SELASA sore, sekitar pukul 7, pekan lalu. ~J Sekitar 30 petugas keamanan berpakaian preman kelihatan berjagajaga di Bandara Soekarno-Hatta. Ada tamu penting? Ternyata sangat penting. Dari pesawat Garuda GA 875 asal Hong Kong, sore itu, turun Lody Djunaidi. Dialah Kepala Bank Umum Majapahit Jaya (BUMJ) Cabang Surabaya, yang diduga melarikan uang banknya berikut uang nasabah dan uang pihak ketiga, sedikitnya Rp 100 milyar, ke Hong Kong. Pria berpenampilan rapi itu -- berulang kali terpilih sebagai pria berbusana terbaik di tingkat daerah dan nasional - turun pesawat didampingi Atase Kejaksaan di Hong Kong, Chairul Imam. Di Bandara Soekarno-Hatta, Chairul langsung menyerahkan lelaki berusia 38 tahun itu kepada Kasubditserse Ekonomi Mabes Polri, Kolonel M. Suwardja, yang sudah menjemput di situ. Sampai pekan ini Lody resmi ditahan Mabes Polri dan belum bisa ditemui wartawan. "Tunggu sajalah, nanti Mabes Polri akan mengeluarkan keterangan secara rinci," kata Suwardja. Yang pasti, tertangkapnya Lody cukup melegakan pihak-pihak yang merasa dirugikan bank itu. Lody Djunaidi memang dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas robohnya Bank Umum Majapahit, awal bulan ini. Ada yang bilang ia melarikan uang bank itu Rp 100 milyar, tapi ada pula yang menyebut angka Rp 170 milyar. Kendati hanya menjabat kepala cabang Surabaya, Lody kabarnya leluasa menggerogoti uang bank tersebut. Sebab, mertuanya Effendy Ongko adalah komisaris utama dan pemegang saham terbesar di bank itu. "Sebagai menantu, Lody Djunaidi itu terlampau bikin ulah," kata sumber TEMPO. Menurut sumber TEMPO yang enggan disebut namanya itu, salah ~satu ~permainan Lody adalah menerbitkan deposito-deposito palsu, yang seakan-akan diterbitkan bank tersebut - ditandatangani Lody sebagai pimpinan BUMJ Cabang Surabaya. Kemudian melalui perantara pihak lain, deposito yang diterbitkan Lody diagunkan untuk mendapat kredit di bank lain, antara lain Bank Artha Graha, Bank Industri, Bank Jakarta, dan Bank Central Asia. Semula bank-bank tersebut tak curiga, karena ketika dicek ke B~JMJ, mereka mendapat jawaban dari Lody sendiri bahwa deposito tersebut benar. Buntutnya, menurut sumber TEMPO, keempat bank tersebut kebobolan sekitar 30 milyar. Kerugian terbesar, kabarnya, dialami Bank Artha Graha, yakni Rp 16 milyar lebih. Selain itu, Lody juga dituduh menerbitkan deposito aspal - asli tapi palsu. Cara ini sering disebut dengan istilah permainan bank dalam bank. Caranya, ketika seorang menyetor deposito ke BUMJ, bank itu menerbitkan sertifikat deposito asli, juga tanda tangan asli Lody, sebagai pimpinan cabang Surabaya. Palsunya? "Uang deposito itu tak masuk ke kas bank, tapi ke kantung pribadi," kata sumber TEMPO. Tak hanya itu permainan Lody. Ia jugadisangka "melipat" uang pinjaman antarbank atau dikenal sebagai call money yang ada di kas BUMJ. Kabarnya, dari dana ini saja, ia berhasil mengantungi Rp 60 milyar. Di samping itu, ia juga dikabarkan menghamburkan dana banknya untuk perusahaan-perusahaan pribadi. Seperti biasanya kejahatan perbankan yakni dilakukan pengurus - kasus BUMJ ini baru ketahuan setelah Bank Indonesia mengumumkan bahwa BUMJ kalah kliring, pada 27 November lalu. Pihak Mabes Polri, yang mengusut kasus itu, pada 2 Desember mengeluarkan surat larangan pergi ke luar negeri bagi Lody. Sayangnya, surat itu terlambat. Lody keburu lolos. "Surat larangan itu datang enam hari setelah Lody berangkat ke Hong Kong," kata petugas imigrasi Surabaya kepada Jawa Pos. Untunglah, seseorang menelepop Kedubes RI di Hong Kong, mengabarkan bahwa Lody ada di negara itu. Atase Kejaksaan Chairul Imam, yang menerima kabar itu, segera mengontak Commercial Crime Bureau ~bagian dari kepolisian Hong Kong) untuk menangkap buron itu. Tentu saja persoalan itu tak mudah. Sebab, antara Indonesia dan Hong Kong tak ada perjanjian ekstradisi. Seandainya pun perjanjian itu ada, polisi Hong Kong, sesuai dengan ketentuan hak asasi internasional, tak berminat menolong bila tersangka bisa dipidana mati di Indonesia. Sebab itu, Chairul, setelah berkonsultasi dengan Direktur Reserse Mabes Polri Kolonel Tony Sidartha, terpaksa menjelaskan kejahatan Tony yang tak lebih dari kejahatan bank biasa -- tak akan dihukum mati. Akhirnya, berdasarkan izin jaksa agung Hon~g Kon~g. Jumat dua pekan lalu. Lody diringkus petugas Commercial Crime Bureau di situ. Setelah dua hari diperiksa polisi Hong Kong, barulah Lody diserahkan kepada Chairul. Tanpa halangan, Lody diboyong ke Jakarta. "Inilah buron pertama yang bisa ditangkap di negara asing tanpa perjanjian ekstradisi atau perjanjian semacam itu antara kedua negara," kata sumber TEMPO. Sementara itu, bank-bank yang dikabarkan menjadi korban sampai kini tak banyak komentar. "Soal ini sedang diselidiki," kata Herman Gunadi, managing director bank milik angkatan darat itu, hati-hati. Direktur Utama BCA, kata Abdullah Ali, belum bisa memastikan kerugian banknya. "Saya belum menerima laporan yang meyakinkan," katanya. Siapa Lody Djuanaidi? Ayah dua anak itu selama ini cukup dikenal di kalangan pengusaha lawa Timur. Selain menduduki pucuk pimpinan BUMJ Cabang Surabaya, ia memiliki berbagai usaha pribadi, antara lain perdagangan peralatan listrik, industri rotan, dan budi daya udang. Pria yang selalu berpenampilan perlente itu pernah dinobatkan sebagai salah seorang dari "10 Eksekutif 88" versi Lions Club Surabaya. "Orangnya detmawan, akrab, dan selalu berpenampilan trendy," kata Markus Sayoga, anggota Lions Club yang mengaku bahwa depositonya Rp 50 juta di BUMJ kini juga tak ketahuan nasibnya. Yang jelas, Lody konsekuen dengan ucapannya. "Kesempatan itu datangnya tak bisa diduga, maka orang harus bisa memanfaatkan kesempatan itu secara maksimal," kata Lody dalam wawancara dengan juri pemilihan 10 pria eksekutif dua tahun lalu. Ucapannya itulah, agaknya, yang dipraktekkannya baru-baru ini. ~~Karni Ily~as, G~atot Triy~anto, dan B~amban~g Aji
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini