Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bemper Jadi Juara

Tim bulu tangkis indonesia berhasil merebut 4 dari 5 gelar yang dipertandingkan, juara putra tunggal dimenangkan oleh rudy hartono setelah mengalahkan liem swie king.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAMOR tim bulutangkis Indonesia kembali melonjak. Dalam Kejuaraan Bulutangkis Dunia II di Istora Senayan, Jakarta, mereka menyabet empat gelar kampiun. Cuma satu yang terlepas pekan lalu. "Benar-benar penampilan luar biasa," komentar Herbert A. Scheele, tokoh International Badminton Federation (IBF). "Pemain Indonesia pantas untuk menyandang keempat gelar itu." Kekalahan atlet lain dianggapnya bukanlah disebabkan oleh panasnya Jakarta, melainkan oleh kemampuan mereka yang kurang. Loncatan spektakuler juga diperlihatkan oleh juara All England 8 kali, Rudy Hartono. Dalam usia 31 tahun, Rudy ternyata masih bisa memperlihatkan ketrampilan yang memukau. Di final (31 Mei) ia mengalahkan Liem Swie King dengan angka meyakinkan 15-9 dan 159 dalam tempo 33 menit. "Ah, saya cuma menang mujur,' katanya. Pasar taruhan di malam final itu, menurut cerita pelatih Ferry Sonneille, adalah 1-5 untuk Rudy. Di kertas, semua pelatih Indonesia melihat Rudy kalah dari King. Ia kalah dalam soal stamina maupun kecepatan. Kclebihannya cuma dalam teknik dan pematangan seorang juara. Tak heran dalam Kejuaraan Bultangkis Dunia II ia cuma disebut-sebut untuk bemper dalam menahan laju Prakash Padukone, juara All England 1980 dari India saja. "Saya sedih," ujar Rudy selepas pertandingan. "Mengapa saya yang keluar sebagai juara? " Tentang kekalahannya itu, King mengaku kelasnya memang masih di barah Rudy. Tapi ada yang melihat bahwa klimaks permainan King adalah waktu menundukkan Lius Pongoh di semifinal. Sehingga waktu melawan Rudy, 24 jam kemudian, dia berada dalam grafik menurun. Berbeda dengan kekalahannya ketika melawan Han Jian dalam dwilomba Indonesia-RRC di Singapura (Februari) maupun Prakash di All England (Maret), kali ini King tampak tak begitu 'terpukul'. Waktu upacara penutupan ia ikut berdefile. Pertarungan dalam partai tunggal memang tercatat mengesankan bagi tim Indonesia. Bukan cuma lantaran Rudy berhasil tampil dengan 'kejutan' besar, tapi juga karena di partai ini Indonesia berhasil menempatkan empat semi-finalis. Dan lawan yang disingkirkan adalah nama-nama besar pula, seperti Prakash dan Morten Frost Hansen dari Denmark. Prakash dikalahkan oleh Hadiyanto, dan Hansen oleh Lius Pongoh. Diakui oleh Prakash maupun Hansen kekalahan mereka semata-mata disebabkan lawan jauh lebih baik. "Saya tak mcnyangka Hadiyanto begitu maju," ujar Prakash. "Lius juga saya lihat begitu." Menurut pelatih Malaysia, Punch Gunalan, kegagalan Prakash ada kaitannya dengan kekalahannya melawan Misbun Sidek dalam pertandingan 'pemanasan' di Kuala Lumpur, 17 Mei. "Klimaks dari Prakash tahun ini adalah Maret lalu," sela pemain Meksiko, Roy Diaz Gonzales. "Tidak mungkin dalam tempo 1« bulan ia bisa mencapai kondisi puncak lagi." Yang mengalami nasib malang pula adalah Ivanna Lie Ing Hoa, yang selama di pelatnas jarang terkalahkan oleh Verawaty Wiharjo. Justru dalam final Kejuaraan Bulutangkis Dunia II ia tak berkutik sama sekali. Ia cuma meraih 4 angka untuk dua set permainan. Skor akhir adalah 11-1 dan 11-3 buat Verawaty. "Saya merasa ditantang. Itulah yang membuat saya bertekad untuk menang," kata Verawaty. Satu-satunya gelar yang lolos dari tim Indonesia adalah ganda putri. Pasangan Verawaty/lmelda Wiguna telah dibuat tak berkutik oleh lora Perry/Jane Webster, juara All England 1980 dari Inggris. Kekalahan ini, menurut Ferry dikarenakan Imelda bermain tegang. Dan lawan dengan cerdik memanfaatkan kelemahan itu. "Ketegangan itu tidak semestinya terjadi," lanjut Ferry, karena mereka bermain di depan publik sendiri. Partai lain yang dimenangkan Indonesia adalah ganda putra atas nama Christian Hadinata/Ade Chandra dan pasangan campuran Christian/lmelda. Di luar arena pertandingan IBF mencatat sukses. Tiga anggota, Muangthai, Bangladesh? dan Korea Selatan, yang sebelumnya berpaling ke World Badminton Federation (WBF) kembali memasuki IBF. "Kami ingin ikut kembali dalam perebutan Piala Thomas, Piala Uber, Al-England, dan sebagainya," demikian Charoen Watanasin dari Muangthai. "Itu dimungkinkan kalau kami berada dalam IBF." Watanasin dalam sidang IBF kemarin mewakili Thailand Badminton Federation (TBF) yang merupakan organisasi tandingan Badminton Associaton of Thailand (BAT), anggota WBF. Ketua IBF, Stellan Mohlin menyebut masuknya TBF merupakan kemenangan moril bagi IBF. "Soal dalam negeri itu urusan mereka," katanya. "Yang jelas TBF mengajukan permohonan yang memenuhi syarat." 'Keretakan' di tubuh anggota WBF, mcnurut Scheele, akan mempercepat proses berakhirnya organisasi tandingan IJF itu. "Tidak akan makan waktu lama lagi," ramalnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus