NAMPAKNYA jalan ke Kongres Luar Biasa PSSI makin licin. Paling
tidak itu terlihat dari sikap Pj Ketua Umum, Muhono. Sabtu pekan
lalu Muhono sempat menemui Ali Sadikin di Balai Kota. Dalam
pembicaraan yang berlangsung sekitar 1 jam dan dihadiri pula
oleh Ketua Umum Persija, Urip Widodo, Pj Ketua Umum PSSI itu
telah menyatakan sikapnya.
Konon Muhono meminta maaf atas SK Bardosono yang antara lain
mencopot Erwin Baharuddin selaku Komda Khusus DKI/Komwil II
PSSI, sehingga bisa mempengaruhi kelestarian persepakbolaan di
Ibukota. (Itulah sebabnya dalam rapat pengurus PSSI pimpinan
Muhono yang pertama, Erwin diikut-sertakan). Pertemuan itu juga
mencapai kata sepakat bahwa semua pertandingan PSSI yang
berlangsung di Jakarta akan diselenggarakan oleh PSSI dan
Persija sebagai tuan rumah bersama.
Bila konsensus antara PSSI-Persija itu dapat terlaksana dalam
praktek, itu berarti satu aspek baru dari kehidupan sepakbola di
tingkat nasional. Karena sebelumnya kerjasama semacam itu hampir
tak pernah terjadi dan selalu menjadi bahan sengketa. Tapi yang
lebih penting dari pertemuan tersebut, adalah tergalangnya
kesatuan sikap dalam menghadapi kemelut PSSI. Sehingga mungkin
sekali dalam waktu dekat - sebelum 15 Juni ini - Muhono akan
merevisi susunan pengurus baru PSSI berdasarkan SK no.11 itu:
mencopot Ketua I, Suwarno Suryoputro dan Ketua III Suharjo
Suryobroto. Kedua tokoh ini konon akan dikembalikan ke posnya
semula, dipersilakan bersama bekas Ketua Umum Bardosono
mempertanggungjawabkan masa kepengurusannya. Karena seperti
pernah ditegaskan Muhono bahwa dalam Kongres PSSI nanti,
Bardosono dkk harus pula ikut mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan selama masa pimpinannya.
Kembali ke Kongres Luar Biasa PSSI, nampaknya Ketua Harian KONI,
Suprayogi, tetap mengharapkan persyaratan AD PSSI dipenuhi.
"Kalau menjelang 15 Juni permintaan untuk berkongres dari
bond-bond belum mencapai kuorum, saya terpaksa mengorbankan
kedudukan saya", kata Suprayogi sesaat menjelang ia meninggalkan
Jakarta menuju Moskow. "Itu berarti para anggota PSSI tidak
mempercayai saya lagi. Masakan Sri Sultan yang harus
mengundurkan diri?"
Simpang Siur
Suara bond untuk kongres luar biasa memang masih simpang siur.
Misalnya Ketua PSBS-Biak, Hendrik Wiradinata yang terkenal
sebagai satu-satunya orang yang berani menentang Bardosono dalam
Kongres Yogya Desember 1974. Ia mengingatkan, kemungkinan
terulangnya adegan di Yogya itu dalam Kongres Luar Biasa yang
sedang direncanakan. "Janganjangan ada ulah beo-beo baru di
kongres. Hanya bedanya mereka dulu dengan gegap-gempita
mengorbitkan Bardosono dan kongres luar biasa PSSI idaman KONI
Pusat sekarang justru sebaliknya", kata Hendrik lewat
jurubicaranya Vincentius Jauhari (Humas Bupati Teluk
Cendrawasih).
Hendrik kemudian mengusulkan, lebih baik para komda dan bond
yang dulunya secara aklamasi "mendewakan Bardosono, di antaranya
Daeng Patompo dkk, secara sportif minta pada Bardosono supaya
dia mengalah pada situasi". Ia juga mengingatkan bahwa
musyawarah di antara tokoh-tokoh bond dan Komda lebih etektit
dan pada yang bersifat massal. Dalam suasana kekeluargaan itu
diharapkan akan lahir pula konsep dan fikiran baru Dengan
begitu, kata Hendrik yang juga Ketua KONI Dati II Teluk
Cendrawasih, biayanya tidak terlalu besar.
Tanggapan dari Ketua PSBS-Biak itu paling tidak menunjukkan
bahwa antara pusat dan daerah masih ada perbedaan penilaian
terhadap situasi kemelut PSSI dan pribadi Bardosono. Itulah
sebabnya barangkali, bahwa kawat Pj Ketua Umum Muhono kepada
bond-bond di daerah agar menyatakan sikapnya terhadap Kongres
Luar Biasa belum mendapat tanggapan yang sepadan. Ini berarti
mulai dari sekarang Muhono harus mengintensifkan penggarapannya,
terutama terhadap daerah, dalam menghadapi Kongres Luar Biasa
yang telah ia tetapkan pada tanggal 5 Agustus nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini