Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Olah raga kaum pergerakan

Pbksi (persatuan bola keranjang seluruh indonesia) mempopulerkan olah raga keranjang. olah raga ini pernah populer. karena berbau kolonial, bola ke- ranjang dicoret dari pon iv ujungpandang.

17 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena dianggap berbau kolonial, bola keranjang dicoret dari PON IV Ujungpandang. Lalu mati. Kini dipopulerkan lagi. BOLA keranjang, olahraga yang begitu populer pada masa lalu, dihidupkan kembali. Di Gelanggang Mahasiswa Sumantri Brojonegoro, Jakarta Selatan, selama tiga hari pekan lalu, puluhan pelajar, mahasiswa, dan guru memperoleh latihan olahraga ini. Yang mengadakan kegiatan ini adalah Persatuan Bola Keranjang Seluruh Indonesia (PBKSI) bekerja sama dengan International Korfball Federation (IKF) dan Persatuan Bola Tangan Belgia -- pemegang juara dunia yang sengaja diundang ke Indonesia. Tentu saja ada pula pertandingan persahabatan Indonesia-Belgia. "Dahulu, pelajar kenalnya kan hanya bola keranjang, sepak bola, dan atletik," kata Soerowo Abdulmanap, pemain inti tim bola keranjang Jawa Timur pada PON I, II, dan III. Pada masa penjajahan, dengan bermain bola keranjang aktivitas kaum pergerakan menjadi terselubung. "Mereka bertemu sambil main bola keranjang. Habis main, baru bicara politik," katanya. Permainan ini menjadi lebih semarak karena bisa dimainkan cewek-cowok sekaligus. Pada PON IV di Ujungpandang, cabang bola keranjang dicoret. Alasannya, berbau kolonial karena dipopulerkan Belanda. Maklum, waktu itu Indonesia sedang mengganyang Belanda lewat Trikora. Maka, olahraga inipun lenyap. Awal tahun 1980, Soerowo Abdulmanap, yang waktu itu Ketua Umum Indonesia Muda (IM), kembali merintis olahraga ini. Klub bola keranjang dibentuk di IM Jakarta, Bandung, dan Malang. Dua tahun kemudian berdiri PBKSI yang kini sudah mempunyai sembilan komda. Untuk memasukkan olahraga ini ke PON belum berhasil karena persyaratannya harus beranggotakan 14 komda. "Insya Allah PON berikut sudah bisa masuk," kata Ketua Umum PKBSI, Moektio. Meski begitu, PKBSI sudah menjadi anggota IKF pada 1984. Bahkan, tim Indonesia sudah mengikuti kejuaraan dunia walau hasilnya belum memuaskan. Pada 1987 Indonesia menduduki urutan 10 dari 12 peserta, dan pada 1991 menduduki peringkat buncit dari 12 peserta. Di kejuaraan Asia-Oseania 1990, Indonesia peringkat empat dari sembilan peserta. Apa menariknya olahraga ini? "Bola keranjang punya ciri koedukatif," kata Moektio. Juga dibutuhkan kerja sama yang tinggi. Sebagai tim, baik pria maupun wanita punya kewajiban dan tugas yang sama. Satu tim terdiri delapan orang, dibagi menjadi dua bagian. Empat orang sebagai pemain bertahan, dan sisanya menyerang. Posisi mereka harus bertukar setelah dua gol masuk. Pemain yang sedang bertahan tak boleh menyeberang ke tempat penyerangan. Jadi, dalam sebuah lapangan berukuran 30 x 60 meter itu, sangat diutamakan kecepatan bergerak memindahkan bola kepada kawan karena bola itu tak boleh digiring dengan tangan sendirian. Setelah memegang bola, pemain hanya diberi toleransi membawa bola sejauh 2,5 langkah. Sasaran bola adalah tiang berkeranjang yang diletakkan 10 meter dari garis belakang. Benturan badan merupakan pelanggaran. Pemain tak boleh merebut bola dari tangan orang lain. Aturan lain: jika pemain bertahan sudah di depan pemain penyerang sembari mengangkat tangan, si penyerang tak boleh menembakkan bola langsung ke keranjang. Waktu bertanding 2 x 30 menit, diselingi istirahat. Olahraga inilah yang akan dipopulerkan kembali. "Mimpi kalau mau memasalkan bola keranjang dalam waktu dekat, tapi kalau orang sudah main sekali, pasti keterusan," kata Soerowo. Siapa berminat? Widi Yarmanto dan Liston Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus