Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bagaimana Adik Ipar Jokowi Terlibat Kasus Suap Pajak

Arif Budi Sulistyo menjadi jangkar dalam suap pajak perusahaan Timur Tengah. Di tangannya, usaha mebel keluarga Jokowi merosot.

27 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARIF Budi Sulistyo menghilang. Selama sepekan ditunggui di rumahnya di Jalan Plered Dalam VI, Surakarta, adik ipar Presiden Joko Widodo ini tak kunjung muncul. Penjaga rumahnya mengatakan Arif dan keluarganya sedang melaksanakan umrah ke Mekah. Di hari lain, penjaga itu mengatakan Arif Budi Sulistyo sedang ke Semarang, seraya menolak menyebut detailnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Arif mencuat karena disebut jaksa dalam dakwaan untuk Ramapanicker Rajamohanan Nair, Direktur PT EK Prima Ekspor Indonesia, yang dituduh menyuap pejabat pajak Rp 1,9 miliar pada Senin dua pekan lalu. Ia memberikan besel kepada Kepala Subdirektorat Pemeriksaan Bukti Permulaan Handang Soekarno sebagai imbalan penghapusan tunggakan pajak Rp 78 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penghapusan pajak itu terjadi setelah Arif bertemu dengan Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi. Rajamohanan mengaku meminta bantuan Arif Budi Sulistyo agar pajak tersebut dihapus. "Kami sudah saling kenal selama sepuluh tahun," kata Rajamohanan, pekan lalu.

Menurut Rajamohanan, ia kenal Arif dalam pameran mebel di Dubai. Selain di PT EK, Rajamohanan adalah Direktur Operasional Timur Jauh Lulu Group—kelompok usaha anggota EMKE Group di Abu Dhabi. Sedangkan Arif adalah Direktur Operasional PT Rakabu Sejahtera, perusahaan mebel milik keluarga Jokowi.

Pada 2005, ketika usianya 38 tahun, Arif masuk manajemen CV Rakabu yang ditinggalkan Jokowi karena menjadi Wali Kota Solo. Jabatannya direktur operasional karena posisi direktur utama dipegang Hari Mulyono, adik ipar Jokowi yang lain.

Di tangan Hari, produk Rakabu meluaskan pasar ke Timur Tengah. Pada 2009, Lulu Group menggelar pameran produk Indonesia di Dubai. Rakabu ikut sebagai peserta. Dalam pameran itulah, kata Rajamohanan, ia berkenalan dengan Arif dan keluarga Jokowi. Pada 2010, nilai ekspor mebel Rakabu ke Dubai US$ 750 ribu atau sekitar Rp 8 miliar.

Rakabu berubah nama menjadi PT Rakabu Sejahtera pada 2009. Nama Sejahtera ditambahkan karena perusahaan baru ini mendapat suntikan modal dari PT Toba Sejahtera, milik Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Seorang teman kuliah Jokowi di Universitas Gadjah Mada yang bekerja di Toba mengenalkannya kepada Luhut. Di Rakabu Sejahtera, keluarga Jokowi memegang 51 persen saham.

Belakangan, Hari Mulyono sakit dan lama dirawat di Cina. Kesehatannya kian menurun setahun terakhir akibat kanker. Pelan-pelan Arif mengambil alih kepemimpinan Rakabu. Di tangan alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta ini, kata seorang pengusaha Solo, Rakabu tak lagi agresif menciptakan pasar baru di luar negeri.

Sedangkan Lulu Group, yang mendapat pintu masuk setelah berkenalan dengan Rakabu, merambah pasar Indonesia. Setelah penjajakan, mereka membuka hipermarket di tiga tempat di Jakarta: Cakung, Cengkareng, dan Bumi Serpong Damai. Jokowi meresmikan hipermarket Lulu di Cakung pada Mei tahun lalu.

Beberapa pengusaha di Solo menyebutkan Arif adalah anak seorang juragan batik dari Laweyan. Selepas lulus dari UPN Veteran, ia menikahi Titik Relawati, adik bungsu Jokowi. Rumahnya di Jalan Plered hanya 20 meter dari rumah Jokowi dan ibunya.

Arif ikut menggalang dukungan suara untuk Jokowi dalam pemilihan Gubernur Jakarta pada 2012 dan pemilihan presiden dua tahun kemudian. Kerja dalam politik membuatnya berkenalan dengan para politikus dan banyak pejabat lain.

Dalam perkara dugaan suap pajak Rajamohanan, Arif mengontak Kepala Kantor Pajak Jakarta Khusus Muhammad Haniv agar memberi keringanan pajak PT EK. Keduanya berkenalan pada pertengahan tahun lalu di MidPlaza.

Waktu itu, kata Haniv, ia sedang bertemu dengan temannya yang juga teman Arif. Temannya itu lalu mengenalkan Arif. "Teman saya yang memberitahukan bahwa Arif adalah ipar Jokowi," ujar Haniv.

Haniv menyarankan Arif bertemu dengan Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi. Pintu perkenalan dengan Ken dibuka Handang Soekarno. Haniv meminta Handang menghubungkan Arif dengan Ken. Dari situlah Rajamohanan berhubungan dengan Handang hingga terjadi suap itu.

Di luar mengurus pajak PT EK, Arif rupanya membisikkan keinginannya agar Handang membantunya dalam pengampunan pajak PT Rakabu. Setelah diperiksa di KPK pekan lalu, Handang mengakui sudah lama kenal dengan Arif. "Kenal lama terkait tax amnesty," ujarnya.

Pertemuan antara Ken, Arif, dan Handang terjadi pada 23 September 2016 di ruang kerja Direktur Jenderal Pajak di lantai lima. Ken selalu menghindar ketika diminta konfirmasi soal ini. Saat ditanyai soal pertemuan dengan Arif, ia mengatakan, "Hercules saja pernah ketemu. Kamu tanya saja ke pengadilan. Kan, sudah proses hukum."

Haniv mengaku tak tahu isi pertemuan antara Arif dan Ken. "Waktu Arif meminta tolong ketemu Ken, saya juga tidak bertanya mau apa," ujarnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi telah memeriksa Arif satu kali pada pertengahan Januari lalu. Namun, tidak seperti biasanya, nama Arif tak muncul dalam daftar pemeriksaan saksi yang selalu ditayangkan lembaga ini.

Juru bicara KPK, Febri Diansyah, mengatakan tidak adanya nama Arif dalam jadwal penyidikan merupakan strategi penyidik agar lebih berkonsentrasi pada substansi perkara. "Dari konstruksi dakwaan, kami baca ada beberapa peran krusial yang akan kami buktikan," katanya.

Jauh sebelum perkara ini mencuat, Presiden Jokowi sudah mewanti-wanti agar menteri-menterinya menutup akses bagi siapa pun yang mengatasnamakan keluarganya meminta proyek atau menjanjikan proyek. Sejak kampanye, Jokowi berjanji menjauhkan keluarganya dari urusan pemerintahan.

Pesan itu kembali diulang setelah nama Arif muncul dalam persidangan. "Di sidang kabinet, pertemuan dengan BUMN, saya selalu bilang," ujar Jokowi, Rabu dua pekan lalu. "Jangan percaya jika ada orang yang mengaku sebagai keluarga saya."

Arif tak jelas keberadaannya. Penjaga rumah yang dua kali bertemu dengan Tempo mengaku tak tahu di mana tuannya. Pada Rabu pekan lalu, di pekarangan rumah itu hanya terlihat sepeda motor matik. "Bapak sedang pergi," kata penjaga itu.

Sepekan berikutnya, Tempo juga menyambangi rumah Arif dan lagi-lagi bertemu dengan penjaga itu. Ia buru-buru masuk rumah lagi tanpa mau menerima surat permohonan wawancara untuk Arif. Orang-orang dekatnya menolak memberi keterangan seputar Arif.

Seorang tetangga mengatakan rumah Arif yang berada di samping Masjid Baiturrahman itu sepi sejak Senin pekan lalu. Menurut dia, Arif sering melakukan salat magrib berjemaah di masjid perumahan. "Beberapa hari terakhir tidak kelihatan," ujar pria yang irit bicara itu.

Tetangga yang lain juga mengaku tak melihat Arif Budi Sulistyo dalam sepekan terakhir di rumah ataupun di tempat lain. "Biasanya gampang ditemui. Kalau tidak di rumah, ya, di pabrik," kata seorang pengusaha pada Kamis pekan lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Fransisco Rosarians dan Ahmad Rafiq dari Solo berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dua Pintu Pajak Adik Ipar"

Syailendra Persada

Syailendra Persada

Lelaki asal Tegal ini menjadi wartawan Tempo sejak 2011 setelah lulus dari Jurusan Sastra Inggris Universitas Diponegoro. Sebelum menjadi pengelola kanal Nasional di Tempo.co, ia berkecimpung di Desk Hukum majalah Tempo. Memimpin sejumlah proyek liputan interaktif di Tempo.co, salah satunya "Kisah di Balik Terali Besi” yang menceritakan penyiksaan tahanan oleh aparat. Liputan ini hasil kolaborasi dengan International Center for Journalists.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus