Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sudirman Masih Sakit. Siapa ...

Soekamto Sajidiman dicalonkan mengganti ketua PBSI Sudirman yang sedang sakit. Ia akan dihadapkan pada prestasi, pemain, kejenuhan suasana kepengurusan, kreatifitas dalam pembinaan.

11 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA drs. Sudirman terbaring di rumah sakit Pelni Jakarta, akibat tekanan darah tinggi dan komplikasi penyakit lain, tahun 1975 lalu kursi pimpinan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) kembali dalam gunjingan. Lantaran waktu itu ia melahirkan maksud untuk mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum yang dilimpankan oleh Kongres PBSI di Semarang Januari 1974. Sehubungan dengan penyakit yang dideritanya tak lagi memungkinkan dirinya untuk mencurahkan tenaga dan fikiran seperti masa seperti masa sebelunmya. Persoalannya ternyata tidak semudah itu. Sudirman agak merasa was-was juga untuk meninggalkan pekerjaan organisasi begitu saja. Sebab ia tak punya 'pewaris mahkota' yang diperkirakan mendapat dukungan penuh dari daerahdaerah. Tidak heran jika waktu itu dari mulutnya keluar ucapan bahwa ia mau meninggalkan kursi kepemimpinan asalkan penggantinya adalah Mayjen Soekamto Sajidiman, bekas Ketua Umum PBSI periode 1964-1967. Keinginan tersebut sudah barang tentu mendapat tentangan dari koleganya yang duduk dalam kepengurusan sekarang. Mengingat Soekamto Sajidiman tidak masuk dalan formasi kepemimpinan PBSI. Pendapat itu cukup beralasan, memang. Dan pertikaian faham tersebut akhirnya diselesaikan dengan pelimpahan wewenang kepada JC Tambunan selaku pejabat Ketua Umum kedudukan resminya dalam kepengurusan PBSI adalah Ketua I Bidang Organisasi. Masih Sakit Kursi pejabat itu cuma beberapa bulan diduduki Tambunan. Karena begitu Sudirman diperkenankan dokter untuk bekerja kembali, ia segera memangku jabatannya di PBSI. Meski demikian, masalah jabatan Ketua Umum juga tidak reda dengan sendirinya. Persoalan kesehatan Sudirman tetap jadi bahan perbincangan yang hangat terutama di hari-hari akhir kepemimpinannya -- Kongres PBSI yang sekaligus merupakan forum pemilihan pengurus untuk periode 1977-1980 akan berlangsung di Pandaan, Jawa Timur tanggal 10 s/d 11 Agustus depan. Sudirman sendiri tampak menyadari faktor kesehatannya yang dalam gunjingan. Akan mundurkah dia dari pencalonan yang akan datang? "Itu tidak betul", ujar Petrus Sumarsono, Sekjen PBSI. "Ia sekarang berada dalam kondisi kesehatan yang baik". Pendapat Sumarsono tentang kesehatan fisiknya itu dibantah tegas oleh Sudirman. "Wallahi, saya masih sakit", katanya dalam pembicaraan lewat telepon kepada TEMPO. Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk mundur dari kepengurusan PBSI. Tapi niat pengunduran dirinya itu juga disertai dengan syarat: hendaknya calon penggantinya itu dapat diterima oleh daerah-daerah. Persyaratan tersebut tidak enteng, memang. Tapi calonnya bukan tak ada. Orangnya lagi-lagi adalah Soekamto Sajidiman. "Kami tak punya pilihan lain, kecuali beliau", kata Eddy Yusuf yang selama ini dikenal sebagai juru bicara kelompok bekas pemain nasional. Ia juga mengatakan bahwa daerah-daerah akan memberikan dukungan penuh seandainya Soekamto Sajidiman bersedia dicalonkan. Bagaimana dengan Soekamto Sajidiman sendiri? "Prinsipnya saya tidak berkeberatan untuk kembali memimpin PBSI, kalau Kongres memang menghendakinya", ujar Soekamto Sajidiman, minggu lalu. Bukan Ringan Seperti halnya Sudirman, ia juga punya persyaratan: Soekamto Sajidiman tidak ingin pencalonan dirinya dipertentangkan dengan kandidat lain. Ia menghendaki dukungan penuh, dan kebebasan untuk memilih pembantu. Syarat itu diajukannya mengingat kepengurusan di bawah Sudirman sekarang kurang mendapat dukungan dari koleganya. "Saya tidak mau hal itu terulang lagi", lanjut Soekamto Sajidiman. Sebab, "tugas yang bakal dihadapi pengurus yang akan datang bukanlah beban yang ringan". Ia menyebut contoh tentang persiapan waktu untuk mempertahankan Piala Uber yang sudah suntuk turnamen akan dilangsungkan di Selandia Baru, kwartal pertama 1978. Akan mampukah tim Indonesia mempertahankan: lambang supremasi bulutangkis wanita itu? "Asalkan persiapannya didukung oleh kekompakan seluruh pengurus dan daerah, saya yakin Piala Uber bisa dipertahankan", tambah Soekamto Sajidiman. Ia mengambil contoh tentang persiapan yang dilakukannya dalam mempertahankan Piala Thomas di Tokyo, 1964. Waktu itu, menurut Soekamto Sajidiman, kondisi pemain putera Indonesia tak ubah seperti pemain puteri sekarang: dilanda krisis prestasi dan pemain. Sejak Indonesia meraih Piala Uber di Jakarta, 1975 pemain puteri tak lagi memperlihatkan prestasi yang meyakinkan di berbagai turnamen internasional. Kecuali satu kali penampilan Verawaty dalam invitasi bulutangkis Asia di Bangkok, 1976. Krisis yang dihadapi PBSI kini, agaknya bukan cuma itu. Bertahannya Sudirman di kursi Ketua Umum secara berturut-turut selama 3 periode pemilihan, juga menyebabkan PBSI tenggelam dalam suasana jenuh. Tidak terlihat suatu kreatifitas yang menonjol dalam pembinaan. "Karena itulah kehadiran pak Soekamto Sajidiman yang dikenal sebagai trouble shooter diperlukan", tambah Eddy Yusuf. Adakah gaya kepemimpinan Soekamto Sajidiman itu (seandainya ia terpilih) akan memberi jawaban terhadap kemerosotan PBSI sekarang? Jawabannya perlu dibuktikan, memang. Tapi yang jelas suasana dalam tubuh PBSI akan lain dari corak kepengurusan sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus