PUCUK pimpinan KONI Pusat berpindah tangan. Sudah sekitar 38 tahun berada di tangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, jabatan Ketua Umum induk organisasi olah raga itu berpindah ke pejabat baru. Dialah, Jenderal (pur.) Surono Reksodimedjo, 62, Menko Polkam yang sudah sejak 1983 ikut mendampingi Sri Sultan, 73, sebagai Wakil Ketua Umum I. Rabu pekan ini, sekitar 500 peserta Musyawarah Olah Raga Nasional (Musornas) ke-5 induk olah raga itu, di Gedung KONI Pusat, Jakarta, akan memastikan terpilihnya ketua umum baru itu. Bisa dikatakan begitu, sebab sejak Sri Sultan menyatakan mau mundur dari jabatannya, nama jenderal yang suka judo ini memang sudah santer disebut-sebut sebagai salah satu calon kuat. Kepastian itu makin jelas Senin pekan ini ketika Musornas dimulai. Sri Sultan langsung meminta Pak Rono, begitu calon pimpinan KONI yang baru itu biasa dipanggil, mewakilinya membacakan pidato buat peserta Musornas. Kepada TEMPO, seusai sidang pertama, Pak Rono pun cuma tertawa lebar ketika ditanya tentang jabatan barunya itu. "Yang jelas, pertama kali saya akan mempelajari semua masalah yang dihadapi KONI, baru setelah itu kita tentukan program," ujarnya. Ia memang belum mau banyak bicara. Tapi, Surono tampaknya diharapkan bakal meniupkan sesuatu yang baru guna mengatasi kemunduran prestasi olah raga Indonesia belakangan ini. Indikasi kemunduran itu memang tampak jelas setelah kegagalan kontingen Indonesia mempertahankan gelar juara umum SEA Games yang sudah dipegang empat kali, di SEA Games XIII di Bangkok, tahun lalu. Bisakah prestasi yang mundur itu nanti didongkrak naik? Itulah salah satu teka-teki yang harus dijawab pimpinan baru KONI. Sebab, seperti diceritakan M.F. Siregar, Sekjen KONI semasa Sultan, salah satu tantangan berat yang menyongsong KONI beberapa tahun mendatang memang dalam peningkatan prestasi itu. Karena itu, dua bidang (bidang pembinaan dan bidang daerah) sudah diputuskan akan jadi lebih sibuk dibanding tiga bidang lainnya (bidang organisasi, luar negeri, dan dana) yang ada di KONI. Untuk bidang pembinaan, kelak akan dilakukan pelbagai perubahan. Di antaranya, dengan meningkatkan fungsi pemusatan latihan. Badan ini akan ditangani oleh seorang direktur, yang akan membawahkan pemusatan latihan nasional (Pelatnas). Direktur ini juga akan mengawasi pelbagai pemusatan latihan di daerah (Pelatda) yang akan diawasi oleh manajer-manajer olah raga profesional. Bersama direktur Pelatnas, para manajer itu nanti direncanakan bisa bekerja penuh. Pembinaan di pusat latihan itu dilakukan terutama buat atlet berbakat saja. Selama ini, biasanya mereka ditarik ke Pelatnas, di Jakarta, tapi kelak tidak lagi. Mereka cukup dibina di Pelatda. Sebab, mutu pembinaan di kedua pusat latihan itu akan diusahakan sama. "Malah akan diusahakan agar Pelatda dan Pelatnas bersaing dalam melakukan pembinaan pada atlet," kata Siregar. Untuk itu diakuinya, memang diperlukan dana cukup besar. Namun, Siregar tak melihat ini sebagai penghalang. Sebab, sudah ada ancer-ancer jalan keluarnya, selain memang dana KONI akan dinaikkan beberapa persen dari total anggaran Rp 6,8 milyar tahun lalu. Yakni dengan pengubahan dan penajaman prioritas pengeluaran dana. Dulu porsi dana keluar 40 persen untuk pembinaan dan 60 persen untuk administrasi, misalnya, tapi porsi itu akan diubah. Ditambah, penajaman prioritas pembinaan cabang olah raga yang akan dilakukan, yaitu berdasarkan kekuatan di tiap-tiap daerah, sesuai dengan kekuatan mereka di PON. Siregar tak begitu sangsi, soal dana akan jadi hambatan di kepengurusan KONI nanti. Apalagi, memang sudah ada jaminan dana KONI bisa ditarik dari Porkas. Rentetan prioritas pembinaan ini memang berekor di pengujiannya nanti. Yakni, di PON, misalnya, akan dibatasi, tak lagi sampai 45 cabang yang diperlombakan, melainkan lebih berorientasi pada cabang yang dilombakan di dunia internasional, seperti Asian Games atau Olimpiade. Dan sudah ditentukan, untuk PON XII, 1989, misalnya, hanya akan diperlombakan 25 cabang olah raga. Rencana memang sudah cukup rapi diatur, seperti yang dengan antusias di kemukakan Siregar. Bagaimana pelaksanaan dan hasilnya di lapangan nanti, masih teka-teki. Marah Sakti Laporan Rudy Novrianto (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini