Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Alih Profesi di Jeda Kompetisi

Kompetisi rutin yang terhenti karena pandemi Covid-19 memaksa para pemain profesional voli, basket, dan sepak bola beralih profesi. Masih berharap terus menjadi atlet.

23 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Agustin Gradita./Dok Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemain voli Maya Kurnia Indri Sari berfokus berkarier di Bank Jatim karena terhentinya kompetisi bola voli putri Proliga sejak 18 Maret 2020 dan belum ada tanda-tanda bakal digelar pada tahun ini.

  • Pebasket putri Indonesia yang pernah mengantarkan klub Merpati Bali menjuarai kompetisi basket Srikandi Cup 2019, Agustin Elya Gradita Retong, terjun ke bisnis kuliner berbahan pisang.

  • Kiper tim nasional U-19, Ernando Ari Sutaryadi, 18 tahun, berancang-ancang menjadi atlet e-sport bila kariernya sebagai pemain sepak bola harus berhenti permanen.

PEMBATASAN sosial berskala besar untuk memutus mata rantai penularan virus corona pemicu Covid-19 yang diberlakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya tidak membuat Maya Kurnia Indri Sari bekerja dari rumah. Atlet bola voli yang pernah memperkuat klub Jakarta Elektrik PLN ini tetap harus bekerja di kantor pusat Bank Jatim di Jalan Basuki Rachmat, Genteng, Surabaya, sebagai anggota staf pelayanan nasabah (customer care). “Aku masih kerja normal,” kata Maya saat dihubungi Tempo, akhir Desember 2020.

Maya, yang pernah menjadi Pemain Pencetak Skor Terbaik dalam Kejuaraan Junior Asia Tenggara 2009, mengaku selalu menerapkan protokol kesehatan. Selama berada di kantor untuk melayani para nasabah, ia selalu mengenakan masker dan sarung tangan. Meja kerjanya pun dilengkapi partisi kaca untuk meningkatkan standar keamanan. “Alhamdullilah, udah tes usap berapa kali, hasilnya tetap negatif,” ucap dara kelahiran Surabaya, 17 Februari 1992, ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak pagebluk merebak, Maya tak bermain voli karena kompetisi Proliga 2020 resmi dihentikan per 18 Maret 2020. Pada Agustus 2020, operator kompetisi sempat menjadwalkan Proliga 2021 dimulai pada 31 Januari ini. Namun, pada awal Desember 2020, Direktur Proliga Hanny S. Surkatty mengumumkan kompetisi dimundurkan sampai waktu yang belum diketahui. “Kalau sekarang, aku tetap melakukan kegiatan olahraga,” ujar penyandang Most Valuable Player Livoli 2013 tersebut. Untuk menjaga kondisi tubuh, dia mengaku rutin joging dan menggowes sepeda balap.

Bagi Maya, kondisi ini seperti yang dia alami pada 2016, ketika ia terpaksa berhenti bermain voli karena cedera dan harus dioperasi. Kala itu, tulang rawan lutut kirinya robek saat ia membela Surabaya Bank Jatim dalam Livoli 2015. Maya sempat berpikir untuk berfokus berkarier di perbankan ketika salah satu dokter yang merawatnya menjatuhkan vonis bahwa dia harus pensiun dari voli. Namun perjuangan dan tekad Maya untuk sembuh bisa mematahkan vonis tersebut. Pemulihannya berlangsung lebih cepat dan ia bisa kembali bermain sebagai quicker tim Jakarta Elektrik PLN dalam Proliga 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alih profesi saat jeda kompetisi juga dilakukan atlet bola basket, Agustin Elya Gradita Retong. Dita—panggilan akrab Agustin—adalah kapten tim basket yang berbasis di Denpasar, Merpati Bali. Pada 9 Desember 2020, pemilik klub yang menjuarai Srikandi Cup 2019 itu memutuskan membebaskan pemain dan ofisial lantaran kesulitan finansial. Sejak kompetisi bola basket profesional putri Indonesia resmi vakum pada 14 Maret 2020, klub mengalami masalah biaya operasional. Sampai sekarang belum ada kejelasan tentang kelangsungan kompetisi Srikandi Cup 2021.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Dita banting setir berbisnis kuliner secara daring alias online. Lulusan Jurusan Manajemen Universitas Bakrie, Jakarta, ini memproduksi pangsit dan martabak pisang sebagai komoditas dagangan. “Walaupun sedikit, bisa diputar, lah, uangnya,” kata Dita saat dihubungi Tempo, Selasa, 19 Januari lalu. Dia mengaku terjun ke usaha kuliner berbahan baku pisang karena ketidaksengajaan. “Ketika mengunjungi rumah keluarga, dapat oleh-oleh setandan pisang kepok,” tutur Dita, yang kini berstatus free agent.

Dengan stok pisang yang ada, dara kelahiran Jakarta ini mulai bereksperimen. Dari berselancar di media sosial, ia menemukan resep rujukan pembuatan martabak dan pangsit dari buah yang memiliki kandungan betakaroten tinggi tersebut. “Pas aku coba, ternyata enak. Abis itu jualan,” ucap Dita, yang mengidolakan pebasket Suzanne Brigit Bird alias Sue Bird.

Meski jadwal kompetisi masih belum pasti, Dita masih memendam asa kembali menunjukkan kemampuan di lapangan basket. Putri pasangan Marselinus Retong dan Fransiska Dwi Kesdiatik ini berharap ada formulasi untuk menggelar kompetisi olahraga dengan aman di masa pandemi. “Semoga pada akhirnya kita mempunyai cara baru menghadapi kondisi ini,” katanya.

Bayu Gatra saat mengikuti sesi latihan bersama PSM Makassar di Makassar, September 2020. Dokumentasi Pribadi/@Bayu23Gatra

Dampak pagebluk juga dirasakan oleh pesepak bola. Para pemain olahraga paling populer di Indonesia itu bahkan dituntut tetap berperilaku profesional meski kompetisi belum mendapat izin kepolisian untuk digulirkan. Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan memutuskan pembatalan kompetisi Liga 1 dan 2 musim 2020-2021. Keputusan itu berdampak pada pemain, yang gajinya harus dipotong oleh klub.

Berkurangnya penghasilan membuat beberapa pemain melirik liga amatir atau tarkam, akronim dari antarkampung, sebagai alternatif. General Manager Asosiasi Pemain Profesional Indonesia Ponaryo Astaman tidak menampik adanya pilihan bermain tarkam untuk mendapat penghasilan tambahan. “Rata-rata (pesepak bola) enggak mau diekspos (ketika bermain tarkam),” ujar Ponaryo kepada Tempo, Selasa, 5 Januari lalu.

Untuk menghentikan praktik kucing-kucingan pesepak bola bermain tarkam, Ponaryo mendesak PSSI dan PT Liga Indonesia Baru kembali menggulirkan kompetisi profesional. Asosiasi, kata Ponaryo, telah melayangkan surat resmi kepada PSSI. “Beberapa poin kami sampaikan mengenai laporan sejumlah pemain yang telah diputus kontrak dan timnya dibubarkan,” tuturnya.

Salah satu pesepak bola yang sempat mendapat sorotan publik karena diduga bermain tarkam adalah Bayu Gatra. Namun gelandang PSM Makassar itu enggan menanggapi tudingan tersebut. Pemain asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, ini menjelaskan bahwa jeda Liga 1 ia manfaatkan untuk belajar berbisnis. Bayu mengaku mengisi waktu luang dengan mendalami ilmu peternakan. “Di rumah Mama kan juga ada kandang kambing, to. Jadi saya belajar ke Al Fatih Farm untuk berbisnis,” ujar pria kelahiran 1992 itu, Ahad, 17 Januari lalu.

Bayu menerangkan, belajar bisnis akan menjadi preferensi dalam perjalanan hidupnya ke depan. “Kan, tidak selamanya di sepak bola. Buat investasi juga,” ucap pemain bernomor punggung 23 tersebut. Selain itu, atlet yang pernah membela tim nasional U-23 tersebut juga berencana mengikuti pendidikan kepelatihan sepak bola di Batu, Jawa Timur, pada 15 Februari nanti. “Saya juga merintis jadi pelatih kalau rezeki saya di pelatih. Kalau rezeki saya bukan di pelatih, saya merintis usaha,” tuturnya.

Langkah mengubah haluan akibat vakumnya kompetisi juga diambil kiper muda Persebaya Surabaya, Ernando Ari Sutaryadi, 18 tahun. Pemain yang memperkuat tim nasional U-19 di kualifikasi Piala AFC 2019 itu mengambil ancang-ancang beralih menjadi atlet esports. Ernando cukup mahir bermain game daring, seperti PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Ia juga gemar memainkan Mobile Legends: Bang Bang. “Sempat kepikiran jadi atlet esports saja, soalnya kan liga belum jelas,” kata pemain yang pernah mengantar Indonesia menjuarai Piala AFF U-16 tersebut.

Nando—panggilan akrab Ernando—juga mengaku saat ini tengah dalam pemulihan cedera bahu kiri yang ia peroleh ketika menjalani pemusatan latihan di Thailand pada Januari 2020. Dalam pemusatan latihan di Jakarta, Agustus 2020, cedera Nando kambuh sehingga harus dioperasi. Nando sempat menjuarai turnamen esports bertajuk “Persebaya Mabar” pada 16-17 Januari 2020 selagi tak bisa bertanding. “Saya tetap berfokus pada penyembuhan cedera. Bermain PUBG ini sebagai hobi. Pekerjaan utama ya pemain bola. Tapi kalau nanti Tuhan punya rencana lain, ya tidak tahu,” tutur jebolan Garuda Select tersebut.

IRSYAN HASYIM
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus