Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menguntit sandi pramuka

Sekitar 600 muda-mudi bandung mengikuti lomba lintas alam bersandi yang harus memecahkan 6 sandi untuk mencapai finish. pemenang, regu cintami. andi meriem mattalata batal ikut. (or)

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANDUNG banyak akalnya. Tahun lalu, di sana berlangsung lomba lari sambil menanam pohon untuk penghijauan. Dan hari Minggu, 11 September yang lalu, sekitar 600 muda-mudi memeras tulang dan otak dalam sebuah lomba lintas alam yang sulit dicari duanya. Lomba itu disebut Lintas Alam Bersandi, karena peserta harus memecahkan 6 macam sandi untuk mencari lintasan mencapai garis finish. Ada sandi alfabet terbalik, sandi jam, mose, sandi kotak, sandi merah putih, dan sandi rumput. Meski namanya lintas alam, lomba yang menempuh jarak 10 km ini ternyata juga melewati jalan-jalan ramai di Kota Bandung. Lepas dari start di halaman Studio Radio Ganesha, yang menjadi sponsor perlombaan, 200 regu (masing-masing 3 orang) kelihatan tersendat begitu membuka amplop berisi sandi yang diberikan panitia. Rupa-rupa sandi di amplop itu akan menunjukkan jalan yang harus mereka tempuh. Di antara sandi-sandi tadi, sandi rumput rupanya yang paling sulit, karena bentuknya mirip steno. Beberapa peserta yang putus asa menempuh jalan pintas saja dengan menguntit peserta yang di depan. Tetapi, jalan gampangan ini membawa risiko. Peserta nomor 34 terpaksa berputar-putar mencari jalan sendiri, karena regu yang mereka ikuti ternyata tersasar. Penggal terakhir dari rute perlombaan merupakan daerah berbukit-bukit yang terletak di daerah utara Bandung. Jalan setapak yang mendaki di daerah ini membikin peserta mulai penat. Nasi dan roti, yang dipersiapkan sebagai cadangan tenaga, ternyata berbalik menjadi beban. Sekalipun sudah disantap, toh masih sisa. Akhirnya, makanan itu terpaksa diseret dalam ransel menuju garis finish. "Nyesal saya bawa bekal banyak-banyak," gerutu Sri Murniwati, pelajar SMA. Akhirnya, Regu Remaja Cintami, yang terdiri dari Melly Hisrotin, Iwan, dan Wewen yang menempuh rute tadi dalam 2 jam 15 menit, muncul sebagai pemenang. Regu yang memang sudah sering naik gunung itu memperoleh medali emas dan uang kontan Rp 40.000. Sebenarnya, mereka terlambat 5 menit dari pemenang kedua, Green Peace. Tetapi, karena Green Peace terlalu lama dan keliru memecahkan sandi terakhir di garis finish, Cintami yang menang. "Seperti main catur, kita harus menebak langkah selanjutnya," ujar Melly tentang lomba ini. Dalam perlombaan yang menarik uang pendaftaran Rp 4.300 per regu ini tak ada yang kecewa, sekalipun itu regu Ciparay. Regu ini muncul paling awal di finish. Tapi cuma memperoleh hadiah hiburan, juga karena tak mampu memecahkan sandi dengan cepat pada saat terakhir. "Permainan yang mengasyikkan," ucap Sumardi, anggota regu. Lomba yang menyenangkan ini memang bukan permainan baru. Namun, supaya tidak sama dengan lomba-lomba serupa, dicari bentuk baru yakni bersandi itu. "Meniru kegiatan Pramuka," ujar Dimas Korompis, pelaksana perlombaan ini. Semula, perlombaan yang unik ini diharapkan akan diikuti Andi Meriem Mattalatta. Rencana itu batal karena sang biduan harus mengisi acara jumpa-pendengar yang diselenggarakan Radio Ganesha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus