Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menunggu Borg Main Di Senayan

Dengan sponsor perusahaan BAT, pemain tennis internasional, Bjorn Borg bersama Vitas Gerulaitis akan bermain di Senayan.(or)

21 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TENNIS profesional belum cemerlang di Indonesia, namun telah sering pemain internasional didatangkan ke Jakarta. Kali ini Bjorn Borg akan datang bersama Vitas Gerulaitis. Keduanya pemain top yang akan diadu di Jakarta (26 Februari), kemudian di Kualalumpur (28 Februari), akhirnya di Hong Kong (2 Maret) dalam Kejuaraan 555 Internatiowal Tennis Classic. Ini merupakan kejuaraan tennis klasik Asia yang baru, disponsori perusahaan BAT (British American Tobacco) dan kelompoknya. Biaya mendatangkan dua pemain itu cukup besar. "Saya tak dapat memberikan jumlah yang pasti, karena event ini kami pikul bersama saudara kami -- BAT di Hong Kong dan Malaysia," kata David Grime, Marketing Services Manager BAT Indonesia kepada TEMPO. Penginapan mereka ditanggung oleh Hilton, hotel resmi turnamen ini. Negosiasi dengan Borg (24 tahun), petennis asal Swedia, dan Gerulaitis (26 tahun) dari AS itu tidak dilakukan langsung oleh BAT. "Kami menghubungi mereka lewat IMG," ujar Grime. IMG (International Management Group) yang berpusat di London mengumpulkan para atlet top dalam tennis, tinju (Mohamad Ali, misalnya), ski, dan lain-lain. Cabangnya untuk Asia beralamat di Hong Kong. Terserang Flu Pihak sponsor dan penyelenggara tampaknya enggan mengemukakan bayaran untuk Borg dan Gerulaitis karena masalah pajak. Pasti keduanya dibayar mahal. Sebagai perbandingan, Borg misalnya di tahun 1980 menerima hadiah uang yang nilainya sekitar Rp 62,5 juta hanya dari lapangan tennis. Di luar itu (dari periklanan misalnya) penghasilannya sekitar Rp 250 juta. Awal pekan lalu di Toronto, Kanada, ia memperoleh Rp 28 juta. Itu dalam Kejuaraan Tennis Molson, yang diikuti delapan pemain unggul. Padahal Borg cuma mencapai semi final bersama Jimmy Connors Borg tidak melanjutkan sampai final karena terserang virus flu. Gerulaitis dalam babak penyisihan pertandingan yang memakai kompetisi penuh (round-robin) itu mula-mula kalah dari John McEnroe di babak pertama. Setelah mengalahkan Connors (pemain veteran yang mengalahkan Borg di situ), Gerulaitis membuat revans atas McEnroe di final. Ia mengantungi hadiah senilai Rp 110 juta. Selain itu, sebagai top ace server ia masih menerima bonus US$15.000 atau Rp 9,375 juta. "Saya lebih senang menghadapi McEnroe, karena belum pernah menaklukkan Borg. Bermain lawan Borg ibarat naik sepeda menantang tembok," tutur Gerulaitis ketika masuk final (9 Februari) di Toronto. Ambisinya menjadi juara Wimbledon 1977 digagalkan Borg di semi final. Begitu pula di final Grand Prix Masters Championship 1979 dan Kejuaraan Prancis 1980. Gerulaitis akan menantang Borg, juara lima kali Wimbledon (1976-1980) itu di Jakarta. Pelaksanaannya dipercayakan oleh IMG dan BAT kepada Pelti (Persatuan Lawn Tennis Indonesia). Biasanya untuk pertandingan besar dipakai lapangan di mulut Jalan Patal Senayan. Namun karena musim hujan, diduga masih ada misbar (gerimis bubar), seperti terjadi pada pertandingan semi final Davis Cup zone Asia antara Indonesia-Pakistan Sabtu lalu (akhirnya dimenangkan Indonesia), ditunjuklah Istora. Permukaan lapangan Istora (kapasitas 10.000 penonton) yang terbuat dari kayu tidak menjadi masalah. "Seorang dermawan, oilman dari AS, akan menyumbangkan karpet supreme-court," kata Ketua Pelaksana Pertandingan, Sudjono dari PB Pelti. Di Jepang dan Taiwan, pemain Indonesia pernah bertanding di atas karpet seperti itu. Sampai akhir pekan seluruh karcis VIP kelas Rp 20.000 dan Rp 10.000 sudah habis terjual. Tinggal kelas tribun samping dari Rp 2.000, Rp 4.000 dan Rp 6.000. Beberapa pengurus Pelti menyesal mengapa karcis VIP tidak dijual lebih tinggi. Namun pasti, menurut perhitungan sumber TEMPO, "bersih untuk Pelti minimum Rp 6 juta." Sebagai selingan para atlet amatir akan kebagian paket coaching-clinic oleh Lenards Bergelin, yang melatih Borg. "Kami akan memberikan kesempatan ini bagi petennis junior, 12 putra dan 8 putri," ujar Sudjono. "Atlet junior di bawah 20 tahun ini paling tidak akan menikmati keuntungan psikologis -- pernah bertemu dan dilatih coach dunia." Dan untuk ini Pelti tak perlu membayar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus