Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perkelahian di luar octagon, arena pertarungan bersudut delapan di ajang Ultimate Fighting Championship (UFC) 229, di Las Vegas, Amerika Serikat, Ahad pekan lalu membuat Abdumanap Nurmagomedov meradang. Baginya, keributan massal itu menjadi noda besar yang mencoreng kemenangan putranya, Khabib Nurmagomedov, atas Conor McGregor.
Prestasi Khabib jelas membuat Abdulmanap, yang juga menjadi pelatihnya, sangat puas dan bangga. Namun ia juga gusar terhadap kelakuan Khabib yang dinilainya sudah kelewat batas. Menurut dia, Khabib bisa mendapat hukuman lebih dulu sebelum ucapan selamat atas keberhasilannya. ”Aku sudah memperingatkannya, disiplin adalah hal utama,” katanya seperti dilaporkan situs Izvestia, Senin pekan lalu.
Abdulmanap mengatakan sanksi yang diterima Khabib bakal lebih berat daripada yang diberikan manajemen UFC. Khabib, menurut pelatih 55 tahun itu, harus belajar lebih keras untuk bisa menahan diri. ”Di dalam octagon, dia bebas melakukan apa saja. Tapi, di luar arena, itu adalah wilayah sipil. Ada banyak anak-anak, perempuan, dan orang asing.”
Dalam partai utama UFC 229 tersebut, Khabib memang berhasil membuktikan ucapannya untuk mengalahkan Conor McGregor. Mendominasi sejak awal pertarungan, atlet asal Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan, Rusia, itu berhasil memaksa McGregor menyerah lewat teknik cekikan dari belakang pada ronde keempat.
Dengan hasil ini, Khabib menjadi petarung Rusia pertama yang menjadi juara dunia kelas ringan UFC. Dia juga sukses mempertahankan catatan tak pernah kalah dalam 27 pertandingan tarung bebas (mixed martial arts), 11 di antaranya di arena UFC.
Keriuhan perayaan kemenangan mendadak sontak berubah mencekam. Khabib tiba-tiba melompati pagar octagon dan menyerang rekan berlatih McGregor, Dillon Danis. Para anggota tim kedua petarung pun terlibat perkelahian massal. Petugas keamanan dan polisi bekerja keras memisahkan kedua kubu dan mengawal mereka keluar dari arena.
Dalam konferensi pers seusai laga, Khabib langsung meminta maaf telah menyerang tim McGregor. Ia mengaku tersulut aksi serta ucapan McGregor dan timnya sejak sebelum hari laga yang dinilai sudah melewati batas. ”Aku tak mengerti mengapa dia mengejek ayahku, agama, dan negaraku,” ujar Khabib, yang muslim. ”Ini olahraga terhormat, bukan saling ejek.”
Sejak enam bulan sebelum pertandingan, Conor McGregor memang sering melontarkan sesumbar dan provokasi ke kubu Khabib. Petarung asal Irlandia itu menyebut Abdulmanap Nurmagomedov pengecut serta manajer Khabib, Ali Abdelaziz, sebagai teroris dan pengkhianat. Dia juga meledek Khabib yang sering mengucapkan salam sebelum memulai percakapan dengan publik.
Abdulmanap tak ambil pusing atas hinaan itu serta memutuskan memaafkan McGregor dan segala aksinya. ”Kita hanya perlu mengambil pelajaran dari kejadian ini dan melangkah maju,” tulis Abdulmanap dalam akun Instagramnya, Rabu pekan lalu. ”Kuharap ini bisa menjadi berkah. Insya Allah.”
Menurut Khabib, insiden perkelahian massal seusai laga yang dimenanginya itu jelas membuat ayahnya kecewa. ”Aku tahu ayahku sangat tak suka. Dia tak pernah mengajariku berbuat seperti itu,” kata atlet 30 tahun tersebut seperti ditulis situs Sport24. ”Dan aku tahu Ayah bakal menghukumku nanti.”
PERKENALAN Khabib Nurmagomedov dengan olahraga tarung dimulai sejak ia kecil. Adalah Abdulmanap Nurmagomedov yang menjadi pelatih pertamanya. Pada usia tiga tahun, Khabib sudah diajak ayahnya ke sasana tempat para petarung di Sildi, kampung mereka di Distrik Tsumadinsky, Dagestan, berlatih keras. Di tempat kelahiran Khabib itu, hampir semua laki-laki menekuni olahraga tarung bebas.
Keluarga Nurmagomedov juga sangat populer sebagai petarung kelas wahid. Abdulmanap adalah atlet andalan Republik Dagestan dan jawara tarung bebas semasa era Uni Soviet. Veteran tentara yang piawai dalam bela diri judo dan sambo itu pernah meraih gelar juara tarung bebas di Ukraina. Sedangkan paman Khabib, Nurmagomed, adalah juara dunia sambo pada 1992.
Talenta sebagai petarung pun mengalir di tubuh Khabib. Tak sekadar menemani ayahnya melatih di sasana, Khabib kecil ikut turun ke arena. Pada usia lima tahun, dia memulai latih tanding pertamanya. ”Sejauh yang kuingat, sebagian besar waktuku habis di atas matras latihan,” ujar Khabib.
Pada pertengahan 1990-an, Abdulmanap memboyong keluarganya ke Kirovaul, kota kecil di utara Sildi. Di kota itu, Abdulmanap mengelola sasana sendiri dengan meminjam aula sebuah sekolah, yang juga menjadi tempat latihan Khabib. ”Setiap ayah di Dagestan ingin anaknya jadi orang yang bisa membela keluarga dan tanah air,” kata Abdulmanap, yang sempat mengajak Khabib kecil bermain dan bergulat dengan anak beruang sebagai bagian dari latihannya.
Perubahan besar terjadi ketika mereka pindah ke Makhachkala saat Khabib berusia 11 tahun dan mulai mengenal judo. Selama satu dekade, Khabib mengasah kemampuannya di bawah pengawasan pelatih judo tim Rusia, Jafar Jafarov, yang merupakan kolega ayahnya. Khabib tak pernah melewatkan sesi latihan. Di bawah pengawasan dua pelatih, bocah itu pun melahap latihan judo, sambo, dan gulat. ”Aku tak pernah mengistimewakan Khabib dari anak-anak lain saat berlatih,” ujar Abdulmanap.
Menjalani berbagai latihan bela diri sempat membuat Khabib jemu. Apalagi dia kerap keok dalam pertandingan. Sempat mau menyerah, Khabib menuruti saran ayahnya untuk kembali ke sasana. Kekalahan, menurut Abdulmanap, menunjukkan fisik Khabib masih lemah dan pengalamannya belum terasah. ”Apa yang dilakukannya ternyata benar, aku menjadi petarung yang lebih kuat,” kata Khabib.
Tak cuma di ring, Abdulmanap pun menerapkan disiplin ketat dalam pendidikan. Di sela-sela jadwal padat berlatih, Khabib berhasil menyelesaikan kuliahnya di bidang ekonomi. Namun sudah lama Khabib menyadari dia lebih berminat pada dunia tarung. ”Sejak kelas VI sekolah dasar saya sudah tahu bahwa saya lebih baik menjadi atlet,” ujarnya seperti dilaporkan situs MatchTV.
Di luar arena pertandingan, Khabib ternyata kerap terlibat dalam perkelahian jalanan, yang aturannya lebih longgar. Meski sadar hal itu lebih berbahaya, dia melakukannya untuk menguji kemampuan dengan menghadapi petarung dengan berbagai latar belakang ilmu bela diri, dari judo hingga tinju. Menurut dia, itu adalah hal yang biasa dilakukan para atlet di Dagestan. ”Mungkin karena itulah saya jadi lebih biasa bertarung di dalam ring,” kata Khabib. ”Catatan pertarungan saya di jalanan sebenarnya lebih baik.”
Pada usia 19 tahun, Khabib sempat bimbang dengan pilihannya di olahraga tarung. Dia perlu pekerjaan untuk hidup mandiri serta sempat berpikir berhenti menjadi atlet dan mencari penghasilan di bidang keamanan. Abdulmanap lagi-lagi berhasil membujuk Khabib menekuni latihan bela diri.
Khabib ingat ayahnya pernah berujar bahwa dia hanya perlu uang untuk air dan transportasi. Makanan selalu tersedia di rumah. Tugasnya hanyalah berlatih serius. ”Dia selalu bilang, aku hanya perlu bangun pagi-pagi dan berlatih di sasana, lalu pulang untuk istirahat,” ucap Khabib seperti ditulis Komsomolskaya Pravda. ”Dengan itulah aku bisa jadi juara.”
Latihan kerasnya berbuah manis. Khabib memulai karier profesional di arena tarung bebas pada September 2008. Dalam waktu kurang dari sebulan, dia sudah mengantongi empat kemenangan. Pada 2009, ketika berusia 21 tahun, Khabib meraih gelar juara Rusia dan dunia sambo di kelas 74 kilogram.
Pamor petarung yang dijuluki Sang Elang itu makin moncer setelah ia terjun ke arena Ultimate Fighting Championship. Dalam pertarungan perdananya pada Januari 2012, Khabib menundukkan Kamal Shalorus di ronde ketiga. Dia bahkan sukses membukukan kemenangan tercepat dalam karier tarung bebas dengan memukul knockout petarung Brasil, Thiago Tavares, kala laga baru berlangsung 1 menit 55 detik.
Sejak saat itu, pijakan Khabib di octagon semakin kokoh. Satu per satu petarung UFC dia tumbangkan. Presiden UFC Dana White bahkan memuji teknik bertarung dan bantingan Khabib. ”Pemuda ini luar biasa. Kita bisa mendapatkan hal besar bersamanya,” kata White.
Ambisi White terwujud dengan mempertemukan Khabib dengan Conor McGregor di dalam ring berdinding kawat itu pada Ahad pekan lalu. Apalagi inilah laga perdana McGregor yang dikenal bermulut pedas dan pembuat onar itu di UFC setelah absen selama dua tahun.
Laga ini pun membawa keuntungan besar bagi bisnis UFC. Tayangan berbayar pertandingan ini disaksikan lebih dari 2 juta penonton. Rekor ini melampaui pertandingan UFC 202 antara McGregor dan Nate Diaz, yang disaksikan sekitar 1,65 juta penonton. Tayangan berbayar tinju antara Mike Tyson dan Evander Holyfield pun hanya meraup sekitar 1,9 juta penonton berbayar. ”Inilah laga UFC paling akbar,” ujar White.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (MMA FIGHTING, REUTERS, ESPN, METRO, SPORTS.RU, RUSSIA TODAY)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo