BANDUNG banyak akalnya. Tahun lalu, di sana berlangsung lomba
lari sambil menanam pohon untuk penghijauan. Dan hari Minggu,
11 September yang lalu, sekitar 600 muda-mudi memeras tulang dan
otak dalam sebuah lomba lintas alam yang sulit dicari duanya.
Lomba itu disebut Lintas Alam Bersandi, karena peserta harus
memecahkan 6 macam sandi untuk mencari lintasan mencapai garis
finish. Ada sandi alfabet terbalik, sandi jam, mose, sandi
kotak, sandi merah putih, dan sandi rumput.
Meski namanya lintas alam, lomba yang menempuh jarak 10 km ini
ternyata juga melewati jalan-jalan ramai di Kota Bandung. Lepas
dari start di halaman Studio Radio Ganesha, yang menjadi sponsor
perlombaan, 200 regu (masing-masing 3 orang) kelihatan tersendat
begitu membuka amplop berisi sandi yang diberikan panitia.
Rupa-rupa sandi di amplop itu akan menunjukkan jalan yang harus
mereka tempuh.
Di antara sandi-sandi tadi, sandi rumput rupanya yang paling
sulit, karena bentuknya mirip steno. Beberapa peserta yang putus
asa menempuh jalan pintas saja dengan menguntit peserta yang di
depan. Tetapi, jalan gampangan ini membawa risiko. Peserta nomor
34 terpaksa berputar-putar mencari jalan sendiri, karena regu
yang mereka ikuti ternyata tersasar.
Penggal terakhir dari rute perlombaan merupakan daerah
berbukit-bukit yang terletak di daerah utara Bandung. Jalan
setapak yang mendaki di daerah ini membikin peserta mulai penat.
Nasi dan roti, yang dipersiapkan sebagai cadangan tenaga,
ternyata berbalik menjadi beban. Sekalipun sudah disantap, toh
masih sisa. Akhirnya, makanan itu terpaksa diseret dalam ransel
menuju garis finish. "Nyesal saya bawa bekal banyak-banyak,"
gerutu Sri Murniwati, pelajar SMA.
Akhirnya, Regu Remaja Cintami, yang terdiri dari Melly Hisrotin,
Iwan, dan Wewen yang menempuh rute tadi dalam 2 jam 15 menit,
muncul sebagai pemenang. Regu yang memang sudah sering naik
gunung itu memperoleh medali emas dan uang kontan Rp 40.000.
Sebenarnya, mereka terlambat 5 menit dari pemenang kedua, Green
Peace. Tetapi, karena Green Peace terlalu lama dan keliru
memecahkan sandi terakhir di garis finish, Cintami yang menang.
"Seperti main catur, kita harus menebak langkah selanjutnya,"
ujar Melly tentang lomba ini.
Dalam perlombaan yang menarik uang pendaftaran Rp 4.300 per regu
ini tak ada yang kecewa, sekalipun itu regu Ciparay. Regu ini
muncul paling awal di finish. Tapi cuma memperoleh hadiah
hiburan, juga karena tak mampu memecahkan sandi dengan cepat
pada saat terakhir. "Permainan yang mengasyikkan," ucap Sumardi,
anggota regu.
Lomba yang menyenangkan ini memang bukan permainan baru. Namun,
supaya tidak sama dengan lomba-lomba serupa, dicari bentuk baru
yakni bersandi itu. "Meniru kegiatan Pramuka," ujar Dimas
Korompis, pelaksana perlombaan ini.
Semula, perlombaan yang unik ini diharapkan akan diikuti Andi
Meriem Mattalatta. Rencana itu batal karena sang biduan harus
mengisi acara jumpa-pendengar yang diselenggarakan Radio
Ganesha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini