Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tersendat Jalan Ke Moskow

Olimpiade 1980 di moskow diboikot 50 negara. banyak atlet di dunia yang kecewa. lord killanin tak berhasil mengatasinya. indonesia ikut di barisan pemboikot, tapi tak dijelaskan dalihnya.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA The Beatles, kelompok pemusik yang mendendangkan lagu Back to USSR, saat ini datang ke Moskow, mereka mungkin akan tercengang. Mengapa? Moskow telah berubah. Ada 99 bangunan baru, di antaranya 26 gelanggang olahraga, kini menghiasi kota itu dan 4 satelitnya (Tallin, Leningrad, Kiev, dan Minks) untuk menyambut Olympiade 1980. Untuk itu pemerintah Soviet tak kurang mengeluarkan dana sebesar Rp 252 milyar, kira-kira sepertiga dari jumlah yang dihabiskan untuk pembangunan kompleks Olympiade di Montreal. Menyelenggarakan Olympiade, Moskow akan jadi kota 'tersibuk'. Guna menyalurkan kedatangan para tamu, sebuah bandar udara di Moskow -- yang selama ini dinyatakan tertutup -- telah dibuka kembali. Tak hanya itu yang dilakukan Soviet untuk memu askan para pengunjung biasa maupun atlet yang akan berlomba. Para pembangkang, yang diduga akan memanfaatkan situasi untuk berkampanye, pun sudah digiring ke luar kota. Ketua Presidium Tertinggi Soviet L.I. Brezhnev mengatakan Olympiade 1980 akan menjadi sumbangan mulia bagi perdamaian dan membantu diperkokohnya persahabatan antar rakyat dari semua benua. Mungkinkah? Agak diragukan kebenarannya. Karena sejarah Olympiade, seusai Perang Dunia II, sudah tiga kali diwarnai oleh drama kelabu yang dimainkan oleh penguasa di Kremlin. Selang waktunya, diatur atau bukan, selalu 12 tahun. Peristiwa pertama terjaditahun 1956. Soviet memasuki Hungaria pada saat Olympiade XVI berlangsung di Melbourne. Berikutnya, Cekoslowakia jadi korban gilasannya waktu Olympiade XIX diselenggarakan di Mexico City tahun 1968. Kali ini, pada saat akan menjadi tuan rumah Olympiade XXII, Soviet kembali mengulangi lakonnya. Yaitu Afghanistan menjadi sasaran invasinya, tepat pada hari Natal 1979. Tapi berbeda dengan dua kejadian terdahulu, sekarang Soviet kena batunya. Presiden Jimmy Carter mengancam akan memboikot, dan memang itulah yang dilakukannya. Amerika Serikat sama sekali tak mendaftarkan diri pada batas waktu pendaftaran resmi 24 Mei. Jejak boikot AS ini diikuti oleh 50 negara lain. Mudah-mudahan, menurut AS sukses boikot ini akan menghindari Moskow dari pengulangan pameran propaganda Adolf Hitler dalam Olympiade Xl di Berlin, 1936. Di zaman NAZI itu politik memang tidak bekerja diam-diam. Dengan semboyan 'keagungan ras Arya', Hitler melancarkan kampanye anti-Yahudi. Cuma tak ada negara yang memboikot Olympiade Berlin. 'Jika (pemboikotan) itudilakukan di tahun 1936, mungkin Perang Dunia II tidak akan terjadi," komentar delegasi Jerman Barat dalam sidang North Atlantic Treaty Organization (NATO), Januari. Lord Killanin, ketua Komite Olympiade Internasional (IOC) mengecam keras tindakan boikot yang dilakukan AS dan sekutunya terhadap Olympiade XXII. "Tindakan itu sangat merugikan kepentingan atlet di seluruh dunia," katanya di Dublin, Irlandia pekan lalu. "Di Olympiade mereka yang berkompetisi adalah atlet, bukan negara." Killanin boleh bilang begitu. Tapi atlet Soviet pernah punya pengalaman pahit dalam Olympiade XVI, ketika tim polo air mereka berhadapan dengan atlet Hungaria. Saat itu yang berbicara bukan lagi semangat kompetisi, melainkan 'balas dendam'. oarah mereka mengubah air kolam menjadi merah. Waktu di Mexico City, atlet Cekoslowakia dan Soviet saling bermusuhan. Yang paling terpukul adalah Emil Zatopek, pelari kenamaan Cekoslowakia. "Betapa menyedihkan. Mereka (Soviet) tidak mengetahui bahwa apa yang kami butuhkan hanya satu: kesempatan untuk bernapas sesaat," katanya. Di AS, keputusan boikot memang sempat melibatkan emosi atlet. "Sangat diragukan boikot terhadap Olympiade akan mempunyai suatu efek," kata Don Kardong, finalis keempat lomba maraton Olympiade XXI. "Boikot negara-negara Afrika (jumlahnya 28) tahun 1976 ternyata tidak mempunyai efek apa-apa akhirnya." Ada di antara atlet AS itu yang berinisiatif untuk menyeret Komite Olympiade AS (USOC) ke pengadilan untuk membatalkan keputusan boikot yang ditelurkan di Colorado Springs, April. Tapi pengadilan telah memutuskan untuk menolak permintaan mereka itu. Dalam hal ini Robert J. Kane, Ketua USOC mengungkapkan kepada pembantu TEMPO di AS: "Saya merasa sedih. Saya menyadari mereka berlatih demikian keras dan demikian lama, lalu tidak dapat ambil bagian di Olympiade." Gencarnya kampanye boikot oleh AS diperkirakan Killanin akan metupakan pukulan besar terhadap Olympiade. Tapi sewaktu ada 85 negara yang mendaftar ia merasa sedikit lega. "Tak ada alasan untuk menunda " katanya. Soviet semula berharap partisipan akan berjumlah sekitar 125 negara -- 25 lebih banyak dari Olympiade XXI. Tapi ini bukan kali pertama penyelenggaraan Olympiade mengalami penciutan. Tahun 1956 dari 75 negara yang merencanakan akan ambil bagian cuma 67 yang datang. Waktu itu Swiss memboikot gara-gara invasi Soviet ke Hungaria. Melihat lakon politik sudah berulang kali mewarnai Olympiade, pemerintah Yunani tergugah untuk memulangkan kembali penyelenggaraan pesta olahraga dunia itu ke tempat, misalnya, Athena. Penyelenggaraan Olympiade paling 'bersih', mungkin lantaran untuk pertama kali di zaman modern, memang tercatat di sana. Itu tahun 1896 Dalam zaman sekarang Killanin meragukan hal itu akan terulang. "Yunani pun bisa mendapat t ekanan dari beberapa negara," katanya. Soviet tampak tidak terpengaruh oleh jumlah negara pemboikot. "Olympiade akan tetap dibuka sesuai dengan rencana," kata George Rogulsky, wakil ketua Panitia Penyelenggara Olympiade XXII. Bahkan diungkapkannya bahwa Soviet telah berhasil mengalahkan karnpanye boikot dari Carter. Walau demikian, IOC tampak berusaha untuk menambah jumlah partisipan Olympiade XXII. "Dalam situasi sepcrti sekarang IOC bisa mengeluarkan dana bagi kepentingan atlet untuk hadir ke Moskow," katanya, "jika negara asal si atlet tersebut sudah menyatakan boikot." Sekalipun batas waktu pendaftaran telah lewat, IOC menyatakan akan tetap membantu mereka. Perubahan pikiran masih mungkin terjadi. Komite Olympiade Selandia Baru, misalnya, semula diperkirakan akan mengikuti aksi boikot AS. Ternyata mereka memutuskan untuk tetap mengirimkan atlet ke Moskow. "Mengecewakan," demikian reaksi jurubicara Deplu AS. "Kami tidak mengharapkan kepuusan seperti itu." Inggris juga akan mengutus atlet ke Olympiade XXII, walaupun tidak direstui PM Margaret Thatcher. Hanya jumlahnya terpaksa diciutkan akibat pemerintah menyetop dana bantuan untuk atlet. Menurut Richard Palmer, sekjen Komite Olympiade Inggris (BOA), akan diberangkatkan sekitar 240 olahragawan, turun dari 300 orang yang direncanakan semula. Komite Olympiade Prancis sekalipun belum menetapkan jumlah, juga akan herpartisipasi di Moskow. Tapi Jerman Barat tetap memboikot. TANPA AS, Jerman Barat, Jepang, dan pendatang baru RRC, diduga persaingan dalam Olympiade XXII tak bakal seru. Tapi Palmer berkata: "Tak ada medali yang akan dimenangkan dengan mudah." la betul. Selain olahragawan Soviet sendiri, atlet Jerman Timur juga tangguh, dan sukar untuk disisihkan. Soviet dan Jerman Timur dalam Olympiade XXI menempati urutan teratas dalam pengumpulan medali. Indonesia akhirnya juga berdiri di barisan pemboikot. Alasannya, seperti diungkapkan Sekjen KONI Pusat M.F. Siregar, adalah "memperhatikan reaksi yang datang dari masyarakat." la menolak memerinci dalih pemboikotan itu. Yang tidak akan dikirim ke Moskow bukan hanya atlet. Peserta kongres induk-induk organisasi olahraga diragukan pula bisa berangkat. "Hadir atau tidaknya mereka terganung urgensinya buat kita," ujar Direktur KONI Pusat, Harsuki. Dunia bisnis juga terpengaruh oleh ali boikot Olympiade XXII. National Broadcasting Company (NBC) dari AS sekalipun telah membayar kontrak penyiaran Olympiade XXII sebesar Rp 54,8 milyar melepaskan haknya untuk meliput acara olahraga dunia tersebut. British Broadcasting Corporation (BBC) dari Inggris memutuskan pula untuk memperlakukan pesta Olympiade itu sebagai peristiwa olahraga biasa. Artinya, laporan cuma akan disiarkan pada acara olahraga saja. Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) memutuskan untuk tidak memboikot penyiaran Olympiade XXII. Bahan siaran akan dibelinya langsung dari Moskow -- berita baik untuk pirsawan teve di Indonesia, sebab Indonesia adalah anggota ABU Tapi hal yang bakal merepotkan Soviet adalah keputusan Federasi Farmasi Jerman Barat yang membatalkan pengiriman obat-obat bebas untuk keperluan Olympiade seperti dijanjikan semula. Tindakan itu, menurut FFJB, diambil sejalan dengan sikap boikot pemerintah Jerman Barat. Soviet sebagai negara sosialis pertama yang menjadi tuan rumah Olympiade tetap berharap Olympiade XXII sebagai 'pesta olahraga terbesar sepanjang sejarah'. Baik dalam prestasi maupun penyelenggaraan. Kali ini diperlombakan 203 jenis pertandingan -- 5 macam lebih banyak dari Olympiade XXI. Di antaranya cabang hockey rumput putri, dan maraton 50 km. Di bidang pelayanan tamu, tak kurang disiapkan 10.000 penerjemah untuk berbagai bahasa. Hotel-hotel juga dipugar. Bahkan disediakan pula souvenir yang khas. Mulai dari misha, beruang teddy maskot Olympiade 1980, sampai kerajinan tangan dari kayu. Untuk mereka yang datang pakai'mobil sendiri, umumnya dari Eropa, dikeluarkan pula buku petunjuk untuk melancong setelah Olympiade XXII usai. Pokoknya, Olympiade XXII pasti akan berlangsung, sekalipun pendukungnya terpecah oleh alasan politik. Hanya saja dikhawatirkan Olympiade XXII - setelah 50 negara memboikot --tidak 'murni' lagi sebagai ajang olahraga. Bukan tidak mungkin ia cuma akan menjadi alat para pemegang kekuasaan. Tapi sejarah Olympiade memang mencatat hal-hal demikian. Di zaman Yunani kuno, sekitar 27 abad silam, kompetisi Olympiade pun pernah diwarnai oleh 'permainan'. Astylus dari Croton disuap agar mau bertanding sebagai jago Syracusa. Walau Bapak Olympiade modern, Baron de Courbetin dari Prancis, mencoba menumbuhkan semangat internasionalisme dalam olahraga, ternyata penerusnya lupa diri. Diduga faktor itulah yang mendorong Killanin, 66 tahun, mengundurkan diri sebagai ketua IOC. Calon penggantinya akan dipilih bersamaan dengan penyelenggaraan Olympiade XXII. Disebut-sebut Willi Daume, ketua Komite Olympiade Jerman Barat, berpotensi sebagai calon. Akan berhasilkah pengganti Killanin meluruskan kembali cita-cita Courbetin? Wallahualam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus