GELAR juara umum SEA Games XIV sudah hampir pasti direnggut Indonesia. Sampai hari keenam, Senin siang pekan ini, kontingen Indonesia sudah meraih 63 medali emas dari 376 yang diperebutkan. Jauh meninggalkan Muangthai, juara umum SEA Games XIII, 1985, yang di hari keenam baru mengumpulkan 26 emas. Peserta lain: Filipina (20 medali emas), Singapura (7), Malaysia (6), dan Burma (3). Kamboja dan Brunei belum kebagian medali emas. Tambang emas bagi kontingen Indonesia kali ini, antara lain adalah gulat (20 medali), mendayung (9), anggar (6), senam (6), panahan (4), dan judo (4). Tambahan masih diharapkan dari bulu tangkis, tenis, tenis meja, atletik (yang memperebutkan 45 medali emas mulai Selasa pekan ini), dan beberapa cabang olah raga lain. "Saya optimistis target yang dicanangkan bisa terpenuhi," ujar Hendarsin, Wakil Chief de Mission Kontingen Indonesia kepada TEMPO. Alasannya, hampir di semua cabang olah raga yang telah menyelesaikan perlombaan, target yang ditetapkan Indonesia tercapai. Sekalipun golf gagal memenuhi target 2 medali emas, dan hanya mampu menyumbangkan 2 perak, toh kekurangan itu dapat ditutupi oleh cabang senam yang meraih 2 medali emas di atas target. Yang di luar dugaan adalah sukses di cabang gulat. Atlet Indonesia merajai cabang olah raga yang baru pertarna kali dipertandingkan dalam SEA Games. Ini kejutan besar: menyapu bersih 20 medali emas yang diperebutkan. Semula KONI hanya menargetkan 12 emas dari 14 pegulat yang diterjunkan. "Saya gembira dengan hasil ini," kata Rivai Harahap, Ketua Umum PB PGSI, ketika ditemui di GOR Jakarta Barat seusai pertandingan. Sukses tim gulat Indonesia dalam menguasai semua nomor yang dipertandingkan tak terlepas dari faktor peserta. Yang ambil bagian di nomor ini hanya tiga negara: Indonesia, Filipina, dan Kamboja. Selain itu, ada kelas yang hanya diikuti oleh dua atlet. Tapi arena SEA Games memang lebih banyak diharapkan untuk mempromosikan cabang olah raga gulat, terutama di Indonesia. Meski sudah dipertandingkan di Olimpiade dan Asian Games, gulat masih belum begitu populer di sini. Menurut Rivai Harahap, kurang memasyarakatnya gulat karena frekuensi pertandingannya hanya 1 kali setahun, sehingga masyarakat kurang memahami olah raga ini. Padahal, olah raga gulat sudah menyebar di 21 provinsi di Indonesia. Sukses atlet Indonesia di matras gulat tidak menjalar ke kolam renang. Cabang renang, yang diharapkan mampu menyumbangkan 10 medali emas, sampai awal pekan ini baru mampu merebut 2 buah. Tampaknya, perenang kita sulit memenuhi target itu. "Kita belum menemukan perenang seperti Nanik Suryaatmaja," kata M.F Siregar, Ketua Umum PB PRSI, tentang menurunnya prestasi perenang-perenang Indonesia di SEA Games. "Ada bibit bagus, seperti Elfira Nasution. Tapi dia selalu dijegal oleh Nurul Huda." Selain Elfira, yang dibuat tak berkutik oleh bintang Malaysia Nurul Huda, juga pcrenang nasional Ratna L. Pradipta gagal meraih medali emas di nomor favoritnya, 100 m gaya dada. Ratna, pemegang rekor 100 m gaya dada SEA Games, dikalahkan oleh perenang Filipina. Nomor target lain yang gagal adalah estafet 4 X 200 m gaya bebas putra. Tim kita dipecundangi kuartet perenang Filipina dalam perebutan medali emas. Bahwa tak ditemukan perenang kaliber Nanik Suryaatmaja (ratu kolam renang SEA Games 1979 di Jakarta) maupun kaliber Kristiono Sumono, menurut Siregar, karena mereka yang ikut kejuaraan di dalam negeri perenang yang itu-itu saja. Selain itu, frekuensi pertandingan juga masih kurang. Sekarang, akibat terbatasnya dana untuk menyelenggarakan kegiatan yang bersifat nasional, pertandingan tahunan yang rutin diselenggarakan PRSI praktis hanya kejurnas dan kejuaraan antarklub. Meski dua nomor target lolos dari tangan perenang kita, Siregar masih optimistis bisa memenuhi harapan KONI. "Pertandingan belum selesai," kata Siregar ketika ditemui TEMPO di stadion renang Senayan, Senin pekan ini. Tampaknya, sasaran itu berat untuk dipenuhl para perenang kita. Tentang bintang renang SEA Games, menurut Siregar, predikat itu masih akan dipegang Nurul Huda. Ratu kolam renang asal Malaysia yang berusia 15 tahun itu di hari-hari awal perlombaan telah meraih 4 medali emas dari 10 yang ditargetkannya. Berbeda dengan renang, cabang olah raga senam justru melampaui target. Mereka yang semula ditugasi meraih 4 medali emas malah menyumbangkan 6 emas. Hanya saja kemenangan kita di sini banyak dibumbui protes tim Muangthai dan Filipinia, yang tidak puas pada keputusan penilaian juri. Cabang olah raga judo, seperti juga golf, tergelincir dalam memenuhi target medali emas. Para pejudo kita, kendati telah berjuang ekstrakeras, hanya mampu meraih 4 medali emas dari 6 yang ditargetkan. Melesetnya perhitungan, akibat kegagalan Perry Pantouw, pemegang 2 medali emas dalam SEA Games 1983 dan 1985, di kelas spesialisasinya, 95 kg. Ia kali ini cuma meraih medali perunggu. Akan halnya golf, yang dibebani merebut 2 medali emas, tak memenuhi harapan itu. Yang paling bergembira sampai hari kelima ini adalah tim panahan putra dan putri kita. Mereka (sementara) bukan cuma mampu mempersembahkan 4 medali emas dari 12 yang diperebutkan, tapi juga diikuti dengan prestasi menonjol. Di nomor ronde FITA jarak 70 m, Kusuma Wardhani, 22, berhasil melampaui rekor Olimpiade Los Angeles 1984 yang dibuat atlet Korea Hyang Soon Seo. Angka yang dicatat Wardhani adalah 621 -- 10 angka lebih baik dari rekor Hyang Soon Seo. Melihat sukses dari 2 nomor yang telah diselesaikan, tampaknya target 8 emas yang dibebankan KONI kepada pemanah-pemanah kita bakal terpenuhi. Bahkan bisa lebih. Empat medali emas yang sudah dikantungi diperoleh dari nomor ronde FITA jarak 90 m dan 70 m putra atas nama Adang Adjidji, dan dari Kusuma Wardhani di jarak 70 m dan 60 m putri. Melihat prestasi sementara, kelihatannya target 160 medali emas untuk bisa menggondol kembali gelar juara umum tidak sulit dicapai atlet-atlet kita. Apalagi masih ada beberapa cabang yang juga merupakan tambang emas bagi Indonesia belum dipertandingkan. Misalnya, angkat besi dan binaraga (36 medali emas) baru mulai bertanding Kamis pekan ini. Tambahan juga diharapkan dari atletik (yang memperebutkan 45 medali emas), pencak silat (15), taekwondo (14), karate (15), serta di nomor-nomor bulu tangkis, tenis, tenis meja yang masih didominasi oleh atlet-atlet Indonesia. Jika target 160 medali emas itu, bahkan bisa lebih malah, terpenuhi, ini berarti kabar baik buat atlet. Sebab, Menpora Abdul Gafur sudah menjanjikan bonus Rp 1 juta untuk setlap medali emas yang diperoleh. Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini