GOL tunggal dari kaki Waldemar Victorino untuk klub Nacional
dari Uruguay sewaktu melawan Nottingham Forest dari Inggris
merupakan gol termahal di dunia. Dalam pertandingan antar klub
dunia di Tokyo, 11 Februari, gol itu terjadi. Victorino mendapat
sedan Toyota Cellica seharga Rp 18 juta, dan nilai saham
Nacional menanjak di pasar modal. "Kemenangan ini akan membuat
kepercayaan masyarakat dan neraca keuangan kami di bank pulih."
kata Sekretaris Nacional, Cesar Aroztegui.
Apa pasal? Tahun 1978, Nacional sempat krisis lantaran dililit
utang. Keadaan itu membuat klub ini terlempar dari tangga juara
ke urutan bawah, dan sekaligus memerosotkan nilai sahamnya.
"Ketika diadakan penggantian pimpinan (1979) utang klub
berjumlah œ300.000 (sekitar Rp 450 juta)," kata Sekretaris
Aroztegui. "Kami betul-betul terpukul." Terakhir Nacional
menjuarai liga sepakbola Uruguay ialah tahun 1977.
Langkah penyehatan di tubuh Nacional tak cuma menyangkut
pengurus. Juga di lingkungan tim. Tempat latihan dipindahkan ke
luar kota agar biaya bisa ditekan lebih rendah. Beberapa pemain
ditransfer ke klub lain. Toh tiap bulan masih dikeluarkan biaya
sekitar œ50.000. Jika latihan di Montevideo, angka itu akan
melonjak sampai 20%. Pengeluaran rutin ini, menurut Aroztegui,
diperoleh dari menyewakan fasilitas tempat latihan dan rekreasi
milik klub "Pertandingan belum memasukkan uang," lanjutnya.
Awal 1981, Nacional kembali memenangkan kompetisi dalam negeri
meraih gelar kampiun turnamen antarklub Amerika Selatan, dan
melengkapinya dengan menundukkan juara Eropa, Nottingham Forest.
"Prestasi ini cukup membangkitkan kebanggaan bagi penggemar
Nacional," ujar Aroztegui. "Betapa tidak. Untuk pertama kali
suatu klub dari Uruguay menurunkan sebelas pemain pribumi dalam
turnamen penting seperti antar klub dunia dan menjadi juara."
Bagi liga sepakbola Uruguay, kemenangan Nacional merupakan
sukses ke dalam mengalahkan kampiun Eropa. Pemenang terdahulu
adalah Penarol, dua kali, masing-masing 1961 dan 1966. Tapi,
"sebagian besar pemain Penarol adalah pemain kontrakan dari luar
negeri," kilah Aroztegui.
Di Tokyo, kehebatan pribumi Uruguay yang terkenal dengan
permainan perorangannya tak banyak terlihat. "Pertandingan kelas
dunia yang mengecewakan," tulis koran Jepang Asahi Shimbun.
"Ketika Victorino mencetak gol di menit ke-10, penonton berharap
pertandingan akan jadi menarik dan mengesankan. Ternyata
Nacional cuma bertahan bertahan saja selama 80 menit
terakhir."
Menurut pengamat sepakbola, Nacional bermain lebih mengesankan
ketika memenangkan pertandingan antar klub dunia 1971, sewaktu
menundukkan runer up kejuaraan Fropa, Panathaikos dari Yunani.
Ketika itu kampiun Eropa, Ajax dari Belanda, menolak bertanding
dengan Nacional.
Nottingham Forest, tanpa Tony Woodcock dan Garry Birtles yang
sudah ditransfer ke klub lain, juga tak begitu menonjol. Gaya
permainannya yang terkenal dengan operan pendek itu tak jalan
akibat penjagaan ketat pemain Nacional. Bahkan pemain Trevor
Francis yang terkenal licin itu pun dibuat tak berdaya oleh
kapten Nacional Victor Esparago. "Kami tidak bisa melupakan
semua pengalaman pahit di Tokyo." kata manajer tim Nottingham
Forest, Brian Clough.
Mulai Bangkit
Kegagalan Nottingham Forest, juara Fropa 1979 dan 1980, terutama
lantaran harus mengikuti jadwal ketat kompetisi sepakbola
Inggris hingga pemainnya tak punya tempo cukup sebelum
bertanding. Tim Nottingham Forest tiba di Tokyo dua hari sebelum
pertandingan. Sedang Nacional tiba sepekan sebelumnya dan sempat
melakukan dua kali pertandingan percobaan melawan tim junior
Jepang. "Bagaimanapun hebatnya suatu tim, pendeknya waktu untuk
penyesuaian diri dengan iklim baru tetap akan mempengaruhi
pemain," kata Clough.
Andil Nacional dalam persepakbolaan Uruguay sudah lama. Klub ini
adalah tulang punggung tim nasional dalam memenangkan medali
emas Olympiade 1924 dan 1928, serta Piala Dunia 1930. Terakhir
pemain Nacional memperkuat tim Uruguay dalam turnamen Mundialito
di Montevideo, Januari -- kejuaraan dunia mini. Turnamen itu
yang diikuti oleh Jerman Barat, Italia, Belanda (mewakili
Inggris), Argentina, dan Brazil, dijuarai oleh Uruguay. "Setelah
tiga dekade Uruguay (paling akhir menjadi juara dunia tahun
1950) mulai bangkit lagi. Mereka patut diperhitungkan dalam
Piala Dunia 1982 di Spanyol," komentar pelatih Jerman Barat Jupp
Derwall.
Nacional, didirikan 14 Mei 1899 merupakan peleburan dari klub
Defensor dan Montevideo. Klub ini ikut kompetisi tahun 1901, dan
setahun kemudian menjadi juara nasional -- predikat ini
dipegangnya sebanyak 33 kali. Di dalam jatuh-bangunnya, Nacional
tak pernah kehilangan ciri sebagai klub yang mempercayakan
kekuatan pada pemain lokal. Tak heran bila ia tetap mendapat
tempat tersendiri di lingkungan publik sepakbola Uruguay.
Ketika Nacional bertanding melawan Internacional di Porto
Alegre, Brazil, untuk memperebutkan gelar juara turnamen antar
klub Amerika Selatan, 1971, tak kurang dari 20.000 wargs
Uruguay boyong ke sana memadat di antara 80.000 penonton.
Padahal Uruguay yang luasnya 178 ribu km persegi itu berpenduduk
tiga juta jiwa. "Belum pernah ada klub yang berunding dalam
kandang lawan mendapat dukungan dari publik sendiri demikian
besar," kata Aroztegui.
Dalam membangun tim setelah krisis tahun 1978, Nacional tetap
memadukan unsur muda dan tua. "Nacional masih membutuhkan
tipe gabungan," lanjut Aroztegui. "Anda mungkin tak bisa
memahami. Tapi begitulah keadaannya. Di Amerika Selatan, suatu
pertandingan bukan cuma sekedar memperebutkan bola semata. Tapi
lebih dari itu. Adakala mirip perang. Karena itu kami
membutuhkan pemain yang banyak makan asam garam di samping juga
harus memberi kesempatan pada pendatang baru." Pemain Nacional
sekarang yang termuda berumur 19 tahun dan tertua 35 tahun.
Di Nottingham Fotest perbedaan usia pemain tak begitu menyolok.
Rata-rata usia mereka 25 sampai 30 tahun. Bila ia lewat dari 30
tahun, hampir tak ada lagi klub yang mau mengontraknya. Kecuali
seorang mahabintang, seperti Pele. Johan Cruyff, atau Franz
Beckenbauer
pemain legendaris dekad 60 dan 70-an. Kemenangan Nacional telah
mengukuhkan lagi supremasi Amerika Selatan atas Eropa. Dari 18
kejuaraan, dimulai tahun 1960, tim Amerika Selatan telah
memenangkannya sebanyak 11 kali. Eropa baru 8 kali. Tahun 1975
dan 1978 tidak ada pertandingan. Apa arti sukses ini bagi
Nacional sendiri? "Melegakan," kata Aroztegui. "Ternyata uang
yang dikeluarkan pendukung Nacional tidak percuma."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini