Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Panggil dia julio cesar superstar

Julio cesar chavez, petinju dari meksiko, juara ke las super ringan wbc dan bantam yunior ibf. petinju kor-sel, ahn kyung-duk kalah tko pada ronde ke-3 mike tyson mengalahkan alex stewart di ronde ke-1.

15 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JULIO Cesar Chavez adalah "kaktus" ~Meksiko yang tajam dan kukuh. Di atas ring, pukulan petinju ini menyengat seperti tusukan duri. ~Kakinya seolah terbenam di kanvas sehingga ia susah dijatuhkan oleh pukulan yang sekeras apa pun. Yang mengerikan, si "kaktus" akan menguber lawan ke mana pun untuk menancapkan durinya. Sabtu malam pekan lalu - Minggu pagi di sini - petinju Korea Selatan Ahn Kyung-duk hanya mampu bermain tiga ronde melawan Chavez di Trump Plaza, Atlantic City, AS. Jarang-jarang petinju Korea Selatan, yang biasanya bertarung sampai titik darah pen~habisan, menyerah begitu mudah dan kalah TKO. Penonton Trump Plaza bisa jadi kecewa malam itu karena tak menyaksikan pertarungan yang seimbang. Apalagi di partai tambahan dalam kelas berat, petinju Mike Tyson hanya membutuhkan waktu 2 menit 27 detik untuk menghentikan perlawanan Alex Stewart. Stewart, yang pernah jadi sparring partner Tyson, tiga kali jatuh sebelum ronde pertama habis, dan langsung dinyatakan kalah TKO. Boleh jadi Chavez pun bisa meniru Tyson, menghabisi Kyung-duk dalam seronde. Di ronde pertama, Kyungduk sudah tampak "limbung" oleh hantaman Chavez. Anak Meksiko yang lahir di Ciudad Obregon, Sonora, Culiacan, pada 1962 ini rupanya masih ingin "menghibur" penonton. Ronde masih diperpanjang sampai Kyung-duk betul-betul menyerah di ronde ketiga itu. Makin tegarlah Julio Cesar Chave~ sebagai raja kelas super ringan WBC dan bantam yunior IBF. Di kelasnya, ia tak tertandingi. Bertanding 73 kali tanpa pernah kalah atau draw dan sudah 60 kali memang KO atau TKO. Dalam soal rekor main dan menan~g ini, tak seorang pun petinju di ata~s jagat ini yang bisa menyaingi Chavez. Mike Tyson, Muhammad Ali, atau Joe Louis pun tidak. Evander Holyfield? Juara dunia kelas berat itu masih jauh rekor naik ringnya walau sama-sama tak pernah kalah. Chavezlah petinju terbesar Meksiko sampai saat ini. Terbesar? Pengamat tinju di Meksiko lebih suka menyebut Chavez sebagai petinju paling populer. Soalnya, Meksiko punya banyak petinju hebat. Salah satunya, Ruben Olivares, raja kelas bantam dunia. Ruben, yang berhenti bertinju pada 1978, sepanjang kariernya sudah bertanding 106 kali menang, 82 kali di antaranya KO, dan enam kali kalah. Ketika Ruben pindah ke kelas bulu, ia juga merampas gelar di dua badan tinju dunia, WBC dan WBA. Raja kelas bantam Meksiko lainnya adalah Raul "Raton" Macias, yang juga seangkatan dengan Ruber. Setiap Macias bertanding, Stadion Mexico City dipenuhi sekitar 60 ribu penonton. Sebelum era Olivares dan Macias, kelas bantam dunia juga "dijajah" orang Meksiko, Jose Napoles. Mengapa nama Napoles tak bergema? Ia lahir di Kuba, dan jaringan TV Amerika memboikot pertandingan Napoles. Meksiko adalah negeri yang ditimbun utang komersial lebih dari US$ 100 milyar. Namun, sebagian warganya hidup mewah karena bertinju. Sasana-sasana di Amerika dipenuhi orang Meksiko. Ada yang bercitacita mengorbit ke tangga dunia, ada yang sekadar jadi sansak hidup untuk lawan latih tanding. ~Muncullah petinju hebat seperti Daniel Zaragoza, peringkat ke-4 kelas bulu yunior WBC, Humberto Gonzales, juara dunia kelas terbang ringan WBC, Raul Perez, juara dunia kelas bantam WBC, dan Marcos Villasana, juara dunia kelas bulu WBC. Masih segudang petinju Meksiko di peringkat atas berbagai badan dunia tinju. Namun, hanya Chavez yang mampu membuat orang Meksiko "gila", seperti halnya kalau kesebelasan sepak bola Meksiko menang. Hanya Chavez yang mampu memaksa delapan ribu orang Meksiko pergi ke Los Angeles - sejauh 280 mil - untuk menonton pertarungannya melawan pujaan Amerika,Meldrick Taylor, yang akhirnya dimenangkan KO oleh Chavez di ronde ke-12, pertengahan tahun ini. Setiap kali Chavez naik ring, seluruh Meksiko seperti dalam libur nasional, semua orang terpaku di depan TV. Ini berkat Don King, memang. Chavez dan manajernya, Ramon Felix, selalu terikat kontrak dengan King, promotor berambut landak itu. Tiap kali akan bertanding, Chavez berlatih di sasana milik Don King di Cleveland. Hampir tiap pertandingannya disiarkan TV ke segenap penjuru dunia. Chavez memang salah satu tambang emas Don King. Hampir tak dapat dipercaya, anak keempat dari 10 bersaudara pasangan Rodolfo dan Isabel Chavez ini mulai usia 18 tahun sampai sekarang -- kini ia 28 tahun -- tak sekali pun pernah dikalahkan. Tadinya, Chavez seperti tenggelam dalam kebesaran nama Jose Luis Ramirez. Sebenarnya, Ramirez ini adalah teman segeng Chavez di jalan-jalan Culiacan. Ramirez dalam usia 14 tahun sudah bertinju di profesional, dan dalam tujuh tahun ia sanggup bertarung 63 kali. Artinya, dalam setahun Ramirez sembilan kali naik ring. Repotnya, Ramirez dan Chavez berada di kelas yang sama. Akhirnya, perang saudara itu pun tak terelakkan pada tahun 1979. Itulah pertarungan paling mengerikan. Chavez, yang patah tulang iganya dalam latihan, dihajar terus oleh teman seperjuangannya itu. "Dia tahu persis tulang iga saya retak," ujar Chavez. Sebagai balasannya, Ramirez pun dihujani tembakan-tembakan sampai-sampai dari mata dan hidungnya bercucur darah. Wasit Richard Steele, salah satu wasit terbaik dunia, memberikan kemenangan TKO untuk Chavez. Sejak itu, apalagi ketika Meldrick Taylor pun tumbang, Chavez seperti tak punya lawan. Hanya satu lawan yang dianggap bisa mengimbangi Chavez, yakni Hector "Macho" Camacho, juara dunia di kelas yang sama versi World Boxing Organization asal Puerto Rico. Chavez memang superstar, seperti yang diucapkan manajernya, Ramon Felix. Dan ini tak seorang pun membantah. Toriq H~~adad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus