PULUHAN siswa SMP dan SMA berkumpul di lapangan SMA Negeri III Yogya. Mereka, bergantian, berlari, melompat, dan melakukan berbagai gerakan lainnya, seperti mengangkat tubuh dengan bergayut pada palang dan melakukan gerakan baring duduk (sit-up). Dimulai Selasa pekan ini, selama seminggu, sekitar 1.000 pelajar kota itu sedang mengikuti kegiatan baru, yang disebut tes kesegaran jasmani. Kegiatan yang merupakan program Kantor Menpora dan Departemen P dan K itu diikuti oleh jutaan remaja berusia 13 sampai 19 tahun (pelajar atau bukan), di seluruh Indonesia. "Sasarannya adalah, selain untuk melihat tingkat kesehatan jasmani para remaja di berbagai daerah, dan tersusunnya peta olahragawan di Indonesia, juga membina olahragawan terbaik untuk menjadi atlet nasional," kata M.F. Siregar, Staf Menpora, yang memimpin proyek ini. Ide ini muncul dari Kantor Menpora, setelah ia melihat besarnya minat orang untuk berlari pagi hari. "Tapi apakah mereka itu benar-benar segar?" kata Siregar. Maka, diadakanlah tes kesegaran jasmani ini. "Presiden meminta aar untuk tes itu diutamakan pada yang berusia muda, karena merekalah yang punya potensi untuk menjadi olahragawan," tambahnya. Maka, pada bulan Juni yang lalu, 50 kepala bidang olah raga Kanwil P dan K dari semua provinsi di seluruh Indonesia dan panitia pusat ditatar di Jakarta tentang cara mengetes kesegaran jasmani para remaja itu. Mereka, sepulangnya ke daerah, harus menyiapkan instruktur-instruktur di kabupaten, kecamatan, dan desa. Dan mulai awal Agustus ini, tes itu mulai dilaksanakan -- seperti yang sudah dilakukan di Yogya. Para remaja itu harus melewati lima macam tes: lari cepat, angkat tubuh, baring duduk (sit-up), loncat tegak, dan lari jarak menengah. Untuk lari cepat, jarak yang ditentukan adalah 50 meter untuk usia 13-15 tahun, dan 60 meter untuk 16-19 tahun. Untuk angkat tubuh (bergayut pada palang) waktu minimal adalah 60 detik untuk putra dan 30 detik untuk putri. Sedangkan untuk baring-duduk putra-putri diberikan waktu yang sama yaitu 60 detik. Untuk kedua nomor ini, yang terbaik ialah yang mampu melakukan gerakan-gerakan itu sebanyak mungkin. Sedangkan pada loncat tegak, yang diukur adalah ketinggian loncatan. Pada lari jarak menengah, Jarak yang ditentukan 1.000 meter untuk usia 13-15 dan 1.200 meter untuk 16-19. Remaja yang mampu melakukan berbagai gerakan itu dalam waktu dan jumlah gerakan yang sudah ditentukan dianggap remaja yang segar jasmaninya, dan mereka akan mendapat piagam dari Presiden Soeharto. Diperkirakan dari jutaan peserta akan ada 300.000 remaja yang akan lulus seleksi. Maka, piagam itu akan diserahkan oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah pada peringatan hari olah raga nasional, 9 September mendatang, di Jakarta. Siregar mengaku tak mengeluarkan biaya banyak untuk program ini. "Hanya butuh dana untuk mencetak 300.000 piagam itu, seharga Rp 400 per buah," katanya. Dana itu sudah mereka peroleh dari bantuan Porkas sepak bola, ditambah dana rutin Menpora. Itu memang betul. Karena untuk tes itu sendiri, pelaksanaannya dibebankan kepada setiap provinsi. Untuk menyeleksi remaja di kota-kota seperti Jakarta (dilaksanakan awal bulan ini juga) atau Yogya, mungkin pelaksanaannya tak begitu sulit Tapi di provinsi yang daerahnya begitu luas, soalnya jadi lain. Di Sumatera Utara, misalnya, panitia masih terus mengadakan rapat untuk ancang-ancang pelaksanaan proyek ini. "Karena ini proyek nasional tentu yang mengkoordinasikannya Pemda. Kita sedang menunggu berapa biaya yang disediakan Pemda," kata Drs. Jasuddin Siregar, dari seorang staf di Kanwil P dan K Sum-Ut. Di sana, dana dibutuhkan untuk mengirim petugas menatar instruktur yang bertebaran di kabupaten-kabupaten. Mungkin, menurut Happy Siahaan, Kepala Bidang Keolahragaan Kanwil P dan K Sum-Ut, penyelenggaraan tes itu baru dilaksanakan pada 9 September mendatang. Artinya, bertepatan ketika Wakil Presiden menyerahkan piagam Presiden kepada para pemenang di Jakarta. Di Jawa Barat, panitia membatasi jumlah peserta maksimal 150 orang tiap kecamatan, sehingga untuk seluruh provinsi itu, kerepotan ini akan diikuti sekitar 120.000 remaja. Untuk itu, mulai pekan ini, di sana sedang dilaksanakan penataran para instruktur yang terdiri dari guru, pegawai Kanwil P dan K, pegawai kantor kabupaten/kota madya, dan KNPI. Tes remaja itu nanti dilakukan di kecamatan-kecamatan. KNPI di sini diikutsertakan, karena merekalah yang akan menylenggarakan tes untuk remaja yang bukan siswa. "Diharapkan perlombaan akan berlangsung cepat dan obyektif," kata A. Herawan, Kepala Bidang Keolahragaan Kanwil P dan K Ja-Bar. Dr. Sadoso Sumosardjuno, ahli kesehatan olah raga, memuji ide tes ini. "Manfaatnya besar untuk mengetahui kesegaran jasmani pemuda kita," katanya. Selain itu, tes itu juga bisa dijadikan ukuran apakah olah raga yang diadakan di sekolah sudah cukup atau masih kurang. Hanya saja, menurut dia, tes itu tidak semudah yang disangka orang. "Dibutuhkan waktu yang panjang dan persiapan yang matang," katanya. Sebaiknya, menurut Sadoso, tes itu menggunakan sebanyak mungkin komponen tes kesegaran jasmani seperti tes daya tahan jantung dan peredaran darah, daya tahan, kekuatan, dan kelenturan otot, dan harus mempunyai kelanjutan, agar hasilnya bisa dimanfaatkan para pembina olah raga. "Kalau setengah-setengah, percuma," katanya. Tapi rupanya orang-orang dari organisasi olah raga belum dilibatkan. Sekjen KONI Pusat, dr. Mohamad Sarengat, misalnya, meski menganggap kegiatan itu bermanfaat, mengaku belum mengetahui rencana tes kesegaran jasmani itu. "Program ini nantinya bisa dikaitkan dengan pemusatan latihan di daerah (Pelatda) KONI," katanya berharap. Amran Nasution Laporan Rudy Novrianto (Jakarta) & Aji Abdul Gofar (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini