Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BINTANG sepak bola Belanda Dennis Bergkamp pantas bersyukur. Turnamen Piala Eropa 2000 musim panas nanti (Juni-Juli) akan digelar di negaranya dan Belgia. Ketajamannya memang ditakuti kiper tim lawan, tapi si "Gunung Es" ini punya ketakutannya sendiri. Ia jeri terbang dengan pesawat. Selama ini, bila tanding tandang, ia selalu menempuh jalan darat. Walhasil, setelah "merayap" ratusanbahkan tak jarang ribuankilometer, kondisinya sering tidak prima. Karena itu, pemain berusia 30 tahun ini diharapkan dalam kondisi bugar saat berlaga di kampung sendiri.
Bila Bergkamp segar, tim Belanda boleh menabung harapan. Tapi, seandainya pemain itu cedera, bukan berarti tim ini kehilangan taji. Di depan, ada dua penyerang ganas yang bermain di Liga Spanyol, yaitu Patrick Kluivert (Barcelona) dan Jimmy Floyd Hasselbaink (Atletico Madrid). Namun, yang paling ditunggu kehadirannya sebagai ujung tombak justru pemain muda Ruud van Nistelrooy, 23 tahun, dari klub PSV Eindhoven.
Nistelrooy kini masih bertengger sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Belanda. Bukan itu saja, dari 54 pertandingannya yang terakhir, ia sudah mengemas 57 gol. Wajar bila klub-klub besar Eropa tergiur dan berani menawarkan bayaran 20 juta poundsterling atau sekitar Rp 234 miliar untuk pemain yang dianggap sebagai penjelmaan Marco van Basten (bintang Belanda di Piala Eropa 1988) ini. Daya gedor tim Kincir Angin ini juga dipastikan makin menggila dengan pemain sayap brilian seperti Marc Overmars, mitra Bergkamp di Arsenal.
Namun, bukan karena lini depan yang tangguh itu saja tim asuhan Frank Rijkaard ini diunggulkan di tempat pertama. Saat ini, boleh dibilang tak ada bagian yang lembek di tim Oranye. Di bawah gawang ada Edwin van der Sar (Juventus, Italia), yang sangat cekatan. Cadangannya pun, Sander Westerveld (Liverpool, Inggris), tak kalah andal. Di barisan belakang juga ada nama-nama besar seperti Jaap Stam (Manchester United, Inggris), Arthur Numan (Glasgow Rangers, Skotlandia), dan tentu saja tiga pemain asal klub Barcelona, yaitu Frank de Boer, Winston Borgade, dan Michael Reiziger. Sementara itu, di lapangan tengah, yang menjadi "ruang mesin" tim, bercokol gelandang-gelandang elegan bertenaga kuda seperti Clarence Seedorf (Inter Milan, Italia), Edgar Davids (Juventus, Italia), sertalagi-lagitiga pemain Barcelona, yaitu Ronald de Boer, Philip Cocu, dan Boedewijn Zenden.
Dengan formasi ciamik ini, pengamat sepak bola M. Kusnaeni tak ragu menyebut tim ini calon serius juara. Terlebih lagi, formasi ini tak banyak berubah dari tim Piala Dunia 1998, yang disebut sebagai tim dengan kualitas permainan terbaik dalam turnamen akbar tersebut. Bila Belanda juara, "tradisi" tuan rumah gagal tampil sebagai pemuncak sejak 1988 pun akan tanggal. Namun, itu bukan berarti perjalanan kesebelasan keju ini pasti mulus. Masalahnya, mereka berada satu grup dengan juara dunia Prancis serta dua kuda hitam, Chek dan Denmark. Prancis memang sedang menurun, tapi Denmark dan terutama Chek, yang rekor babak penyisihannya luar biasa, bisa saja mengejutkan.
Johan Cruyff, legenda sepak bola Belanda, mengkritik kelemahan para pemain negaranya, yang dinilainya malas dan sering salah umpan. Ini terbukti dari hasil buruk selama pertandingan persahabatan. Toh, Rijkaard punya pembelaan: "Mereka lelah karena ketatnya kompetisi." Tapi Belanda juga harus hati-hati dengan kelemahan lain. "Mereka punya tradisi konflik," ujar Kusnaeni. Ia merujuk kasus Piala Eropa 1996 saat Edgar Davids, yang berkulit hitam, dipulangkan pelatih Guus Hiddink setelah tak diberi tempat utama. Isu rasial pun kemudian berkobar.
Faktor Rijkaard sebagai pelatih memiliki banyak keuntungan. Keakraban yang dibina Rijkaad, yang ikut membawa Belanda menjadi juara Eropa pada 1988, dengan pemainnya boleh dipujikan. Anak-anak asuhannya adalah juga mereka yang pernah bermain bersamanya di tim nasional ataupun di klub Ajax. Selain itu, dengan tampilnya mantan bintang AC Milan yang berkulit gelap ini sebagai pelatih, prasangka rasial bisa dipangkas. Seperti kebetulan, dua pemain yang kini menjadi nyawa tim Belanda adalah Seedorf dan Davids, dua pemain berkulit hitam yang pernah terpinggirkan.
Saat ini, tak ada alasan untuk tidak memberikan tempat utama kepada kedua pemain itu. Pertanyaannya: bisakah dua pemain ini menghidupkan kembali total football? "Tidak. Total football selesai ketika Johan Cruyff mundur," kata Kusnaeni. Tapi, bagi publik Belanda, mestinya yang penting adalah Piala Euro 2000 tidak terbang ke negara lain.
Yusi A. Pareanom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo