ALI Sadikin tidak lagi akan dimintakan pertanggungjawaban
sebagai ketua umum dalam Kongres PSSI. Sidang Pengurus Paripurna
(SPP) PSSI di Hotel Horison, Jakarta, 7 - 8 November telah
membubarkan presidium yang dibentuk Ali Sadikin. dan menunjuk
Suparjo Pontjowinoto sebagai pejabat ketua umum.
Kudeta? "Bukan," kata Ketua Komda PSSl Sul-Sel H. Faizal Thung.
Ali Sadikin sudah memberi wewenang penuh untuk mengatur PSSI
kepada pengurus yang ada sampai terpilihnya ketua umum baru di
Kongres. Komisi Urusan Sekretariat PSSI Yusuf Antha mengakui
adanya surat Ali Sadikin yang menyatakan kesibukannya dan tak
mungkin meluangkan waktu untuk PSSI lagi.
Ali Sadikin menonaktifkan diri dari PSSI, dua tahun lalu, karena
sibuk dengan urusan politik. Ia salah seorang penandatangan
"Petisi 50" -- yang mengritik kebijaksanaan pemerintah.
Akibatnya Ali Sadikin tak bisa mcmbawa tim PSSI ke luar negeri.
Melihat situasi yang tidak menguntungkan PSSI, ia lalu
menyerahkan tampuk pimpinan organisasi pada presidium yang
diketuai Suparjo. Waktu itu Ali Sadikin menyatakan bahwa dirinya
tetap bertanggungjawab di Kongres PSSI--menurut rencana
diselenggarakan di Jakarta, 19 Desember.
Situasi kemudian ternyata berkembang lain. Peserta SPP PSSI
melihat Ali Sadikin lebih baik tidak memberi pertanggungjawaban
di Kongres. Mengingat ia sudah lama tak terlibat langsung dengan
PSSI. Lagi pula ia bukan satu-satunya yang boleh memberi
pertanggungjawaban. "Kalau ketua umum tak bisa, bisa ditunjuk
ketua lain," kata Pejabat Ketua Umum PSSI Suparjo.
SPP PSSI ke-5 tak hanya membicarakan soal pertangungjawaban Ali
Sadikin. Juga menetapkan jumlah calon ketua umum yang nanti akan
bertarung di Kongres. Pengetatan jumlah calon dilakukan karena
dikhawatirkan semua daerah mengajukan calon masing-masing.
Karena itu setiap calon harus didukunR minimal 25 suara. Jumlah
pemilih nanti sekitar 300 klub anggota perserikatan PSSI.
Galatama yang membawahkan 18 klub belum punya hak suara. Karena
statusnya belum jelas: apakah statusnya sama dengan satu
perserikatan atau lebih tinggi. Ketua Galatama Nabon Noor
sendiri, menurut Suparjo, yang mengirim surat kepada Pengurus
Harian PSSI untuk tidak membicarakan dulu masalah suara mereka
di Kongres. Alasannya, status Galatama perlu dimantapkan dulu.
"Mungkin di Kongres 1985 sudah bisa diatur bagaimana suara
Galatama," katanya. Galatama (Liga Sepakbola Utama) yang
dibentuk SPP PSSI ke-2 tahun 1977 adalah lembaga sepakbola
nonamatir yang dibawahkan langsung oleh pengurus pusat PSSI.
Mengenai kandidat ketua umum dan pengurus yang akan dipilih
dalam Kongres nanti, menurut SPP ke-5, harus dari barisan
pengurus PSSI yang ada sekarang. Maka orang yang pernah santer
disebut sebagai calon seperti Rudjito dari Bakin dan pengusaha
Probosutedjo sudah tak mungkin maju. "Mereka sudah di luar
barisan," kata Faizal Thung. Calon kuat tampaknya Suparjo.
Ketua PSSI terpilih nanti akan dibe kali Kongres program
pembinaan sepakbola nasional untuk dijadikan pegangan kerja.
Program pembinaan yang telah disahkan SPP itu, antara lain
meliputi pengembangan menurut kelompok umur, tim nasional
junior, tim nasional senior, dan lainnya. "Siapa-siapa yang akan
menanganinya, bagaimana partisipasi masyarakat, bagaimana
hendaknya peranan pemerintah, semuanya ditunjuk di situ," kata
Suparjo.
Tentang pelaksanaan program pembinaan yang telah disahkan SPP
ke-5 adalah lebih mudah bila yang melakukannya pengurus yang
sekarang. Mengingat yang menyusun adalah mereka. Suparjo
membenarkan itu.
Mungkinkah Kongres memilih Suparjo untuk melaksanakan ketetapan
SPP ke-5? "Kalau dipercayai, saya terima," kata pejabat ketua
umum itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini