Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANDHIKA Alfarisi terkejut ketika mampu melakukan trik sulit. Teman-temannya lantas bersorak mengucapkan selamat. Sore itu, di skatepark Pasupati, Bandung, pada Selasa dua pekan lalu, ia untuk pertama kalinya berhasil melakukan hardflip. Ini salah satu teknik dalam permainan skateboarding alias papan seluncur yang mengkombinasikan beberapa trik sekaligus.
Salah satu ciri khas trik ini adalah memutar papan seluncur di antara selangkangan ketika melayang di udara. Sebelumnya, Andhika berulang kali terjungkal setelah melakukan lompatan dan memutar papan. "Hardflip itu sulit, tapi menantang," katanya. Agar mampu melakukan trik seperti itu, peseluncur kelahiran Padang, 28 tahun silam, ini berlatih sekitar enam jam sehari.
Meski sulit dan berisiko, skateboarding menjadi hobi dan sumber penghasilan Andhika. Dia menggeluti olahraga dengan papan beroda ini sejak sekolah menengah atas karena kepincut gaya para skater. Setelah memutuskan menjadi pemain profesional, Andhika berhasil menggaet sponsor dari sejumlah merek terkenal. Dia kini mampu mengantongi pendapatan bulanan setara dengan empat kali gaji pegawai negeri.
Andhika nekat merantau dari Padang ke Bandung untuk memperkaya pengalaman bermain olahraga ekstrem tersebut. Demi mendapatkan izin dari orang tua, ia melanjutkan pendidikan formal di Bandung. Andhika diterima di Universitas Islam Bandung pada 2007. "Sebenarnya biar bisa main skateboarding karena perkembangan di Bandung sangat bagus," ucapnya.
Pevi Permana Putra juga sudah kenyang makan asam garam olahraga ekstrem ini. Pemain profesional asal Bandung tersebut bermain skateboarding sejak 1999. Meski sempat mengalami patah tangan dan dilarang orang tua bermain skateboarding, Pevi tak pernah kendur. Tekadnya sudah bulat. Kegigihannya berbuah manis. Pada 2003, ia menyabet gelar juara kelas pemula dalam kompetisi skateboarding yang digelar Indonesian Skateboarding Association.
Dua tahun setelah itu, Pevi memulai karier sebagai atlet profesional. Berbagai trofi kejuaraan tingkat nasional ia genggam. Pevi juga unjuk aksi di level global, termasuk ketika meraih peringkat ketiga Indoor X Games di Cina pada 2007 dan menjuarai Asian X-Sport Championship di Makassar dua tahun setelahnya. Ia meraih lebih dari 100 piala. Sponsor pun berdatangan. "Pada akhirnya orang tua setuju karena prestasi dan perkembangan sponsorship," ujar Pevi.
Andhika dan Pevi hanya dua dari sekian banyak penggemar skateboarding di Tanah Air. Sebagian besar penggemar olahraga ekstrem ini adalah anak muda yang tertarik pada gaya, tantangan, dan risiko yang bersatu di dalamnya. Olahraga ini muncul di Indonesia pada 1970-an. Tren skateboarding meledak pada pertengahan 1980-an dan kini jumlah penggemarnya terus bertambah.
Ketua Federasi Skateboarding Indonesia Suri Kresno mengatakan saat ini diperkirakan ada 32.500 skater di Indonesia. Jumlah itu tidak termasuk para poser alias pemain yang hanya ingin tampil gaya dengan papan seluncur tapi tidak memiliki keahlian. "Kalau atlet profesional sekitar 120 orang," kata Suri, Kamis pekan lalu. "Setiap kompetisi pasti atletnya berganti-ganti."
Cabang olahraga ekstrem lain yang juga berkembang pesat adalah surfing. Perairan berombak di Indonesia digemari para peselancar air sejak olahraga ini berkembang pada 1960-an. Saat itu para peselancar asing menemukan sejumlah lokasi bagus untuk berselancar di sekitar Pulau Bali. Kini ratusan titik surfing, terutama di sekitar Bali, Lombok, dan Nias, ramai didatangi atlet lokal dan mancanegara.
Indonesia punya sejumlah peselancar papan atas, di antaranya Dede Suryana, I Wayan Betet Merta, dan I Made Widiarta. Lalu ada Yasnyiar "Bonne" Gea, peselancar perempuan asal Nias yang menjadi juara nasional lima kali berturut-turut sejak 2008.
Yasnyiar, yang sedang berkampanye online mencari sponsor untuk berlomba surfing, juga pernah menjadi juara tingkat Asia pada 2011 dan 2014. Tahun ini dia berencana mengikuti kompetisi di Krui, Sumatera Selatan, pada April nanti. Setelah itu, ia akan mengikuti perlombaan di Jepang, Filipina, Taiwan, Cina, India, dan Korea Selatan.
Menurut Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Raden Isnanta, olahraga ekstrem seperti skateboarding dan surfing di Indonesia sudah mengalami perubahan besar. Awalnya olahraga ini dilakukan sebagai kegiatan rekreasi yang banyak dilakukan anak muda. Ternyata para atlet itu juga menuai prestasi di berbagai kompetisi dan festival internasional. "Indonesia berpeluang menuai prestasi di ajang resmi antarnegara, seperti Asian Games dan Olimpiade," ujar Isnanta saat ditemui di kantornya, Senin pekan lalu.
Kini skateboarding dan surfing resmi masuk daftar olahraga yang dipertandingkan pada Asian Games 2018 di Indonesia. Untuk menarik minat anak muda berkompetisi, Komite Olimpiade Internasional (IOC) sepakat mempertandingkan skateboarding dan surfing di Olimpiade 2020, yang digelar di Tokyo.
Selain skateboarding dan surfing, cabang olahraga baru di Olimpiade Tokyo adalah bisbol, karate, dan panjat dinding. Presiden IOC Thomas Bach mengatakan perlu pendekatan khusus agar kaum muda memiliki banyak pilihan olahraga sehingga mereka tertarik kembali pada Olimpiade. "Lima olahraga ini adalah kombinasi inovatif dari ajang anak muda yang juga populer di Jepang," kata Bach seperti ditulis situs IOC. "Ini akan menjadi warisan tambahan Olimpiade."
Isnanta mengatakan atlet olahraga ekstrem di Indonesia sudah siap berkompetisi di ajang internasional yang diselenggarakan tiap empat tahun tersebut. Apalagi skateboarding dan surfing sudah lama populer di Tanah Air. "Olahraga ini sebenarnya bukan barang baru bagi kita," ujarnya. "Sudah teruji dan banyak hasilnya di tingkat internasional."
Pada Mei tahun lalu, untuk pertama kalinya ada nama atlet Indonesia terpampang di papan juara pada Festival Extreme Sport International di Montpellier, Prancis. Dari enam atlet yang diberangkatkan Kementerian Olahraga, dua di antaranya berhasil menjadi juara di ajang olahraga ekstrem terbesar di Eropa tersebut. Atlet sepeda Januar Susanto menjuarai nomor BMX Flatland kelas master. Adapun Sanggoe Darma Tanjung, skater berusia 14 tahun, menjadi juara di kelas skateboarding amatir.
Menurut Isnanta, keberhasilan para atlet Indonesia di Prancis menjadi kejutan besar. Semula mereka diberangkatkan untuk mendapatkan pengalaman bertanding di kompetisi papan atas. Pencapaian itu membuat Indonesia mulai diperhitungkan di level internasional. "Atlet skateboarding banyak. Kita sudah siap bersaing bahkan untuk level Olimpiade," ucap Isnanta. Pekerjaan rumah yang harus dilakukan, kata dia, memoles para atlet dengan metode sport science untuk meningkatkan kemampuan dan koordinasi tubuh.
Untuk kategori skateboarding, Indonesia sudah bisa masuk level 30 besar dunia. Adapun di tingkat Asia, Indonesia sudah termasuk di peringkat atas. Pesaing terberat di Asia adalah Jepang, yang dikenal memiliki banyak atlet skateboarding berbakat. "Target kita mendapat emas di Asian Games," ujar Suri. Ia yakin para skater juga siap bertanding di Olimpiade meski lawan terberat bakal datang dari atlet Amerika Serikat.
Gabriel Wahyu Titiyoga (Jakarta) | Aminudin A.S. (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo