AIR mata tumpah di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid. Perjuangan mati-matian di babak kedua dalam pertandingan final Piala Raja, Rabu pekan silam, ternyata tak membuahkan hasil. Raul Gonzales memang bisa menceploskan satu gol. Tapi, sampai pertandingan usai, mereka tak bisa menyusul dua gol Deportivo La Coruna, yang dicetak Sergio dan Diego Tristan di babak pertama. Skor akhir 2-1 untuk Deportivo. Dengan mata berkaca-kaca, mereka harus merelakan Fran, kapten Depor, menerima piala dari Raja Spanyol, Juan Carlos.
Suasana itu sangat kontras dengan yang terjadi dua jam sebelumnya. Sekitar 75 ribu pendukung Real Madrid larut dengan pesta pe-rayaan 100 tahun klub itu, yang diisi dengan letusan kembang api dan pertunjukan musik. Kekalahan ini menodai keceriaan hajat besar itu. ?Selamat kepada Real yang hari ini berulang tahun ke-100. Tapi, mohon maaf, kami telah merusak kegembiraan ini,? kata Javier Irureta, pelatih Deportivo.
Pesta memang telah koyak. Kekalahan ini tidak saja membuat klub yang tahun lalu ditetapkan FIFA sebagai ?Klub Abad XX? itu gagal meraup gelar yang selama ini dianggap sebelah mata, tapi juga melenyapkan ambisi klub itu untuk merebut tiga gelar sekaligus dalam rangka peringatan seabad kelahirannya. Tiga gelar yang diincar itu adalah Piala Raja, Liga Spanyol, dan Piala Liga Champions.
Kalau semua gelar itu bisa diraup, mereka sudah siap menggelar hajatan lain, yakni mengundang tiga klub besar Eropa yang sering menjuarai Piala Champions, yakni AC Milan, Bayern Muenchen, dan Liverpool, untuk bertanding dalam sebuah kompetisi di Santiago Bernabeu, Agustus mendatang.
Ambisi itu tidaklah berlebihan. Klub putih-putih ini memiliki pemain-pemain terbaik dunia. Ada Raul Gonzales, Luis Figo, Roberto Carlos, dan pemain termahal di dunia, Zinedine Zidane. Kalau itu belum cukup, klub ini memiliki segunung duit untuk memompa semangat para pemainnya.
Namun, yang paling penting, dalam lima tahun terakhir, prestasi mereka relatif stabil. Di dalam negeri, reputasinya sebagai yang terbaik masih sulit digoyahkan. Di daratan Eropa? Dalam lima tahun, mereka berhasil dua kali menggondol Piala Champions.
Dengan kelebihan seperti itu, tak aneh bila federasi sepak bola Spanyol memenuhi keinginan Presiden Real Madrid, Florentino Pérez, yang pada awal musim lalu meminta agar pertandingan final ini dilakukan bertepatan dengan hari keramat itu di Santiago Bernabeu. Tapi, apa daya, baru di tahap awal mereka sudah kehilangan peluang mencetak sejarah.
Lantas bagaimana dengan dua gelar sisa? Mampukah mereka memborongnya? Jelas bukan pekerjaan yang mudah. Di dua ajang itu, perjalanan Zidane dan teman-teman masih teramat jauh. Di liga, persaingan di antara kandidat masih sangat panjang. Apalagi klub macam Valencia dan?lagi-lagi?Deportivo La Coruna bukanlah lawan mudah. Dan liga ini masih menyisakan sembilan pertandingan. Kalau tidak hati-hati, mereka bisa tergelincir.
Sementara itu, di Liga Champions, meskipun mereka relatif stabil?belum kehilangan poin dari empat pertandingan?belum tentu langkahnya bisa nyaman. Kiprah mereka tahun lalu patut menjadi contoh. Tampil perkasa di babak awal, toh ketika sampai di babak semifinal mereka kalang-kabut menghadapi Bayern Muenchen. Dalam pertandingan tandang dan kandang, mereka keok terus. Secara agregat, mereka tumpas 1-3.
Lalu? Nah, ini yang menarik. Menurut Johan Cruijff, kunci keberhasilan klub ini dalam merangkai tiga gelar itu justru harus dimulai di Piala Raja. ?Kuncinya adalah memang di sana. Kalau mereka bisa menang dalam pertandingan itu, mereka bisa meraih semua yang diinginkannya. Tapi, bila sebaliknya, wah, bisa-bisa jadi bencana, tuh,? katanya.
Cruijff ternyata tidak sekadar cuap-cuap. Jorge Valdano, direktur teknik yang juga pernah menjadi pelatih klub ini, dua tahun lalu saat Real Madrid gagal di Liga Champions, pernah kesal dengan mentalitas para pemainnya. Menurut dia, para pemain sering tidak bisa segera lepas dari beban akibat kekalahan yang dideritanya. Bila menang, motivasi mereka akan berlipat-lipat. Sebaliknya, kalau kalah, mereka merasa diancam bahaya.
Namun, Roberto Carlos tidak sepenuhnya setuju dengan Valdano. Si gundul dengan tendangan geledek ini menyatakan kekalahan yang dideritanya di pertandingan itu tak lantas meredupkan semangatnya untuk mengejar gelar lainnya. Di klub sebesar dan sekaya Real Madrid, memang cuma semangat seperti itulah yang bisa menyelamatkan pesta besar ini.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini