INI keramik buatan grup "Kanatali" yang diasuh oleh Mochtar
Lubis. Sejumlah besar keramik-keramik yang meliputi panci, pot,
asbak, jam - barang-barang pakai - campur patung-patung keramik
- telah muncul di ruang pameran TIM akhir Mei yang lalu. Ia
mengingatkan usaha keramik masih dikerjakan terus.
April tahun lalu, grup ini masih menunjukkan cacat-cacat teknis
yang harus diperbaiki. Sekarang mulai ada kemajuan. Terutama
untuk penampilan watak keramik. Melalui warna, tebal tipis
bidang, tekstur permukaan, serta juga pilihan penggarapan.
"Kanatali" kali ini banyak menonjolkan ornamen yang antik,
bentuk yang unik yang sudah tentu akan merangsang mereka yang
membutuhkan barang dekorasi untuk interior modern.
Berbagai warna coklat dan kelabu yang dicapai sempat melantunkan
sesuatu yang antap. Tetapi ketekunannya pada detail masih
kurang, sehingga barang-barang tersebut meskipun menarik
bentuknya, terasa kasar. Setidak-tidaknya apabila kreatifitas
lebih diimbangi oleh ketrampilan teknis yang lebih mantap,
"Kanatali" boleh saja menjual hasil-hasilnya lewat dari Rp 60
ribu (harga puncak dalam pameran).
Orarg Berduit
Dari bentuk-bentuk yang muncul, kita segera dibawa pada udara
Timur Jauh, ornamen-ornamen Yunani, serta patung-patung modern.
Kurang sekali perhatian untuk men&gali kekayaan bentuk-bentuk
lokal. Apalagi untuk memanfaatkan relief-relief antik dari candi
yang tak sedikit menunjukkan ornamen yang tinggi mutunya.
Mungkin ini yang bikin keramik selamanya hanya jadi makanan
orang-orang berduit saja. Kegemaran orang-orang yang rindu pada
Timur Jauh atau zaman baheula di Eropah.
Bukan mustahil untuk menemukan warna lokal pada keramik pribumi.
Material ada, perhatian ada, hanya percobaan-percobaan memang
perlu dilakukan. Di samping tehnik benar-benar harus dikejar
sampai unggul. Rasanya hanya dengan cara itu, akan lebih timbul
watak yang akan bisa membedakan barang keramik pribumi. Kalau
seandainya dalam tehnik kita masih akan tetap terus ketinggalan
dari keramik Cina atau Jepang yang telah memiliki tradisi tua,
kita toh masih boleh membanggakan diri karena punya tampang. Tak
ada hubungannya dengan soal kepribadian. Hanya soal memanfaatkan
elemen-elemen yang ada, sehingga keramik bisa merasuk menjadi
kebutuhan seluruh lapisan rakyat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini