JIKA The Beatles, kelompok pemusik yang mendendangkan lagu Back
to USSR, saat ini datang ke Moskow, mereka mungkin akan
tercengang. Mengapa? Moskow telah berubah. Ada 99 bangunan baru,
di antaranya 26 gelanggang olahraga, kini menghiasi kota itu dan
4 satelitnya (Tallin, Leningrad, Kiev, dan Minks) untuk
menyambut Olympiade 1980. Untuk itu pemerintah Soviet tak kurang
mengeluarkan dana sebesar Rp 252 milyar, kira-kira sepertiga
dari jumlah yang dihabiskan untuk pembangunan kompleks Olympiade
di Montreal.
Menyelenggarakan Olympiade, Moskow akan jadi kota 'tersibuk'.
Guna menyalurkan kedatangan para tamu, sebuah bandar udara di
Moskow -- yang selama ini dinyatakan tertutup -- telah dibuka
kembali.
Tak hanya itu yang dilakukan Soviet untuk memu askan para
pengunjung biasa maupun atlet yang akan berlomba. Para
pembangkang, yang diduga akan memanfaatkan situasi untuk
berkampanye, pun sudah digiring ke luar kota.
Ketua Presidium Tertinggi Soviet L.I. Brezhnev mengatakan
Olympiade 1980 akan menjadi sumbangan mulia bagi perdamaian dan
membantu diperkokohnya persahabatan antar rakyat dari semua
benua. Mungkinkah? Agak diragukan kebenarannya. Karena sejarah
Olympiade, seusai Perang Dunia II, sudah tiga kali diwarnai oleh
drama kelabu yang dimainkan oleh penguasa di Kremlin. Selang
waktunya, diatur atau bukan, selalu 12 tahun.
Peristiwa pertama terjaditahun 1956. Soviet memasuki Hungaria
pada saat Olympiade XVI berlangsung di Melbourne. Berikutnya,
Cekoslowakia jadi korban gilasannya waktu Olympiade XIX
diselenggarakan di Mexico City tahun 1968.
Kali ini, pada saat akan menjadi tuan rumah Olympiade XXII,
Soviet kembali mengulangi lakonnya. Yaitu Afghanistan menjadi
sasaran invasinya, tepat pada hari Natal 1979. Tapi berbeda
dengan dua kejadian terdahulu, sekarang Soviet kena batunya.
Presiden Jimmy Carter mengancam akan memboikot, dan memang
itulah yang dilakukannya. Amerika Serikat sama sekali tak
mendaftarkan diri pada batas waktu pendaftaran resmi 24 Mei.
Jejak boikot AS ini diikuti oleh 50 negara lain. Mudah-mudahan,
menurut AS sukses boikot ini akan menghindari Moskow dari
pengulangan pameran propaganda Adolf Hitler dalam Olympiade Xl
di Berlin, 1936.
Di zaman NAZI itu politik memang tidak bekerja diam-diam. Dengan
semboyan 'keagungan ras Arya', Hitler melancarkan kampanye
anti-Yahudi. Cuma tak ada negara yang memboikot Olympiade
Berlin. 'Jika (pemboikotan) itudilakukan di tahun 1936, mungkin
Perang Dunia II tidak akan terjadi," komentar delegasi Jerman
Barat dalam sidang North Atlantic Treaty Organization (NATO),
Januari.
Lord Killanin, ketua Komite Olympiade Internasional (IOC)
mengecam keras tindakan boikot yang dilakukan AS dan sekutunya
terhadap Olympiade XXII. "Tindakan itu sangat merugikan
kepentingan atlet di seluruh dunia," katanya di Dublin, Irlandia
pekan lalu. "Di Olympiade mereka yang berkompetisi adalah atlet,
bukan negara."
Killanin boleh bilang begitu. Tapi atlet Soviet pernah punya
pengalaman pahit dalam Olympiade XVI, ketika tim polo air mereka
berhadapan dengan atlet Hungaria. Saat itu yang berbicara bukan
lagi semangat kompetisi, melainkan 'balas dendam'. oarah mereka
mengubah air kolam menjadi merah.
Waktu di Mexico City, atlet Cekoslowakia dan Soviet saling
bermusuhan. Yang paling terpukul adalah Emil Zatopek, pelari
kenamaan Cekoslowakia. "Betapa menyedihkan. Mereka (Soviet)
tidak mengetahui bahwa apa yang kami butuhkan hanya satu:
kesempatan untuk bernapas sesaat," katanya.
Di AS, keputusan boikot memang sempat melibatkan emosi atlet.
"Sangat diragukan boikot terhadap Olympiade akan mempunyai suatu
efek," kata Don Kardong, finalis keempat lomba maraton Olympiade
XXI. "Boikot negara-negara Afrika (jumlahnya 28) tahun 1976
ternyata tidak mempunyai efek apa-apa akhirnya."
Ada di antara atlet AS itu yang berinisiatif untuk menyeret
Komite Olympiade AS (USOC) ke pengadilan untuk membatalkan
keputusan boikot yang ditelurkan di Colorado Springs, April.
Tapi pengadilan telah memutuskan untuk menolak permintaan mereka
itu. Dalam hal ini Robert J. Kane, Ketua USOC mengungkapkan
kepada pembantu TEMPO di AS: "Saya merasa sedih. Saya menyadari
mereka berlatih demikian keras dan demikian lama, lalu tidak
dapat ambil bagian di Olympiade."
Gencarnya kampanye boikot oleh AS diperkirakan Killanin akan
metupakan pukulan besar terhadap Olympiade. Tapi sewaktu ada 85
negara yang mendaftar ia merasa sedikit lega. "Tak ada alasan
untuk menunda " katanya. Soviet semula berharap partisipan akan
berjumlah sekitar 125 negara -- 25 lebih banyak dari Olympiade
XXI.
Tapi ini bukan kali pertama penyelenggaraan Olympiade mengalami
penciutan. Tahun 1956 dari 75 negara yang merencanakan akan
ambil bagian cuma 67 yang datang. Waktu itu Swiss memboikot
gara-gara invasi Soviet ke Hungaria.
Melihat lakon politik sudah berulang kali mewarnai Olympiade,
pemerintah Yunani tergugah untuk memulangkan kembali
penyelenggaraan pesta olahraga dunia itu ke tempat, misalnya,
Athena. Penyelenggaraan Olympiade paling 'bersih', mungkin
lantaran untuk pertama kali di zaman modern, memang tercatat di
sana. Itu tahun 1896
Dalam zaman sekarang Killanin meragukan hal itu akan terulang.
"Yunani pun bisa mendapat t ekanan dari beberapa negara,"
katanya.
Soviet tampak tidak terpengaruh oleh jumlah negara pemboikot.
"Olympiade akan tetap dibuka sesuai dengan rencana," kata George
Rogulsky, wakil ketua Panitia Penyelenggara Olympiade XXII.
Bahkan diungkapkannya bahwa Soviet telah berhasil mengalahkan
karnpanye boikot dari Carter.
Walau demikian, IOC tampak berusaha untuk menambah jumlah
partisipan Olympiade XXII. "Dalam situasi sepcrti sekarang IOC
bisa mengeluarkan dana bagi kepentingan atlet untuk hadir ke
Moskow," katanya, "jika negara asal si atlet tersebut sudah
menyatakan boikot." Sekalipun batas waktu pendaftaran telah
lewat, IOC menyatakan akan tetap membantu mereka.
Perubahan pikiran masih mungkin terjadi. Komite Olympiade
Selandia Baru, misalnya, semula diperkirakan akan mengikuti aksi
boikot AS. Ternyata mereka memutuskan untuk tetap mengirimkan
atlet ke Moskow. "Mengecewakan," demikian reaksi jurubicara
Deplu AS. "Kami tidak mengharapkan kepuusan seperti itu."
Inggris juga akan mengutus atlet ke Olympiade XXII, walaupun
tidak direstui PM Margaret Thatcher. Hanya jumlahnya terpaksa
diciutkan akibat pemerintah menyetop dana bantuan untuk atlet.
Menurut Richard Palmer, sekjen Komite Olympiade Inggris (BOA),
akan diberangkatkan sekitar 240 olahragawan, turun dari 300
orang yang direncanakan semula.
Komite Olympiade Prancis sekalipun belum menetapkan jumlah, juga
akan herpartisipasi di Moskow. Tapi Jerman Barat tetap
memboikot.
TANPA AS, Jerman Barat, Jepang, dan pendatang baru RRC, diduga
persaingan dalam Olympiade XXII tak bakal seru. Tapi Palmer
berkata: "Tak ada medali yang akan dimenangkan dengan mudah." la
betul. Selain olahragawan Soviet sendiri, atlet Jerman Timur
juga tangguh, dan sukar untuk disisihkan. Soviet dan Jerman
Timur dalam Olympiade XXI menempati urutan teratas dalam
pengumpulan medali.
Indonesia akhirnya juga berdiri di barisan pemboikot. Alasannya,
seperti diungkapkan Sekjen KONI Pusat M.F. Siregar, adalah
"memperhatikan reaksi yang datang dari masyarakat." la menolak
memerinci dalih pemboikotan itu.
Yang tidak akan dikirim ke Moskow bukan hanya atlet. Peserta
kongres induk-induk organisasi olahraga diragukan pula bisa
berangkat. "Hadir atau tidaknya mereka terganung urgensinya
buat kita," ujar Direktur KONI Pusat, Harsuki.
Dunia bisnis juga terpengaruh oleh ali boikot Olympiade XXII.
National Broadcasting Company (NBC) dari AS sekalipun telah
membayar kontrak penyiaran Olympiade XXII sebesar Rp 54,8 milyar
melepaskan haknya untuk meliput acara olahraga dunia tersebut.
British Broadcasting Corporation (BBC) dari Inggris memutuskan
pula untuk memperlakukan pesta Olympiade itu sebagai peristiwa
olahraga biasa. Artinya, laporan cuma akan disiarkan pada acara
olahraga saja.
Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) memutuskan untuk tidak
memboikot penyiaran Olympiade XXII. Bahan siaran akan dibelinya
langsung dari Moskow -- berita baik untuk pirsawan teve di
Indonesia, sebab Indonesia adalah anggota ABU
Tapi hal yang bakal merepotkan Soviet adalah keputusan Federasi
Farmasi Jerman Barat yang membatalkan pengiriman obat-obat bebas
untuk keperluan Olympiade seperti dijanjikan semula. Tindakan
itu, menurut FFJB, diambil sejalan dengan sikap boikot
pemerintah Jerman Barat.
Soviet sebagai negara sosialis pertama yang menjadi tuan rumah
Olympiade tetap berharap Olympiade XXII sebagai 'pesta olahraga
terbesar sepanjang sejarah'. Baik dalam prestasi maupun
penyelenggaraan. Kali ini diperlombakan 203 jenis pertandingan
-- 5 macam lebih banyak dari Olympiade XXI. Di antaranya cabang
hockey rumput putri, dan maraton 50 km.
Di bidang pelayanan tamu, tak kurang disiapkan 10.000 penerjemah
untuk berbagai bahasa. Hotel-hotel juga dipugar. Bahkan
disediakan pula souvenir yang khas. Mulai dari misha, beruang
teddy maskot Olympiade 1980, sampai kerajinan tangan dari kayu.
Untuk mereka yang datang pakai'mobil sendiri, umumnya dari
Eropa, dikeluarkan pula buku petunjuk untuk melancong setelah
Olympiade XXII usai.
Pokoknya, Olympiade XXII pasti akan berlangsung, sekalipun
pendukungnya terpecah oleh alasan politik. Hanya saja
dikhawatirkan Olympiade XXII - setelah 50 negara memboikot
--tidak 'murni' lagi sebagai ajang olahraga. Bukan tidak mungkin
ia cuma akan menjadi alat para pemegang kekuasaan.
Tapi sejarah Olympiade memang mencatat hal-hal demikian. Di
zaman Yunani kuno, sekitar 27 abad silam, kompetisi Olympiade
pun pernah diwarnai oleh 'permainan'. Astylus dari Croton disuap
agar mau bertanding sebagai jago Syracusa. Walau Bapak Olympiade
modern, Baron de Courbetin dari Prancis, mencoba menumbuhkan
semangat internasionalisme dalam olahraga, ternyata penerusnya
lupa diri.
Diduga faktor itulah yang mendorong Killanin, 66 tahun,
mengundurkan diri sebagai ketua IOC. Calon penggantinya akan
dipilih bersamaan dengan penyelenggaraan Olympiade XXII.
Disebut-sebut Willi Daume, ketua Komite Olympiade Jerman Barat,
berpotensi sebagai calon.
Akan berhasilkah pengganti Killanin meluruskan kembali cita-cita
Courbetin? Wallahualam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini