Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Suatu Gol Termahal Dari Urugay

Dalam pertandingan antar klub dunia di Tokyo Klub Nacional dari Urugay mengalahkan Nottingham Forest dari Inggris. gol tunggal yang merupakan gol termahal di dunia, dicetak oleh waldemar victorino.

21 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GOL tunggal dari kaki Waldemar Victorino untuk klub Nacional dari Uruguay sewaktu melawan Nottingham Forest dari Inggris merupakan gol termahal di dunia. Dalam pertandingan antar klub dunia di Tokyo, 11 Februari, gol itu terjadi. Victorino mendapat sedan Toyota Cellica seharga Rp 18 juta, dan nilai saham Nacional menanjak di pasar modal. "Kemenangan ini akan membuat kepercayaan masyarakat dan neraca keuangan kami di bank pulih." kata Sekretaris Nacional, Cesar Aroztegui. Apa pasal? Tahun 1978, Nacional sempat krisis lantaran dililit utang. Keadaan itu membuat klub ini terlempar dari tangga juara ke urutan bawah, dan sekaligus memerosotkan nilai sahamnya. "Ketika diadakan penggantian pimpinan (1979) utang klub berjumlah œ300.000 (sekitar Rp 450 juta)," kata Sekretaris Aroztegui. "Kami betul-betul terpukul." Terakhir Nacional menjuarai liga sepakbola Uruguay ialah tahun 1977. Langkah penyehatan di tubuh Nacional tak cuma menyangkut pengurus. Juga di lingkungan tim. Tempat latihan dipindahkan ke luar kota agar biaya bisa ditekan lebih rendah. Beberapa pemain ditransfer ke klub lain. Toh tiap bulan masih dikeluarkan biaya sekitar œ50.000. Jika latihan di Montevideo, angka itu akan melonjak sampai 20%. Pengeluaran rutin ini, menurut Aroztegui, diperoleh dari menyewakan fasilitas tempat latihan dan rekreasi milik klub "Pertandingan belum memasukkan uang," lanjutnya. Awal 1981, Nacional kembali memenangkan kompetisi dalam negeri meraih gelar kampiun turnamen antarklub Amerika Selatan, dan melengkapinya dengan menundukkan juara Eropa, Nottingham Forest. "Prestasi ini cukup membangkitkan kebanggaan bagi penggemar Nacional," ujar Aroztegui. "Betapa tidak. Untuk pertama kali suatu klub dari Uruguay menurunkan sebelas pemain pribumi dalam turnamen penting seperti antar klub dunia dan menjadi juara." Bagi liga sepakbola Uruguay, kemenangan Nacional merupakan sukses ke dalam mengalahkan kampiun Eropa. Pemenang terdahulu adalah Penarol, dua kali, masing-masing 1961 dan 1966. Tapi, "sebagian besar pemain Penarol adalah pemain kontrakan dari luar negeri," kilah Aroztegui. Di Tokyo, kehebatan pribumi Uruguay yang terkenal dengan permainan perorangannya tak banyak terlihat. "Pertandingan kelas dunia yang mengecewakan," tulis koran Jepang Asahi Shimbun. "Ketika Victorino mencetak gol di menit ke-10, penonton berharap pertandingan akan jadi menarik dan mengesankan. Ternyata Nacional cuma bertahan bertahan saja selama 80 menit terakhir." Menurut pengamat sepakbola, Nacional bermain lebih mengesankan ketika memenangkan pertandingan antar klub dunia 1971, sewaktu menundukkan runer up kejuaraan Fropa, Panathaikos dari Yunani. Ketika itu kampiun Eropa, Ajax dari Belanda, menolak bertanding dengan Nacional. Nottingham Forest, tanpa Tony Woodcock dan Garry Birtles yang sudah ditransfer ke klub lain, juga tak begitu menonjol. Gaya permainannya yang terkenal dengan operan pendek itu tak jalan akibat penjagaan ketat pemain Nacional. Bahkan pemain Trevor Francis yang terkenal licin itu pun dibuat tak berdaya oleh kapten Nacional Victor Esparago. "Kami tidak bisa melupakan semua pengalaman pahit di Tokyo." kata manajer tim Nottingham Forest, Brian Clough. Mulai Bangkit Kegagalan Nottingham Forest, juara Fropa 1979 dan 1980, terutama lantaran harus mengikuti jadwal ketat kompetisi sepakbola Inggris hingga pemainnya tak punya tempo cukup sebelum bertanding. Tim Nottingham Forest tiba di Tokyo dua hari sebelum pertandingan. Sedang Nacional tiba sepekan sebelumnya dan sempat melakukan dua kali pertandingan percobaan melawan tim junior Jepang. "Bagaimanapun hebatnya suatu tim, pendeknya waktu untuk penyesuaian diri dengan iklim baru tetap akan mempengaruhi pemain," kata Clough. Andil Nacional dalam persepakbolaan Uruguay sudah lama. Klub ini adalah tulang punggung tim nasional dalam memenangkan medali emas Olympiade 1924 dan 1928, serta Piala Dunia 1930. Terakhir pemain Nacional memperkuat tim Uruguay dalam turnamen Mundialito di Montevideo, Januari -- kejuaraan dunia mini. Turnamen itu yang diikuti oleh Jerman Barat, Italia, Belanda (mewakili Inggris), Argentina, dan Brazil, dijuarai oleh Uruguay. "Setelah tiga dekade Uruguay (paling akhir menjadi juara dunia tahun 1950) mulai bangkit lagi. Mereka patut diperhitungkan dalam Piala Dunia 1982 di Spanyol," komentar pelatih Jerman Barat Jupp Derwall. Nacional, didirikan 14 Mei 1899 merupakan peleburan dari klub Defensor dan Montevideo. Klub ini ikut kompetisi tahun 1901, dan setahun kemudian menjadi juara nasional -- predikat ini dipegangnya sebanyak 33 kali. Di dalam jatuh-bangunnya, Nacional tak pernah kehilangan ciri sebagai klub yang mempercayakan kekuatan pada pemain lokal. Tak heran bila ia tetap mendapat tempat tersendiri di lingkungan publik sepakbola Uruguay. Ketika Nacional bertanding melawan Internacional di Porto Alegre, Brazil, untuk memperebutkan gelar juara turnamen antar klub Amerika Selatan, 1971, tak kurang dari 20.000 wargs Uruguay boyong ke sana memadat di antara 80.000 penonton. Padahal Uruguay yang luasnya 178 ribu km persegi itu berpenduduk tiga juta jiwa. "Belum pernah ada klub yang berunding dalam kandang lawan mendapat dukungan dari publik sendiri demikian besar," kata Aroztegui. Dalam membangun tim setelah krisis tahun 1978, Nacional tetap memadukan unsur muda dan tua. "Nacional masih membutuhkan tipe gabungan," lanjut Aroztegui. "Anda mungkin tak bisa memahami. Tapi begitulah keadaannya. Di Amerika Selatan, suatu pertandingan bukan cuma sekedar memperebutkan bola semata. Tapi lebih dari itu. Adakala mirip perang. Karena itu kami membutuhkan pemain yang banyak makan asam garam di samping juga harus memberi kesempatan pada pendatang baru." Pemain Nacional sekarang yang termuda berumur 19 tahun dan tertua 35 tahun. Di Nottingham Fotest perbedaan usia pemain tak begitu menyolok. Rata-rata usia mereka 25 sampai 30 tahun. Bila ia lewat dari 30 tahun, hampir tak ada lagi klub yang mau mengontraknya. Kecuali seorang mahabintang, seperti Pele. Johan Cruyff, atau Franz Beckenbauer pemain legendaris dekad 60 dan 70-an. Kemenangan Nacional telah mengukuhkan lagi supremasi Amerika Selatan atas Eropa. Dari 18 kejuaraan, dimulai tahun 1960, tim Amerika Selatan telah memenangkannya sebanyak 11 kali. Eropa baru 8 kali. Tahun 1975 dan 1978 tidak ada pertandingan. Apa arti sukses ini bagi Nacional sendiri? "Melegakan," kata Aroztegui. "Ternyata uang yang dikeluarkan pendukung Nacional tidak percuma."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus