Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari bersejarah tiba pada 10 November lalu. Natasa Kovacevic, pemain bola basket yang kaki kirinya diamputasi, tampil pertama kali dalam kompetisi basket profesional membela timnya, Red Star, melawan Student Nis dalam Liga Basket Wanita Serbia di Basket City Hall, Beograd.
Mengenakan stoking hitam hingga mata kaki, Natasa tampak seperti tak memakai kaki palsu saat memasuki lapangan di tengah perempat pertama. Di arena pun tak terlihat perbedaan dengan pemain lain. Dia berlari kencang, melompat, serta bertarung dengan pemain lain untuk merebut bola dan mencetak poin.
Stadion itu lalu pecah oleh gemuruh sorak-sorai ratusan penonton ketika Natasa berhasil mencetak poin pertamanya. Selama tampil 15 menit, ia menyumbangkan lima poin, tiga steal, dan tiga rebound. Hari itu timnya menang 78-47.
"Rasanya fantastis. Luar biasa. Seperti pulang ke rumah," kata Natasa seusai pertandingan. Keringat membasahi badannya dan senyum lebar terus merekah di bibirnya. "Saya sangat bersyukur masih hidup, apalagi kini bisa bermain basket kembali. Rasanya dua tahun terakhir sama sekali tak terjadi."
Dua tahun terakhir itu adalah masa kelam bagi Natasa. Tapi dia memiliki prinsip hidup: "Hal yang tak membunuhmu justru membuatmu lebih kuat." Berbekal prinsip itulah perempuan 21 tahun ini menorehkan sejarah sebagai wanita difabel pertama di dunia yang bermain di liga basket profesional. Tapi hal itu diraihnya setelah mengalami peristiwa yang traumatis.
Pada 7 September 2013, Natasa dan Uni Gyor, pemain tim basket putri Hungaria, tengah bertolak ke Sopron untuk mengikuti pertandingan pramusim. Di tengah jalan, bus mereka berpapasan dengan mobil yang menyerobot jalur. Berusaha menghindari, bus itu malah terbalik. Manajer tim Peter Tapodi dan pelatih Fuzy Akos tewas. Natasa terluka dan kaki kirinya harus diamputasi dari lutut ke bawah. Media massa Serbia merespons peristiwa itu dengan kepedihan mendalam.
Natasa lahir dari keluarga atlet. Ayahnya adalah mantan pemain bola tangan dan ibunya mantan pemain bola basket yang pernah menjuarai Euroleague 1979. Natasa pun dianggap berpotensi membawa Serbia berbicara di Olimpiade. Ia sudah tampil bersama tim nasional U-16 sejak usia 14 tahun. Ketika kecelakaan terjadi, Natasa sudah menyumbangkan 635 poin dalam 51 penampilan di tim nasional berbagai kelompok umur. Ia juga berperan ikut mengantar tim nasional U-18 merebut medali perak di kejuaraan Eropa pada 2012.
Natasa justru menghadapi tragedi itu dengan tegar. Dalam wawancara dengan media setelah menjalani amputasi, ia menyatakan rasa syukurnya karena masih hidup. "Saya kehilangan kaki, tapi tak ada yang mati karena cacat seperti ini," ujarnya.
Natasa pelan-pelan berusaha memulihkan diri melewati proses rehabilitasi yang "melelahkan dan menyakitkan". Lewat akun Instagramnya, @Nacika7, ia memamerkan proses pemulihannya. Dalam sebuah foto yang diunggah 26 bulan lalu, hanya beberapa minggu setelah amputasi, ia tampak duduk muram di bangku taman dengan kedua tangan memegang kruk.
Berkat bantuan dana dari Federasi Basket Serbia, Natasa kemudian bisa memakai kaki palsu (prosthetic leg). Selang 10 bulan sejak foto pertama muncul, ia mengunggah foto baru: ia berpose dengan penuh percaya diri di pantai, termasuk memamerkan kaki kirinya yang terbuat dari serat karbon. Senyum terlukis di bibirnya.
Ketika foto kedua itu diunggah, Natasa sudah mulai aktif dalam kegiatan sosial: menjadi duta Federasi Basket Eropa untuk kaum muda dan aktif di yayasan yang ia dirikan untuk membantu korban seperti dirinya. Tapi semua kegiatan itu belum memuaskannya. Ia rindu lapangan basket. Maka, seraya terus berharap, ia menempa diri lebih keras di gym dan berlatih tanpa kenal lelah di lapangan basket.
Hasil latihannya ternyata mampu membuat klub lamanya, Red Star, terkesan dan merekrutnya kembali. Jalan bagi Natasa terbuka lebar karena Federasi Basket Serbia dan Federasi Basket Internasional (FIBA) menyalakan lampu hijau untuknya. Mereka menegaskan tak ada larangan bagi atlet berkaki palsu untuk bermain di liga profesional.
Natasa pun bermain untuk Red Star dan melakukan aksi pertama yang mengagumkan dua pekan lalu. Tapi semua itu barulah awal. Natasa ingin melangkah lebih jauh hingga masuk tim nasional dan ikut Olimpiade tahun depan. Dia juga berharap apa yang dilakukannya bisa menggugah banyak orang. "Ini membuktikan bahwa Anda bisa mencapai apa pun bila Anda meyakininya."
Nurdin Saleh (Reuters, AP, Elite Daily)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo