IA sudah berangan-angan untuk mewakili Indonesia di gelanggang
bulutangkis sejak duduk di bangku SD. Impian itu diwujudkannya
dua pekan lalu di arena Pekan Olahraga Asia Tenggara (SEA Games)
X di Jakarta. Bahkan ia berhasil meraih medali emas setelah
menundukkan finalis Muangthai, Udom Luengpetchaporn, dengan
15-11 dan 15-4. Itulah Hastomo Arbi, 21 tahun, pemain yang
tadinya belum pernah menjadi juara nasional.
Ketika berusia 14 tahun, Hastomo menjuarai tnamen antar SD
Propinsi Jawa Tengah di Surakarta. Ia meningkat sebagai juara
senior sewaktu mengikuti kejuaraan Piala Surya di Surabaya, 5
tahun kemudian. Sejak itu, apalagi sesudah- Hastomo juga unggul
dalam perebutan Piala Munadi di Semarang, orang mulai
memperhitungkannya.
Dalam SEA Games ia dapat kesempatan membuktikan dirinya karena
terjadi kasus Liem Swie King. Kalau King tidak absen, Hastomo
diduga tidak akan mengalungkan medali emas. "Kemampuan saya
belum apa-apa dibandingkan King," katanya.
King, andalan utama Indonesia telah dinyatakan kalah WO (Walk
Out) atas pemain Singapura, Lee Hai Tong, garagara ia terlambat
muncul di lapangan pertandingan hampir 20 menit. Malam sebelum
pertandingan itu ia mengina di luar perkampungan atlit. PBSI
telah menjatuhkan skorsing selama 3 bulan bagi King atas
kelalaiannya itu.
Hastomo sekarang menjadi karyawan di pabrik rokok kretek Jarum,
Kudus Di bangku sekolah, ia hanya sampa kelas II SMP. Latar
belakang itu, menurut pelatihnya, Agus Susanto, beka
pemain Piala Thomas Indonesia, menyebabkan Hastomo merasa
'rendah diri' dalam pergaulan. King mulai menjadi tenar dengan
pendidikan SMA.
Tapi Hastomo, yang berteman dengan King dalam klub Jarum di
Kudus, punya kelebihan sendiri. Kalau King terkenal lantaran
kecepatan permainannya, maka Hastomo menonjol di segi
pertahanan. Tipe permainannya maupun keuletannya mengingatkan
orang pada gaya bekas pemain Piala Thomas, Mulyadi. "la adalah
pemain yang memiliki footwork (kelincahan kaki) semp urna,"
komentar R.A.J. Gosal, bekas manajer tim ke All England 1978.
Adakah ia bakal pengganti King? Pelatih Anwari tampak agak
sungkan menjawab. "Pengganti King akan muncul dari bibit-bibit
yang kini tengah kami gembleng," ujarnya.
Dua lagi dari keluarga Arbi yang juga berlatih di klub Jarum.
Hariadi Arbi, 17 tahun, dan Edi Hartono Arbi, 15 tahun --
keduanya termasuk bibit unggul di sana.
Di Jakarta tercatat pula nama Lius Pongoh, 18 tahun, pelajar
kelas II IPS di sekolah khusus olahragawan Ragunan. Sebagai
anggota regu Piala Thomas Indonesia, ia memberikan 2 saham
kemenangan ketika menundukkan tim Jepang di semi final 9-0 di
Jakarta Juni lalu. Nama-nama lain, juga punya masa depan baik,
adalah Rudy Heryanto Saputra, Bobby Ertanto, serta Hadiwibowo
Soesanto.
Di antara tim nasional putera saat ini, klub Jarum tercatat
berjasa menyumbangkan pemain. Dari 6 pemain terpilih untuk SEA
Games X, 3 berasal dari mereka - King, Hastomo dan Kartono.
Menurut Agus, klub Jarum--dari pimpinan perusahaan rokok kretek
tersebut--mendapat dana Rp 8 juta setiap tahun yang menunjang
pembinaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini