Menunggu Keajaiban dari Beijing -- Pekan ini, atlet Indonesia berangkat ke Asian Games Beijing dengan target tujuh medali emas. Dari atletik, diharapkan dua medali, tapi hasil kejuaraan nasional menyiratkan berat. BEIJING, women laile. Kata itu sekarang lagi top. Artinya: Beijing, kami datang. Ya, dalam hari-hari ini, para atlet dari berbagai negara di kawasan Asia berdatangan di Beijing, ibu kota Cina, untuk meramaikan Asian Games (AG) XI. Kontingen Indonesia yang berjumlah 204 orang berangkat dari Jakarta, Jumat pekan ini. Di Beijing, target yang dipasang KONI Pusat adalah tujuh medali emas -- di AG Seoul, empat tahun lalu, Indonesia mengantungi hanya satu medali emas. Target tujuh emas itu sebenarnya sudah "diciutkan". Karena, ketika induk-induk organisasi yang atletnya dikirim ke Beijing dikumpulkan, tercatat ada 12 medali emas yang kira-kira bisa diharapkan. Atletik dua emas, bulu tangkis (dua), tenis (dua) tinju (tiga), balap sepeda (dua), dan renang (satu). "Ini hanya harapan. Hasilnya, kita lihat saja nanti," ujar Sekjen KONI Pusat Sarengat kepada Ivan Haris dari TEMPO. AG Beijing memperebutkan 308 medali emas. Sarengat, yang juga Ketua Bidang Pembinaan PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) d-emisioner -- pengurus baru PASI yang lengkap belum terbentuk -- san-gat mengharap ada medali emas dari atletik. "Sampai Asian Games Seoul yang lalu, tak seorang pun atlet atletik Indonesia dapat meraih medali emas. Kecuali saya pada tahun 1962," kata Sarengat, sprinter 100 meter yang meraih medali emas pada AG Jakarta 1962. Di AG Jakarta itu, kontingen Indonesia menduduki peringkat kedua dalam pengumpulan medali dengan meraih 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu. Tapi Bob Hasan, yang baru saja terpilih kembali menjadi Ketua Umum PASI, menolak memberi target. "Kita nggak bisa ngomong target. Kalau kita ngomong target, nanti anak-anak malah tegang, tak bisa tidur," ujar Bob. Dibandingkan dengan cabang-cabang lainnya, cabang atletik paling mudah direka-reka perolehan medalinya, karena baru saja melangsungkan kejuaraan nasional (kejurnas). Atlet-atlet andalannya, seperti Mardi Lestari, Eduardus Nabunome, Suryati, Subeno, dan Hasiati Lalowe baru saja pulang dari berlatih di Oregon, AS. Bob Hasan menyebut Mardi Lestari dan Eko Pambudi (pelari 100 dan 200 meter), Hasiati Lalowe (jalan cepat), Eduardus Nabunome dan Subeno (pelari jarak menengah) serta Naek Sagala, Suryati dan Maria Lawalata (pelari jarak jauh dan maraton) sebagai tumpuan meraih medali. Mardi, misalnya, adalah pemegang rekor Asia lari 100 meter dengan catatan waktu 10,20 detik. Sayang, di kejurnas yang berakhir Ahad lalu di Stadion Madya Jakarta, catatan waktu Mardi melorot jadi 10,47 detik, walau ia tetap juara. "Sekarang ini persiapan saya minim. Selama di Amerika, pergelangan kaki saya sakit. Saya hanya latihan beban, tidak latihan di track," ujar Mardi. Siapa lawannya nanti? "Selain atlet Cina, juga atlet Qatar yang juara di Seoul dulu. Juga dari Jepang," kata Mardi lagi. Pelari Qatar yang dimaksud adalah Talal Mansoor dengan catatan waktu 10,30 detik. Ini adalah rekor Asian Games. Namun, kalau Qatar memboikot AG Beijing -- karena Irak ikut serta -- tentulah Talal Mansoor absen. Maka saingan Mardi datang dari Hiroki Fuwa (Jepang) yang mencatat waktu 10,44 detik di Seoul dan Zheng Chen dari Cina (10,47 detik). Masih ada atlet Cina lainnya, yaitu Li Tao dan atlet Kor-Sel Chang Jae Keun, serta Hirofumi Miyazaki dari Jepang yang mungkin mengganjal. Di nomor sprint 200 meter, selain Chang Jae Keun yang punya catatan waktu 20,71 detik, ada atlet Cina Li Feng yang mencatat 20,97 detik. Pada Kejurnas kemarin ini, pelari Alamsyah merebut medali emas dengan catatan waktu 21,88 detik mengalahkan Ernawan Witarsa yang baru pulang dari AS. Namun, baik Alamsyah maupun Ernawan tak terpilih ke Beijing. Yang akan turun di 200 meter adalah Mardi dan Eko Pambudi. Catatan waktu terbaik Mardi masih 21,12 detik. Agaknya harapan Indonesia meraih medali di 200 meter ini tipis. Andalan Indonesia lainnya adalah Hasiati Lalowe yang akan turun di nomor jalan cepat 10 kilometer. Pada Kejurnas yang baru lalu, Serda. Polri berusia 24 tahun ini baru saja memperbaiki rekor nasionalnya dengan 51 menit 44,20 detik. Bagaimana peluangnya? "Ah, saya masih jauh. Soalnya saingannya berat, dari Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Apalagi saya baru pertama kali ikut Asian Games," ujar pemegang medali emas SEA Games 1989 ini. Atlet Cina yang merebut medali emas di AG Seoul untuk nomor ini adalah Guan Ping dengan catatan waktu 48 menit 40 detik. Medali perak juga digondol atlet Cina Xu Yongjiu dan perunggu disabet atlet Jepang Hideko Hirayama. Indonesia di AG Seoul mengirim Iece Magdalena yang menempati urutan keempat dengan 51 menit 52 detik. Bagaimana Eduardus Nabunome dan Subeno di nomor lari 5.000 meter? Juga berat. Kim Jong Yoon, pemegang medali emas AG Seoul, mencatat 13 menit 50,63 detik. Sedangkan Masanari Shintaku dan Yutaka Kanai dari Jepang masih berlari sekitar 13 menit 52 detik. Nah, bandingkan dengan rekor Eduardus yang tak beranjak dari 14 menit 15,70 detik. Di nomor maraton, peluang Naek Sagala, Suryati, dan Maria Lawalata juga tak lebih cerah. Ada atlet Jepang dan Korea Selatan yang masih lebih baik sekitar 30 menit ketimbang atlet-atlet Indonesia ini. Walhasil, dari atletik agaknya repot mengharapkan ada sumbangan medali emas, ini kalau kita berpegang pada hasil-hasil Kejurnas lalu. Entah kalau ada keajaiban. Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini