Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bahan Bakar dari Sampah Luna

Sampah padat di tempat pembuangan akhir diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Pabrik semen membelinya untuk menggantikan sebagian batu bara.

12 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sampah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembangunan proyek Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS)- Regional Lulut-Nambo (Luna) seluas 55 hektare di Desa Lulut dan Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang terkatung-katung selama 16 tahun dimulai kembali. Peresmian pembangunan ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada 21 Desember lalu. “Mudah-mudahan ini bisa menjadi contoh pengolahan sampah yang lebih canggih dan ramah lingkungan sehingga dapat ditiru di seluruh Indonesia,” kata Ridwan di lokasi proyek.

Pembangunan TPPAS Regional Luna menelan investasi Rp 650 miliar. TPPAS ini menggunakan teknologi canggih untuk mengubah sampah padat menjadi kompos dan bahan bakar yang disebut refuse-derived fuel (RDF). Bahan bakar ramah lingkungan tersebut dibeli PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk pabrik semennya guna menggantikan sebagian batu bara.

Proyek TPPAS Luna dibangun dan dikelola oleh PT Jabar Bersih Lestari (JBL), perusahaan patungan antara PT Jasa Sarana—badan usaha milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat—dan investor dari Korea Selatan. Menurut Direktur Utama PT JBL Doyun Yu, pihaknya telah bersepakat dengan Indocement mengenai jual-beli RDF. “Kami berencana menjual RDF itu seharga US$ 22,2 per ton. Tapi harga ini masih dirundingkan,” ucap Doyun Yu, yang juga pendiri dan CEO Environmental Management and Sustainability Solutions Co Ltd, yang bermarkas di Yongin, Gyeonggi, Korea Selatan.

Doyun mengatakan RDF berbeda dengan biomassa yang umumnya memanfaatkan limbah dari industri pertanian, seperti tandan sawit dari pabrik minyak sawit. “RDF ini berasal dari sampah rumah tangga,” ucapnya.

Dalam pengubahan sampah menjadi RDF, Doyun melanjutkan, digunakan dua teknologi yang merupakan komponen utama, yakni pemilah sampah secara mekanis yang berasal dari Korea dan pengolah sampah secara bio-drying yang diadopsi dari Jerman.

Ridwan Kamil menyebutkan teknologi TPPAS Luna memiliki kapasitas 1.800 ton sampah per hari. Sampah-sampah itu berasal dari empat wilayah, yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok di Jawa Barat serta Kota Tangerang Selatan di Banten. “Kapasitas teknologinya hanya 1.800 ton per hari. Jadi, kalau mau mengajak daerah lain, harus bikin mesinnya jilid II,” tutur pria yang akrab disapa Emil itu.

Cara Kerja TPPAS Regional Luna

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, yang populasinya mencapai 5,72 juta jiwa, menghasilkan sampah sekitar 2.650 ton per hari. Padahal Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Galuga di Kecamatan Cibungbulang hanya mampu menerima 500 ton sampah per hari. Kehadiran TPPAS Luna akan sangat membantu mengatasi masalah sampah di Kabupaten Bogor.

TPPAS Luna berada di Desa Lulut dan Desa Nambo. Lahan TPPAS seluas 40 hektare masuk wilayah Lulut yang berupa area hutan kurang produktif milik Perusahaan Umum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Adapun 15 hektare sisanya berada di Nambo, yang merupakan lahan milik Pemerintah Kabupaten Bogor.

TPPAS Luna baru dapat beroperasi setidaknya 18 bulan lagi ketika konstruksinya selesai pada Juli 2020. Dengan kemampuan mengolah 1.650 ton sampah per hari, TPPAS itu diharapkan mampu menghasilkan 650 ton RDF. Proses pengolahan sampah hingga menghasilkan RDF membutuhkan waktu 21 hari. Proses yang paling banyak menyita waktu adalah bio-drying atau pengeringan sampah hingga kadar airnya tinggal 20 persen, yakni selama 20 hari.

Bagi pabrik semen, RDF menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan. Menurut kajian Kementerian Perindustrian, penggunaan RDF di pabrik semen dapat menurunkan emisi karbon dioksida (CO2). Pemanfaatan RDF dilaporkan mampu menurunkan 1,61 kilogram CO2 per kilogram RDF. Jika 1.200 ton sampah per hari diolah menjadi RDF, emisi karbon akan turun sebesar 244 ribu ton setara CO2 per tahun.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Indocement Christian Kartawijaya mengatakan perusahaannya sudah lama menunggu fasilitas TPPAS Luna tuntas. “Kami berharap proyek ini bisa menjadi percontohan daerah lain,” katanya di Bandung, awal September 2018. “(Model TPPAS) Ini akan menjawab permasalahan sampah di semua daerah yang memiliki pabrik semen.”

Di Cilacap, Jawa Tengah, pabrik semen PT Holcim Indonesia juga menggandeng perusahaan milik pemerintah kabupaten setempat untuk mengolah sampah di tempat pembuangan akhir di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi. Fasilitas pengolahan sampah seluas 1,2 hektare yang berada di sebelah TPA Tritih Lor, yang rencananya mulai beroperasi tahun ini, mampu mengubah 120 ton sampah per hari menjadi 40 ton RDF.

DODY HIDAYAT, AHMAD FIKRI (BANDUNG), ADE RIDWAN YANDWIPUTRA (CIBINONG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Dody Hidayat

Dody Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini, alumnus Universitas Gunadarma ini mengasuh rubrik Ilmu & Teknologi, Lingkungan, Digital, dan Olahraga. Anggota tim penyusun Ensiklopedia Iptek dan Ensiklopedia Pengetahuan Populer.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus