Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spanduk raksasa bertulisan “20LEGEND” berkibar lagi di dinding Stretford End, tribun para pendukung fanatik Manchester United di sisi barat Stadion Old Trafford. Angka 20 mengacu pada nomor kostum Ole Gunnar Solskjaer selama sebelas tahun bermain untuk United. Nyanyian pujian untuknya juga kembali bergema di stadion. Itulah penghormatan para suporter kepada Solskjaer, yang kembali ke Old Trafford sebagai manajer tim.
Spanduk itu sebenarnya ada sejak Solskjaer memutuskan pensiun sebagai pemain pada 2007 dan masuk ke tim pelatih United. Namun para pendukung mencopotnya saat dia menjadi manajer tim lamanya di Norwegia, Molde, pada 2011, dan klub Liga Primer Inggris, Cardiff City, tiga tahun kemudian.
Terkesima melihat sambutan ramai para penggemar setiap kali datang ke markas Setan Merah, Solskjaer mengatakan tak bisa terlalu lama larut dalam nostalgia. “Sekarang aku di sini untuk menjalankan tugas,” kata pelatih 45 tahun asal Norwegia itu seperti ditulis Manchester Evening News, akhir Desember lalu.
Solskjaer adalah pahlawan bagi suporter United. Dia pemain pilihan Manajer United, Alex Ferguson, yang ditransfer dari Molde pada 1996. Dia langsung menjadi idola setelah membukukan 18 gol dan menjadi top scorer tim pada musim perdananya. Selama berkarier di United, pemain yang dijuluki “Baby-Faced Assassin” itu mencetak 126 gol.
Kiprah enam menit Solskjaer menjelang akhir laga final Liga Champions Eropa 1999 menjadi cerita terpopuler. Dikenal sebagai supersub—pemain cadangan yang berperan penting bagi tim—Solskjaer mencetak gol kemenangan saat United menekuk Bayern Muenchen dengan skor 2-1. United pun meraih tiga gelar juara setelah merebut trofi Liga Primer Inggris dan Piala Liga. Ini merupakan masa paling sukses dalam sejarah klub yang berdiri 141 tahun silam itu.
Solskjaer menggantikan Jose Mourinho, yang dipecat menyusul kekalahan United 1-3 dari rivalnya, Liverpool, pada 18 Desember lalu. United sudah tertinggal jauh dari para pesaingnya untuk masuk posisi empat besar Liga Primer. Dari 17 pertandingan bersama Mourinho musim ini, United cuma lima kali menang.
Meski statusnya hanya manajer interim karena terikat kontrak dengan Molde, Solskjaer langsung tancap gas. Mike Phaelan,- asisten pelatih dan orang kepercayaan Alex Ferguson, juga kembali ke Old Trafford untuk membantunya. Dalam tiga pekan, Solskjaer mampu membuktikan bahwa dia lebih baik daripada Mourinho, yang hampir tiga tahun menangani United.
Solskjaer lulus ujian perdananya saat memimpin United ke markas Cardiff pada 23 Desember lalu. United menang dengan skor telak 5-1. Ini adalah pertama kalinya kesebelasan itu bisa mencetak lima gol dalam satu pertandingan setelah Ferguson pensiun pada Mei 2013.
Kemenangan United berlanjut saat melawan Huddersfield Town, AFC Bournemouth, Newcastle United, dan Reading. United membukukan 16 gol dan hanya kebobolan 3 kali. Bandingkan dengan lima laga terakhir Mourinho, yang memberikan 2 kekalahan dan 2 hasil imbang serta cuma 1 kemenangan dengan catatan 10 gol dan kebobolan 10 kali.
Rekor lima kemenangan beruntun itu membuat Solskjaer menyamai prestasi Matt Busby pada musim perdananya menangani United 73 tahun silam. Meski begitu, Solskjaer ternyata tak ambil pusing dengan urusan memecahkan rekor semata. “Mungkin 20 tahun lagi aku baru bisa duduk tenang dan melihat rekor apa saja yang sudah kubuat,” tuturnya.
Keberhasilan Solskjaer dipengaruhi oleh taktiknya yang berbeda dengan Mourinho. Mantan striker United, Wayne Rooney, menyebutkan Solskjaer lebih banyak memasang pemain yang memiliki karakter permainan menyerang. “Posisi yang mereka mainkan tak akan pernah terlihat di era Mourinho,” ucap Rooney, yang kini bermain bersama DC United di liga Amerika Serikat.
Menurut Rooney, strategi yang dipasang Solskjaer membuat United seperti kembali ke format lama pada era Ferguson, yang haus gol. “Itu bedanya dengan Mourinho, yang jika sudah mendapat satu gol langsung bertahan,” ujarnya seperti ditulis Manchester Evening News.
Solskjaer juga mengubah strategi dengan menggunakan jasa Paul Pogba dan Romelu Lukaku, dua pemain United yang sempat diabaikan Mourinho. Solskjaer sudah hafal karakter permainan Pogba karena dulu pernah menanganinya kala menjadi pelatih tim cadangan United. Adapun Lukaku dianggap paling cocok sebagai penyerang tunggal.
Keduanya klop dalam formasi 4-2-3-1, yang sebelumnya kerap dipakai Solskjaer- di Molde dan membuat tim itu dua kali menjuarai liga Norwegia. Solskjaer juga menggunakan formula empat pemain bertahan yang bisa menyerang dalam sejumlah modifikasi formasi 4-5-1. “Empat bek seperti itu sangat penting dalam sepak bola modern,” kata Solskjaer seperti ditulis Telegraph.
Pogba menyatakan bisa menikmati permainan di bawah arahan Solskjaer. Ia kembali menemukan ritmenya sebagai gelandang serang yang didukung Ander Herrera atau Nemanja Matic sebagai penyuplai bola dari lini belakang. “Masalahnya memang di Mourinho,” ujar kakak Pogba, Mathias. “Aku memahami saudaraku. Tinggal memintanya bermain dan dia akan melakukan sepenuh hati.”
Dalam tiga laga bersama Solskjaer, Pogba menghasilkan empat gol dan tiga bantuan mencetak skor. Hasil ini jauh lebih baik ketimbang dalam 17 laga terakhirnya bersama Mourinho. “Rasanya luar biasa,” tutur Pogba seperti ditulis situs resmi United. “Sebulan sebelumnya aku tak banyak bermain.”
Kehadiran Solskjaer juga berdampak besar pada kondisi psikologis tim. Menurut Quinton Fortune, mantan rekan setimnya di United, Solskjaer mampu membawa perubahan positif bagi lingkungan sekitarnya. “Tugas pertamanya mengubah pola pikir pemain yang sudah lama dalam situasi sulit,” ucap Fortune seperti ditulis ESPN. “Aku yakin para pemain akan menghormatinya.”
Solskjaer juga banyak memberikan kesempatan bermain kepada pemain muda seperti Anthony Martial, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard. Ia bahkan tak ragu menurunkan dua remaja lulusan akademi klub, Angel Gomes dan Tahith Chong. “Seperti Matt Busby pernah bilang, ’Jika bisa bermain bagus, mereka sudah cukup umur dan siap tampil’,” kata Solskjaer.
Solskjaer ternyata punya standar tinggi dan menuntut para pemainnya serius ketika bertanding. Dia menyatakan bisa saja meniru Ferguson, yang sering memarahi pemain yang bermain buruk. “Aku juga tak akan ragu,” ucapnya.
Jika prestasi ini bertahan, peluang Solskjaer menjadi manajer tetap United kian terbuka. Namun Molde, yang akan memulai kompetisi pada Maret mendatang, sudah memintanya segera kembali begitu kontraknya selesai. “Kesepakatan berlaku hingga 12 Mei. Kami hanya membahasnya dengan perwakilan United untuk periode itu, tidak bisa lebih,” tutur Direktur Pelaksana Molde Oystein Neerland.
Pengalaman menjadi pemain United membuat Solskjaer paham betapa besarnya sorotan publik dan tekanan para suporter yang terus menuntut kemenangan. Dia pun bertekad mendapat hasil yang memuaskan hingga kompetisi selesai pada Mei nanti. “Setidaknya cukup baik bagi mereka untuk terus menyanyikan namaku di stadion.”
OLE GUNNAR SOLSKJAER
Tempat dan tanggal lahir : Kristiansund, 26 Februari 1973
Kebangsaan : Norwegia
Tinggi : 1,78 meter
KARIER
Pemain
- Clausenengen 1990-1994
- Molde 1994-1996
- Manchester United 1996-2007
Manajer Klub
- Molde 2011-2014
- Cardiff City 2014
- Molde 2015-sekarang
- Manchester United interim, Desember 2018-sekarang
PRESTASI
Manchester United (sebagai pemain)
- Liga Primer Inggris 7 (1996/1997, 1998/1999, 1999/2000, 2000/2001, 2002/2003, 2006/2007)
- Piala FA 2 (1998/1999, 2003/2004)
- Community Shield 2 (1996, 2003)
- Liga Champions 1 (1998/1999)
- Piala Intercontinental 1 (1999)
Molde (sebagai manajer)
- Liga Norwegia (Tippeligaen) 2 (2011, 2012)
- Piala Norwegia 1 (2013)
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (THE GUARDIAN, GOAL, REUTERS, THE INDEPENDENT)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo