GENGSI Amerika dan Australia dipertaruhkan pekan ini, dalam grand finale lomba layar Piala Amerika ke-26 di perairan Fremantle, sebelah barat Perth, Australia Barat. Kapal layar Stars and Stripes dari San Diego, Amerika Serikat, akan mencoba mengembalikan dominasi Amerika pada lomba layar paling bergengsi di dunia. Lawannya adalah kapal layar Australia Kookaburra III. Dominasi Amerika sejak 1870 atas piala itu patah pada 1983, ketika kapal Australia 11 yang dinakodai John Bertrand - dan dukungan dana pengusaha kaya Aland Bond dari Perth - mengalahkan kapal Amerika, Liberty, yang dinakodai Dennis Conner, di Pantai Rhode Island, Newport, Amerika Serikat. Tak sia-sialah usaha Australia membuat "lunas ajaib" - dengan menambah sayap sepanjang dua meter agar manuver kapal lebih lincah - yang menghabiskan US$ 16 juta atau sekitar Rp 26,2 milyar. Rupanya, Amerika tak bisa menerima kekalahan itu. Sejumlah pengusaha kemudian mengumpulkan uang lebih dari US$ 200 Juta hanya untuk satu tujuan: merenggut kembali Piala Amerika. Bahkan Dennis Conner - yang sebelumnya pernah dua kali menjuarai Piala Amerika - setelah kekalahan itu, langsung membawa anak buahnya berlatih keras di Hawaii selama dua tahun. Tak kurang dari US$ 15 juta - dengan sponsor Ford Motor Co. -- dihabiskan Conner untuk mempersiapkan sepuluh anggota timnya dan menemukan prototipekapal 12 meter yang kemudian diberi nama Stars and Stripes. Arena lomba layar ini memang akhirnya jadi ajang promosi dengan masuknya perusahaan raksasa, seperti Ford Motor tadi. Perusahaan Guinness PLC--pembuat wiski merk White Horse -- menyumbang US$ 1,56 juta pada kapal Crusader asal Inggris, dan berubahlah nama kapal itu menjadi White Crusader. Kapal yang ikut lomba pun jadi rebutan. South Australia dari Adelaide Australia, misalnya. Sebelum lomba dimulai kapal ini ternyata sudah laku dijual US$ 480.000 pada sebuah klub layar dari Swedia. Keuntungan menggiurkan memang menunggu pemenang lomba ini. Kota Fremantle - dengan penduduk sekitar 20.000 jiwa dan luas wilayah kurang dari 200 km2 _ ditaksir didatangi 1,3 juta orang, atau 650 kali lipat jumlah penduduk, untuk menyaksikan grand finale Piala Amerika. Masih ada lagi 1.800 wartawan dari 26 negara yang meliput acara akbar tersebut. Satu milyar manusia di berbagai negara akan menyaksikan lomba tersebut lewat 51 jaringan televisi. Dari hak penyiaran jaringan TV itu saja terkumpul US$ 716.000, atau sekitar Rp 1,17 milyar. Sebuah penelitian dari Universitas Western, Australia, menunjukkan, lomba layar ini mampu menambah peredaran uang US$ 380 juta, atau sekitar Rp 623 milyar, dan menciptakan lapangan kerja untuk sekitar 14.000 orang. Australia sangat berharap Piala Amerika tinggal di negerinya lebih lama. Untuk itu, mereka membuat satuan tugas khusus mempertahankan Piala Amerika yang mereka sebut Taskforce '87 Defence, lengkap dengan logonya: Captain Kooka - burung betet putih bertopi pelaut dan baju bergambar bendera Australia. Satuan ini didukung dana dari jaringan televisi terkenal The Seven Network. Lalu, apakah Kookaburra III -- yang sukses maju ke grand finale dengan menyisihkan empat kapal Australia lain, termasuk juara bertahan Australia II - mampu memenuhi ambisi besar negaranya? Tampaknya sulit. Sebab, sang penantang, Stars and Stripes - yang juga sudah menyisihkan 11 lawan dari berbagai negara, sejak 5 Oktober 1986 - sampai Selasa pekan ini, sudah unggul 2-0, dalam adu cepat menentang dan memotong angin di lintasan sepanjang 38 kilometer setiap race. Artinya, dalam pertandingan the best of seven races ini, Dennis Conner dkk. tinggal meraih dua angka lagi untuk mengungguli Ian Murray, pelayar terbaik Australia tahun ini. Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini