Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ronny mengandung teratoma kembar

Bayi asnani, ronny andhika prayudanya, 7 bulan, berhasil dioperasi di rs yos sudarso. ronny mengi- dap teratoma, tumor dari tiga lapisan jeram pada embrio. pertama di indonesia.

17 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kasus pertama di Indonesia. Asnani diperkirakan bisa melahirkan kembar tiga. Dua bakal janin itu pindah ke dalam perut Ronny. SELAMA sembilan bulan mengandung, Asnani, 25 tahun, tak merasa ada yang ganjil. Namun, janin dalam perutnya itu berat. Geraknya malah tak seaktif anaknya yang pertama. Namun, prosesnya normal sewaktu tujuh bulan silam penduduk simpang Empat Teluk Kuantan, Kampar, Riau, ini melahirkan anak keduanya itu. Berat bayi yang diberi nama Ronny Andhika Prayudanya itu 4,3 kg. Kulit hitam manis seperti ayahnya, Muchlis. Pertumbuhannya, awalnya biasa saja. Memasuki usia tujuh bulan, ketika Ronny ditimbang di posyandu (pos pelayanan terpadu), Asnani dan Muchlis mulai curiga. Berat badan anaknya itu melonjak 1,5 kg dibanding anak seumur Ronny. Perut si buyung bahkan membesar. Ronny sudah memperlihatkan gejala aneh pada usia empat bulan. Ia gelisah karena susah tidur. Sekali-sekali, di balik dinding perutnya, ada yang bergerak. Perutnya yang besar membuat anak ini tak bisa telungkup. Tidurnya selalu miring. "Belakangan, nafsu makannya menurun," ujar Muchlis, 30 tahun, kepada Fachrul Rasyid dari TEMPO. Kemudian guru di STM Muhammadiyah ini memeriksakan Ronny pada dokter umum di Teluk Kuantan. Dokter curiga ada tumor dalam perut Ronny. Keterangan tersebut membuat Muchlis dan istrinya bingung. Itu berarti, anaknya itu harus dibawa ke rumah sakit di Padang yang fasilitasnya lengkap dibandingkan rumah sakit di Kampar. Awal Juli lalu, Muchlis dan istrinya memboyong Ronny ke RS Yos Sudarso, Padang. Seperti dokter di Teluk Kuantan, dr. Kamardi Thalut, ahli bedah di RS Yos Sudarso, juga menduga dalam perut Ronny ada tumor. Akhirnya, tengah Juli lalu, lambung Ronny diputuskan dioperasi. Daya tahan Ronny yang prima membuat pembedahan mirip operasi caesar itu berlangsung cepat. Bukan hanya sukses, bahkan tim dokter yang dipimpin dr. Kamardi Thalut berhasil mengungkapkan penyakit yang diderita Ronny selama ini. Mereka menemukan dua onggokan daging, mirip janin, yang terbungkus selaput seperti ketuban. Ukurannya, 20 X 15 X 10 cm dan 20 X 10 X 8 cm. Berat kedua benda tersebut sekitar 1,8 kilogram. Setelah mengetahui anak mereka itu "mengandung" dua janin kembar, Muchlis dan istrinya terisak-isak. Mereka lalu menjauh dari rumah sakit. Apalagi cerita tentang Ronny, di Padang, cepat pula menyebar dari mulut ke mulut. Kejadian ini membuat keduanya merasa berdosa. "Ya, Allah, ampunilah kesalahan kami bila kami terlupa dan telah membuat dosa di masa silam," bisik Muchlis berkali-kali, sambil mengusap air mata yang bergulir di pipinya. Muchlis dan Asnani baru merasa lega setelah dr. Kamardi Thalut menjelaskan temuan dalam perut Ronny. Menurut ahli bedah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, apa yang ditemukan itu merupakan tumor biasa yang banyak diidap banyak orang. Hanya, apa yang dialami Ronny termasuk langka. "Selama 20 tahun menekuni profesi dokter, baru kali ini saya menemukan kasus seperti ini," ujar Kamardi. Sebenarnya Ronny, tambah Kamardi, mengidap teratoma. Ini tak lain tumor yang berasal dari tiga lapisan jeram pada embrio. Ketiga lapisan itu terdiri dari actoderum, yaitu bagian luar lapisan germinatif primer pada embrio, mesoderum (bagian tengah), dan entoderum (bagian dalam). Secara teori, actoderum akan tumbuh menjadi rambut dan kulit pada janin. Mesoderum akan berkembang menjadi otot serta tulang, dan entoderum menghasilkan usus dan isi perut. Embrio yang berdiferensiasi secara normal itu akan berkembang menjadi janin yang sempurna. Namun, bila mengalami gangguan, atau tak bisa berkembang secara wajar, biasanya akan jadi teratoma. Ini biasanya sering ditemukan pada anak-anak karena sisa dari ketiga lapisan itu tadi menempel pada tubuhnya, kemudian berkembang menjadi tumor. Maka, tidak mengherankan jika teratoma yang tumbuh dalam tubuh itu sering menyerupai janin -- karena memiliki rambut, bakal kaki, bakal tangan serta kuku, juga bakal gigi. Yang lazim ditemukan adalah teratoma coccygeus, tumor yang tumbuh pada tulang ekor. Yang dialami anak Muchlis ini, menurut Kamardi, memang kasus langka. Bahkan, ini baru pertama terjadi di Indonesia. Ada tumor menyerupai janin yang kembar. Dalam dunia kedokteran kasus yang dialami Ronny disebut dengan twin fetus in fatu. Artinya, janin kembar dalam janin. Di samping itu, janin atau tumor itu tumbuh di belakang perut bagian bawah ginjal (retroperinial). Semula, ketika tumor itu hendak diangkat, diperkirakan Ronny harus rela mengorbankan satu ginjalnya. "Ternyata, ginjalnya masih bisa diselamatkan," kata Kamardi. Kendatipun memiliki tali pusar -- seandainya tidak dioperasi dan dibiarkan berkembang terus -- janin itu tetap tidak akan jadi bayi. Struktur tubuh Ronny (laki-laki) itu tak mendukung kemungkinan terjadinya janin yang baik. Tatkala masih dalam rahim ibunya, demikian perkiraan Kamardi, selain embrio Ronny masih ada dua embrio lain. Namun, hanya satu yang berdiferensiasi secara normal. Dua yang lain menempel pada bakal tulang punggung sewaktu embrio Ronny berkembang menjadi janin, kemudian lahir ke dunia. "Bila pertumbuhan ketiga embrio itu normal, Asnani tentu akan melahirkan bayi kembar tiga," ucap Kamardi. Ternyata, tidak. Kini Muchlis dan Asnani boleh gembira. Apalagi pada Minggu dua pekan lalu anak mereka diizinkan diboyong pulang ke kampung halamannya. Kondisi badan Ronny baru diperiksa lagi tiga bulan mendatang. "Semula kami sudah pasrah. Orang kampung pasti menduga anak kami terkena macam-macam, tapi Tuhan Mahakuasa," ujar Muchlis sambil memeluk Ronny, penuh bahagia. Rudi Novrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus