Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menanti Pengganti Bang Ali

Sidang pengurus paripurna PSSI membubarkan presidium yang dibentuk Ali Sadikin dan menunjuk Suparjo Pontjowinoto sebagai pejabat ketua umum. Calon ketua umum PSSI tidak akan muncul dari pengurus.

21 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALI Sadikin tidak lagi akan dimintakan pertanggungjawaban sebagai ketua umum dalam Kongres PSSI. Sidang Pengurus Paripurna (SPP) PSSI di Hotel Horison, Jakarta, 7 - 8 November telah membubarkan presidium yang dibentuk Ali Sadikin. dan menunjuk Suparjo Pontjowinoto sebagai pejabat ketua umum. Kudeta? "Bukan," kata Ketua Komda PSSl Sul-Sel H. Faizal Thung. Ali Sadikin sudah memberi wewenang penuh untuk mengatur PSSI kepada pengurus yang ada sampai terpilihnya ketua umum baru di Kongres. Komisi Urusan Sekretariat PSSI Yusuf Antha mengakui adanya surat Ali Sadikin yang menyatakan kesibukannya dan tak mungkin meluangkan waktu untuk PSSI lagi. Ali Sadikin menonaktifkan diri dari PSSI, dua tahun lalu, karena sibuk dengan urusan politik. Ia salah seorang penandatangan "Petisi 50" -- yang mengritik kebijaksanaan pemerintah. Akibatnya Ali Sadikin tak bisa mcmbawa tim PSSI ke luar negeri. Melihat situasi yang tidak menguntungkan PSSI, ia lalu menyerahkan tampuk pimpinan organisasi pada presidium yang diketuai Suparjo. Waktu itu Ali Sadikin menyatakan bahwa dirinya tetap bertanggungjawab di Kongres PSSI--menurut rencana diselenggarakan di Jakarta, 19 Desember. Situasi kemudian ternyata berkembang lain. Peserta SPP PSSI melihat Ali Sadikin lebih baik tidak memberi pertanggungjawaban di Kongres. Mengingat ia sudah lama tak terlibat langsung dengan PSSI. Lagi pula ia bukan satu-satunya yang boleh memberi pertanggungjawaban. "Kalau ketua umum tak bisa, bisa ditunjuk ketua lain," kata Pejabat Ketua Umum PSSI Suparjo. SPP PSSI ke-5 tak hanya membicarakan soal pertangungjawaban Ali Sadikin. Juga menetapkan jumlah calon ketua umum yang nanti akan bertarung di Kongres. Pengetatan jumlah calon dilakukan karena dikhawatirkan semua daerah mengajukan calon masing-masing. Karena itu setiap calon harus didukunR minimal 25 suara. Jumlah pemilih nanti sekitar 300 klub anggota perserikatan PSSI. Galatama yang membawahkan 18 klub belum punya hak suara. Karena statusnya belum jelas: apakah statusnya sama dengan satu perserikatan atau lebih tinggi. Ketua Galatama Nabon Noor sendiri, menurut Suparjo, yang mengirim surat kepada Pengurus Harian PSSI untuk tidak membicarakan dulu masalah suara mereka di Kongres. Alasannya, status Galatama perlu dimantapkan dulu. "Mungkin di Kongres 1985 sudah bisa diatur bagaimana suara Galatama," katanya. Galatama (Liga Sepakbola Utama) yang dibentuk SPP PSSI ke-2 tahun 1977 adalah lembaga sepakbola nonamatir yang dibawahkan langsung oleh pengurus pusat PSSI. Mengenai kandidat ketua umum dan pengurus yang akan dipilih dalam Kongres nanti, menurut SPP ke-5, harus dari barisan pengurus PSSI yang ada sekarang. Maka orang yang pernah santer disebut sebagai calon seperti Rudjito dari Bakin dan pengusaha Probosutedjo sudah tak mungkin maju. "Mereka sudah di luar barisan," kata Faizal Thung. Calon kuat tampaknya Suparjo. Ketua PSSI terpilih nanti akan dibe kali Kongres program pembinaan sepakbola nasional untuk dijadikan pegangan kerja. Program pembinaan yang telah disahkan SPP itu, antara lain meliputi pengembangan menurut kelompok umur, tim nasional junior, tim nasional senior, dan lainnya. "Siapa-siapa yang akan menanganinya, bagaimana partisipasi masyarakat, bagaimana hendaknya peranan pemerintah, semuanya ditunjuk di situ," kata Suparjo. Tentang pelaksanaan program pembinaan yang telah disahkan SPP ke-5 adalah lebih mudah bila yang melakukannya pengurus yang sekarang. Mengingat yang menyusun adalah mereka. Suparjo membenarkan itu. Mungkinkah Kongres memilih Suparjo untuk melaksanakan ketetapan SPP ke-5? "Kalau dipercayai, saya terima," kata pejabat ketua umum itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus