap.

Mick Doohan sudah melihat benih dominasi Spanyol itu pada 2012, saat Lorenzo menjadi juara untuk kedua kalinya. "Spanyol negara MotoGP yang penuh hasrat. Mereka punya banyak pembalap yang bagus. Saya pikir ini giliran mereka," katanya. Prediksinya terbukti tak keliru.

Dominasi tak lepas dari tradisi olahraga otomotif (otosport) di negara itu. Setelah Perang Dunia II, industri motor Spanyol berkembang pesat. Bultaco, Derbi, Montesa, Ossa, dan MotoTrans merupakan perusahaan kendaraan roda dua yang cukup disegani. Kebijakan anti-impor Jenderal Francisco Franco, pemimpin Spanyol saat itu, membuat perusahaan yang berbasis di Catalan tersebut tumbuh cukup subur.

Kuatnya industri sepeda motor itu menumbuhkan kultur balap di masyarakat. Kompetisi balap roda dua pun bertumbuhan, khususnya di Catalan. Tak mengherankan jika hampir semua pembalap Spanyol—Marquez, Pedrosa, Alex dan Pol Espargaro, serta Maverick Vinales—berasal dari Kota Barcelona dan sekitarnya.

Langkah menuju era keemasan mulai dirintis pada awal 1990-an. Spanyol membangun banyak sirkuit untuk menjalankan kompetisi. Kini mereka memiliki empat sirkuit yang menjadi tuan rumah MotoGP: Jerez, Aragon, Catalunya, dan Valencia. Selain itu, Spanyol memiliki 13 sirkuit lain yang fasilitasnya tak kalah bagus.

Pedrosa mengatakan keunggulan fasilitas dan struktur kompetisi berperan penting mendongkrak prestasi pembalap di negaranya. "Tapi, yang terpenting, federasi kami memperhatikan betul anak-anak usia 8-10 tahun. Saya pikir itu kuncinya. Spanyol percaya pada balapan sepeda motor," ucapnya dalam wawancara di situs resmi Honda pada 2011.

Spanyol melakukan pembenahan pembinaan usia dini sejak 1993. Mereka membuka kembali balapan kelas 50 cc. Kompetisi ini diperuntukkan bagi pembalap lebih muda, usia 6-13 tahun, dan dilaksanakan dengan aturan lebih ketat. Tak hanya membatasi kapasitas mesin, pengelola juga mengatur berbagai komponen lain, dari besar karburator, ukuran manipol, ukuran knalpot, hingga berat tubuh pembalap. Tujuannya agar pembalap muda mereka memiliki kematangan teknik dan tak terlalu bergantung pada setelan sepeda motor ketika berkompetisi.

Dukungan sponsor dari perusahaan dalam negeri juga sangat membantu menjalankan roda kompetisi. Dengan bantuan Repsol, perusahaan minyak negeri itu, kejuaraan junior berskala internasional, Open Ducados International Championship, digulirkan. Kejuaraan itu kemudian menjelma menjadi Campeonato de Espana de Velocidad Repsol International Championship (CEV Repsol), yang diakui sebagai kejuaraan dunia junior.

Menggunakan sepeda motor sama seperti kelas Moto2 dan Moto3 di seri dunia, kompetisi CEV lantas menjadi ajang penggemblengan awal pembalap sebelum terjun ke kejuaraan dunia level senior. Kini kompetisi itu memasok hingga 75 persen pembalap untuk tiap kelas di kejuaraan dunia. Sembilan pembalap Spanyol yang bertarung di kelas primer juga merupakan jebolan CEV Repsol itu.

Tak aneh bila kompetisi itu kemudian memikat pembalap muda dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Ada Dimas Ekky Pratama yang berlaga di Moto2 CEV dan Andi Gilang di Moto3, yang mengusung bendera Astra Honda Racing Team. Dimas kini menempati urutan ke-7 klasemen dan Andi berada di urutan ke-27. "Ini salah satu jalan pembalap nasional dapat berkiprah dalam MotoGP," kata Agustinus Indra Putra, General Manager Marketing Planning and Analyst Division PT Astra Honda Motor, Selasa pekan lalu.

Marc Marquez, yang membalap sejak usia 8 tahun, hanya mampu finis di posisi kesembilan saat tampil di kejuaraan CEV pada 2007. Tapi kini kemampuannya melonjak pesat sehingga ia bisa memimpin dominasi pembalap Spanyol di MotoGP.

Febriyan (Motorsportmagazine, Crash, Motogp), Sidik Permana (Bogor)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus