STADION Teladan, dibangun menjelang PON III, di Medan sudah tak
dapat dibanggakan lagi. Karena bangunan yang telah berusia 25
ahun itu sudah tidak mampu menampung hasrat masyarakat.
Kapasitas tempat duduk cuma untuk 22 ribu penonton. Sedang minat
meluber.
Terutama bila tim sepakbola dari luar negeri bertarung melawan
kesebelasan tuan rumah, PSMS. Lihat saja, hampir dalam setiap
turnamen Piala Marah Halim, pembeli karcis terpaksa berjejal
sampai ke pinggir lapangan pertandingan. Turnamen Piala Marah
Halim dimulai tahun 1971, dan diselenggarakan setlap musim.
Ketika Marah Halim masih duduk di kursi gubernur, cerita stadion
Teladan akan diperbaiki sudah santer terdengar.
Dana untuk perbaikan dikutip melalui toto KONI, yang disahkan
dalam setiap Turnamen Piala Marah Halim. Sampai tahun 1975 sudah
terkumpul biaya sebesar 17 juta rupiah lebih. Dan hampir setiap
kali usai kejuaraan, Ketua Pelaksana Turnamen Piala Marah Halim,
Kamaruddin Panggabean melontarkan janji untuk melakukan
perbaikan stadion Teladan tersebut.
Cuma kenyataannya lain. Sampai sekarang stadion Teladan praktis
tak berubah. Sekalipun denah perbaikannya sudah dibuatkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Sumatara Utara, dan beberapa teknisinya
dikirim ke Malaysia dan Singapura untuk mempelajari bangunan
stadion olahraga di sana.
Masyarakat lalu mulai bertanya-tanya mengenai dana perbaikan
yang sudah terkumpul sebanyak 17 juta lebih itu. Ketika
Panggabean dihubungi wartawan TEMPO di Medan, Zakaria M Passe
pekan lalu, ia sedang berada di luar negeri. Tapi yang tak
kurang pusing menghadapi persoalan ini adalah Ketua Komda PSSI
Sum-Ut, A. Wahab Abdy. Pusingnya Abdy disebabkan ide
penyelenggaraan toto KONI dalam setiap Turnamen Piala Marah
Halim itu, kabarnya karena restu PSSI. Dalam APBD Sum-Ut sama
sekali tidak tercantum anggaran untuk perbaikan stadion Teladan.
"Wahab Abdy akan melaporkan soal ini kepada Ketua Umum PSSI, Ali
Sadikin," kata sumber TEMPO di Kantor Gubernur Sum-Ut, 13
Oktober lalu.
Abdy mungkin akan datang ke akarta pekan ini bersamaan dengan
diselenggarakannya turnamen 3 besar Persija-Persebaya-PSMS di
stadion utama Senayan.
Topik pembicaraan lain, masih sekitar Turnamen Piala Marah
Halim, yang menjadi gunjingan masyarakat adalah mengenai
kelanjutan turnamen yang sudah masuk kalender PSSI itu sendiri.
Marah Halim menjelang menyerahkan kursinya kepada E.W.P.
Tambunan cuma bilang: "Mau dilanjutkan, apa tidak itu terserah
pada pimpinan KONI SumUt." Ketua KONI Sum-Ut sekarang adalah
Panggabean.
Akan Tambunan, ketika ditanya mengenai kelanjutan Turnamen Piala
Marah Halim, cuma manggut-manggut. "Jika turnamen itu bertujuan
sebagai memperebutkan piala Gubernur Sumatera Utara, baru saya
bisa menjawabnya," kata Tambunan. Dari ucapan itu, tersirat
jawaban bahwa perebutan Piala Marah Halim tampaknya akan
berakhir untuk musim berikutnya.
Tapi tidak berarti tuntutan perbaikan stadion Teladan, dan
pertanggunganjawab dana yang sudah terkumpul akan berhenti pula,
tentunya. Siapa tahu, Tambunan tengah memikirkan turnamen
pengganti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini