Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Upahnya tinggi

Dalam rangkaian tournya di asia, kesebelasan cosmos dari new york dalam pertandingannya di jakarta mengalahkan pssi utama 4-1 dan ditahan seri 1-1 oleh galatama selection. (or)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

COSMOS, klub yang menghimpun pemain sepakbola top dari 14 negara, telah datang. Ramai orang Jakarta pergi melihatnya bagaikan bocah yang pertama kali dibawa ke toko main-mainan. Mereka kagum. Tapi Cosmos nyatanya tidak selalu hebat. Di stadion utarr.a Senayan, 3 dan 5 Oktober lalu, mereka menang melawan PSSI Utama (4-1), tapi ditahan oleh Galatama Selection (1-1). Di Kore Selatan, mereka bahkan pernah kalah. Mengapa? "Perjalanan yang jauh, membuat pemain agak kehilangan gairah," jawab Prof. Julio Mazzei, Direktur Teknik Cosmos. "Namun, kami cukup puas dengan hasil yang dicapai." Cosmos bertolak dari pangkalannya, New York, pertengahan September, dan telah bertanding di Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong --sebelum turun di Jakarta. Wiel Coerver, pelatih asal Belanda yang menangani PSSI Utama, tidak begitu terkesan. "Sekumpulan pemain top bukan jaminan untuk menjadikan kesebelasan baik dan kompak," katanya. Kerjasama pemain Cosmos memang tak kelihatan menonjol dibanding kesebelasan Cruizero atau Ajax yang juga pernah bermain di Senayan. Dunia sepakbola prof di Amerika Serikat memang membutuhkan tokoh. "Pemain yang terdiri dari aneka bangsa penting untuk menarik penonton yang juga terdiri dari kelompok etnis," tulis Stephen Fay dalam The New Yorker edisi Juni. Mazzei membenarkan sinyalemen itu. "Sejak para pemain top dunia itu hijrah ke Amerika sepakbola mulai digemari masyarakat setempat," tutur Mazzei. Itu terlihat dari jumlah penonton. Tahun 1977, misalnya, untuk musim kompetisi April sampai Agustus, Cosmos hanya berhasil menjual 3 000 lembar karcis terusan. Dalam putaran berikutnya tercatat 20.000 pembeli. Para penonton itu terdiri dari pegawai kanror (47%) dan mereka yang berpendidikan universitas (53%). Klub Cosmos lahir 8 tahun silam dibiayai oleh Warner Communication -- perusahaan yang bergerak dalam industri hiburan dan film. Dipimpin oleh kakak beradik, Nasuhi dan Ahmed Ertegun, putera bekas Duta Besar Turki di Amerika Serikat sebelum Perang Dunia II, Cosmos membeli pemain tenar di dunia dengan bayaran yang tinggi. Pele, mutiara hitam dari Brazillia, misalnya digaet dengan bayaran $ 4 juta untuk jangka 2 tahun (1975-1977). Anggota Cosmos kini berjumlah 30, di antaranya 14 pemain asing. Tahun 1985, Cosms merencanakan untuk memakai 5 orang saja dari luar negeri. Warner Communications mengeluarkan untuk Cosmos biaya pembinaan, iklan, serta bonus pemain. Semua biaya bisa tertutup dari penjualan karcis, hasil iklan dan siaran televisi. Mungkin untung pula. Buktinya, "Cosmos membayar 3 kali lebih baik dari Brazilia," komentar Carlos Alberto, bekas pemain Piala Dunia, kepada Bachrun Suwatdi dari TEMPO. Ia menerima $ 528.000 untuk kontrak 4 tahun. Franz Beckenbauer, yang dikonrrak Cosmos selama 4 tahun dengan bayaran $ 2 juta, membuka kocek scndiri sebanyak $ 150.000 untuk klub asalnya, Bayern Munich agar ia bisa dilepaskan. Ceritanya begini Ketika Cosmos mulai mengincar Beckenbauer, klub Bayern Munich bersedia melepaskan der Kaiser ini asalkan menerima ganti rugi sebesar $ 750.000. Sedang Cosmos tetap bersikeras dengan angka $ 600.000. Apa sesungguhnya yang diincar Beckenbauer di balik itu? Bergabung dengan Cosmos, ia berharap mendapat tambahan $ 2« juta dari iklan kosmetik pria serta produk Adidas. Di Indonesia, dunia Galatama membayar masih rendah, rata-rata $ 300 (sekitar Rp 200.000) per bulan. "Tapi dibayar rendah atau tinggi, seorang pemain sepakbola harus berdisiplin tinggi," kata Mazzei. Disiplin pemain asuhannya cukup tinggi. Hampir tak kelihatan para pemain Cosmos berleha-leha. Waktu senggang, mereka bermain tenis atau berenang. Ada sedikit diskusi mengenai pola permainan antar mereka sendlri. Dan kalau tak bertanding, mereka latihan sepakbola bersama. Untuk tour Asia ini-- terakhir main di Singapura mereka disponsori oleh Fuji Xerox. Bayarannya tak diketahui. Tapi untuk hak promosi saja, Cosmos kabarnya mendapat 100 juta Yen. Sedang dari 2 pertandingan saja di Jakarta, mereka mengantongi $ 80.000 dari PSSI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus