Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Merah di tengah pesimisme

Tim merah jadi inti regu ke olimpade los angeles 1984. basri menjadi pelatih. (or)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAIMANA sudah diduga sejak semula, Tim Merah menjadi kekuatan inti regu Indonesia untuk memperebutkan karcis ke Olimpiade Los Angeles 1984. Empat belas dari 22 pemain terpilih datang dari tim itu yang terdiri dari klub Niac Mitra, Arseto, dan Makassar Utama. Ditambah 7 dari Tim Hijau dan seorang dari Putih. Tak terlalu berlebihan kalau dikatakan tim nasional yang sekarang merupakan bayangan Niac Mitra, yang menjadi juara kompetisi Liga 2 kali. Paling tidak, 10 pemain klub dari Surabaya itu ditunjuk memperkuat tim nasional yang diumumkan 19 September yang lalu. Bagaikan operan-operan bola yang lancar, pemilihan sekali ini kelihatannya berlangsung tanpa banyak halangan. Orang yang paling bahagia tak lain Basri, 41 tahun, (pelatih Niac Mitra) yang menangani Tim Merah yang kemudian dipercaya melatih tim nasional yang akan mulai bertanding di Senayan, 6 Oktober mendatang, melawan Arab Saudi. Dia mendapat kepercayaan penuh. Satu kesempatan yang jarang diterima pelatih nasional akhir-akhir ini. "Tim manajer, dan asisten pelatih semuanya Basri yang memilih," kata Maladi, ketua komisi teknik pembentukan tim Pra-Olimpiade. Sartono dan Yoppi Timisela akan mendampingi Basri dalam melatih tim yang hanya punya 2 minggu untuk mempertajam kerja sama. Bos Niac, A. Wenas, dipilih sebagai manajer tim. Tim yang berada di tangan Basri itu barangkali bukanlah tim yang ideal. Namun, paling tidak dia sendiri sudah turut memilih dan sebagian besar pemainnya sudah dikenal betul. "Saya tak mau kejadian di Bangkok tahun 1979 terulang lagi. Ketika itu, saya diminta untuk menangam tim yang disediakan PSSI," katanya. Pada kejuaraan King's Cup di Bangkok itu, kesebelasan yang dipimpinnya gagal menempati kedudukan terhormat karena Basri tidak terlibat dalam pembentukan tim itu. Padahal, beberapa bulan sebelumnya, dia sukses besar menghantarkan klub yang dilatihnya, Niac Mitra, yang mewakili PSSI, menjadi juara Piala Agha Khan di Bangladesh. Namun, sekarang pun Basri bukan tak melihat kelemahan tim yang diasuhnya. Dalam 2 kali pertandingan segitiga antara tim persiapan Pra-Olimpiade Merah, Hijau, dan Putih, bekas pemain nasional itu melihat lini belakang Merah yang dilatihnya masih lemah. Tetapi, sebagai pelatih tim nasional yang membawa nama negara, Basri berhak mendapat tenaga tambahan dengan mengambil Didi Dharmadi (Indonesia Muda) dan Nasir Salasa (UMS'80) yang direkrut dari Tim Hijau. Masih tanda tanya besar apakah tim nasional ini bisa berjaya dalam kejuaraan Pra-Olimpiade grup III Asia menghadapi Arab Saudi, Singapura, Malaysia, dan India. Banyak orang meragukan daya dobrak pemain-pemain yang akan diturunkan di garis depan. Barisan penyerang yang tersedia sekarang ini dianggap banyak pengamat "terlalu berhati halus" di garis pertahanan lawan. Harapan orang dari tim ini, seperti yang dikemukakan Kolumnis Kadir Yusuf, sedikitnya akan mampu menunjukkan grafik naik sepak bola Indonesia sekalipun, misalnya, gagal memperoleh tiket ke Los Angeles. Dengan penampilan yang semakin tidak meyakinkan menghadapi tim negara tetangga, seperti Muangthai dan Singapura, di SEA Games XII yang lalu, sulit membayangkan sukses tim Pra-Olimpiade 1976 berulang kembali. Ketika itu, di bawah pelatih Coerver, Indonesia dengan cemerlang menahan Korea Utara dalam pertandingan penentuan. Hanya nasib sial yang menentukan kekalahan Indonesia melalui adu penalti. Pada Pra-Olimpiade 1980 Indonesia roboh nomor dua dari bawah. Hanya setingkat lebih baik dari Filipina. Bahkan untuk pertama kalinya tim nasional ditebas negara kecil Brunai 3-2. Waktu itu, Niac Mitra juga memborong tempat terbanyak (7 pemain) di bawah asuhan pelatih Frans van Balkom. Adalah Sinyo Aliandoe yang dengan tegas menyatakan pesimismenya melihat tim yang terbentuk sekarang. "Harapan kita sangat tipis untuk meraih kemenangan. Kualitas pemain yang ada saat ini belum sanggup menyamai saingan-saingan kita. Lagi pula, waktu persiapannya terlalu singkat," ujar bekas pelatih nasional itu. Prosedur pemilihan tim sekarang ini, menurut Aliandoe, juga keliru. "Biasanya, kita menyusun tim lebih dulu, baru diadakan latihan secara teratur. Tetapi, ini justru sebaliknya," katanya. Selama ini, pembentukan tim memang didahului dengan pemanggilan pemain dari berbagai klub untuk kemudian membentuk tim. Namun, yang sekarang, justru diciptakan tim pendahuluan untuk kemudian memilih tim terbaik melalui uji coba dengan sisipan beberapa pemain dari tim yang Iemah. Menurut Maladi, "di tahun 1950-an kita pernah memakai sistem seperti ini dan mutunya bisa dipertanggung jawabkan." Cara pembentukan tim nasional yang sekarang memang disengaja oleh pimpinan PSSI. Sebagai jalan pintas, mengingat waktu persiapan tim Pra-Ollmpiade ml kurang dari 2 bulan. Ketergesaan ini diakibatkan lengahnya organisasi persepakbolaan itu sendiri yang masih ricuh dengan kekalahan di SEA Games Singapura bulan Juni, sehingga waktu yang tersedla menjadi sangat terbatas. Tim Merah yang memperoleh jatah terbanyak, menurut Maladi karena "adanya pola permainan yang jelas serta konsisten." Menurut dia, dalam keadaan penuh tekanan. Merah mampu bertahan pada pola yang sudah digariskan. "Secara teoretis kita bisa saja menentukan satu tim untuk kemudian ditambah dengan beberapa pemain tanpa melalui pertandingan seperti sekarang ini. Tetapi, justru dengan adanya kompetisi segi tiga ini bisa dinilai kemampuan suatu tim maupun individu-individunya," kata bekas menteri olah raga yang pernah sukses membenahi tim Indonesia ke Olimpiade 1956 di Melbourne.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus