Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pameran keramik hasil grup kanatali asuhan Mochtar Lubis di TIM lebih banyak menonjolkan ornamen timur jauh, yunani dan patung modern dari pada bentuk lokal. Masih terdapat cacat teknis dan kasar.

11 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI keramik buatan grup "Kanatali" yang diasuh oleh Mochtar Lubis. Sejumlah besar keramik-keramik yang meliputi panci, pot, asbak, jam - barang-barang pakai - campur patung-patung keramik - telah muncul di ruang pameran TIM akhir Mei yang lalu. Ia mengingatkan usaha keramik masih dikerjakan terus. April tahun lalu, grup ini masih menunjukkan cacat-cacat teknis yang harus diperbaiki. Sekarang mulai ada kemajuan. Terutama untuk penampilan watak keramik. Melalui warna, tebal tipis bidang, tekstur permukaan, serta juga pilihan penggarapan. "Kanatali" kali ini banyak menonjolkan ornamen yang antik, bentuk yang unik yang sudah tentu akan merangsang mereka yang membutuhkan barang dekorasi untuk interior modern. Berbagai warna coklat dan kelabu yang dicapai sempat melantunkan sesuatu yang antap. Tetapi ketekunannya pada detail masih kurang, sehingga barang-barang tersebut meskipun menarik bentuknya, terasa kasar. Setidak-tidaknya apabila kreatifitas lebih diimbangi oleh ketrampilan teknis yang lebih mantap, "Kanatali" boleh saja menjual hasil-hasilnya lewat dari Rp 60 ribu (harga puncak dalam pameran). Orarg Berduit Dari bentuk-bentuk yang muncul, kita segera dibawa pada udara Timur Jauh, ornamen-ornamen Yunani, serta patung-patung modern. Kurang sekali perhatian untuk men&gali kekayaan bentuk-bentuk lokal. Apalagi untuk memanfaatkan relief-relief antik dari candi yang tak sedikit menunjukkan ornamen yang tinggi mutunya. Mungkin ini yang bikin keramik selamanya hanya jadi makanan orang-orang berduit saja. Kegemaran orang-orang yang rindu pada Timur Jauh atau zaman baheula di Eropah. Bukan mustahil untuk menemukan warna lokal pada keramik pribumi. Material ada, perhatian ada, hanya percobaan-percobaan memang perlu dilakukan. Di samping tehnik benar-benar harus dikejar sampai unggul. Rasanya hanya dengan cara itu, akan lebih timbul watak yang akan bisa membedakan barang keramik pribumi. Kalau seandainya dalam tehnik kita masih akan tetap terus ketinggalan dari keramik Cina atau Jepang yang telah memiliki tradisi tua, kita toh masih boleh membanggakan diri karena punya tampang. Tak ada hubungannya dengan soal kepribadian. Hanya soal memanfaatkan elemen-elemen yang ada, sehingga keramik bisa merasuk menjadi kebutuhan seluruh lapisan rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus