Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Lalu Muhammad Zohri mendapat undangan untuk tampil di Kejuaraan Dunia Atletik Indoor di Serbia, 18-20 Maret mendatang.
Ia akan turun di nomor lari sprint 60 meter. Bersaing dengan atlet kelas dunia dari berbagai negara.
Zohri menjadikan ajang kejuaraan di Serbia sebagai uji coba menjelang tampil di SEA Games Vietnam pada Mei mendatang dan Asian Games di Hangzhou, Cina, September nanti.
PELARI Lalu Muhammad Zohri, 21 tahun, tengah melakukan pendinginan setelah latihan beban bersama rekan-rekannya sesama atlet di Stadion Madya, Senayan, Jakarta. Peraih medali perak lari estafet 4 x 100 meter putra Asian Games 2018 di Jakarta ini berlatih di bawah pimpinan pelatih Agustinus Ngamel. “Tadi habis berlatih angkat beban untuk penguatan bahu,” kata Lalu Muhammad Zohri selepas berlatih, Selasa, 1 Maret lalu.
Sprinter yang menjuarai Kejuaraan Dunia Junior 2018 di Tempere, Finlandia, ini mengatakan latihan yang ia lakukan berfokus memperbaiki ayunan tangan ketika berlari. Menurut dia, latihannya juga berguna meningkat kekuatan otot. “Program tadi khusus untuk upper body (tubuh bagian atas). Biasanya menjelang kejuaraan pada pekan depan itu latihan lower body (tubuh bagian bawah),” kata pelari asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini.
Zohri berlatih sebagai persiapan untuk menjadi wakil Indonesia satu-satunya dalam Kejuaraan Dunia Atletik Indoor atau World Athletics Indoor Championships 2022 di Stark Arena, Belgrade, Serbia, 18-20 Maret mendatang. Ia bakal turun pada nomor lari 60 meter putra. Zohri berkesempatan untuk pertama kali tampil dalam kejuaraan bergengsi tersebut setelah mendapat undangan dan akan bersaing dengan atlet kelas dunia dari berbagai negara.
Bagi Zohri, ini merupakan perhelatan internasional pertama setelah terakhir kali turun pada Olimpiade Tokyo 2020 yang bergulir pada 23 Juli 2021-8 Agustus 2021. Kala itu, Zohri turun pada nomor lari 100 meter putra dan finis di posisi kelima pada babak pertama dengan catatan waktu 10,26 detik. “Ini pengalaman pertama tampil di lintasan 60 meter yang jadi ciri kejuaraan indoor (di dalam ruangan),” tutur atlet kelahiran Lombok Utara, 1 Juli 2000, ini.
Ia pun berketetapan hati meminimalkan kesalahan agar mencapai target yang diberikan oleh pelatih. Dalam kejuaraan dunia indoor di Serbia, Zohri ditargetkan berlari dengan catatan waktu 6,60 detik. “Kalau dalam latihan sudah tembus sampai 6,50 detik, bahkan 6,40 detik,” tutur Zohri.
Zohri tahu kelemahan utamanya adalah kesalahan dalam start block—alat yang menjadi tumpuan untuk melakukan start. Ia pun berupaya tidak terlalu bungkuk ketika melakukan start. “Secara teknik (lari 60 meter) berbeda karena lintasan lebih pendek, jadi harus minimalkan kesalahan karena tidak bisa mengejar (lagi),” tutur Zohri.
Untuk menembus catatan waktu yang ditargetkan, Zohri pun menjajal menu program yang diberikan pelatih. Dalam sepekan, ia berlatih selama enam kali. Latihan di lintasan dilakukan pada Senin, Rabu, dan Jumat. Zohri juga berlatih di tempat kebugaran pada Selasa dan Kamis. “Setiap latihan itu berlangsung dua jam di pagi hari. Untuk latihan hari Kamis, lokasinya di kolam renang selama satu jam 30 menit,” katanya.
Sebenarnya, Zohri dijadwalkan mengawali 2022 dengan turun dalam 9th Asian Indoor Athletics Championships di Nur Sultan, Kazakstan, pada 11-13 Februari lalu. Namun perhelatan tersebut kembali ditunda karena tingginya angka kasus Covid-19. “Sebenarnya, Februari lalu saya ke Kazakstan. Sekaligus try-out bersama menjelang SEA Games. Tapi batal. Jadi cuma bisa uji coba sekali saja sebelum ke SEA Games Vietnam,” tuturnya.
Pada pesta olahraga Asia Tenggara itu, Zohri bertekad membuat sejarah. Ia ingin menjadi pelari Indonesia pertama yang mampu berlari di bawah catatan waktu 10 detik. Target itu, kata dia, sudah dipatok pada Olimpiade Tokyo 2020. Namun ia tidak mampu tampil maksimal karena masih dalam tahap pemulihan setelah mengalami cedera.
Catatan waktu terbaik Lalu Muhammad Zohri adalah 10,03 detik yang ditorehkannya dalam seri Golden Grand Prix Osaka 2019 di Jepang, yang sekaligus mengantarkannya meraih tiket Olimpiade Tokyo 2020. “Jujur, waktu Olimpiade itu latihan tidak maksimal. Karena baru cedera, jadi tidak dikasih latihan berat, takutnya kambuh lagi,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo