Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARJA Jaladri belum pernah menghadapi momen sepenting itu. Memimpin pertandingan final bola basket di bawah tatapan 20 ribu penonton tak terbayangkan sebelumnya. Tapi itulah yang mesti dilakoni pria asal Cirebon tersebut, yakni mengawal laga final bola basket Asia antara tuan rumah Filipina dan Iran di Mall of Asia, Pasay, Filipina, Agustus tahun lalu. "Saya merinding saat itu," katanya kepada Tempo, Juni lalu.
Harja menghadapi tekanan besar. Bukan hanya oleh membeludaknya penonton, melainkan juga karena sebelumnya publik Filipina menyorot dia karena dinilai membuat keputusan merugikan tuan rumah saat bertanding melawan Qatar. "Wasit Harja Jaladri membuat keputusan kontroversial dengan menghadiahkan dua poin kepada Qatar," tulis salah satu media olahraga, Sports Interactive Network Philippines.
Tapi Harja berhasil menepis semua tekanan. Ia merasa dengan ditunjuk ikut memimpin pertandingan puncak membuktikan keputusan tersebut tidak salah. Dan, malam itu, ia memimpin dengan baik sebagai umpire. Laga pun berjalan mulus. Tuan rumah keok, tapi anugerah besar justru menghampiri Harja.
Direktur Olahraga Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) Lubomir Koetleba kesengsem oleh penampilan Harja mengawal jalannya pertandingan. Itulah yang menjadi salah satu pertimbangan sehingga awal tahun ini Harja menerima surat yang diteken langsung oleh Sekretaris FIBA Patrick Bauman. Isinya: penugasan untuk memimpin pertandingan Kejuaraan Dunia FIBA usia di bawah 17 tahun (U-17) di Dubai, Uni Emirat Arab, Agustus 2014.
MENJADI wasit kejuaraan dunia merupakan pencapaian tertinggi yang pernah diraih seorang wasit Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Tentu saja Harja tak mencapainya dalam semalam. Jalan yang ditempuh menuju ke sana amatlah panjang.
Tangga pertama menuju pentas dunia, bagi seorang pengadil di lapangan basket, adalah mendapatkan lisensi dari FIBA. Harja mendapatkan lisensi itu pada 2005 setelah mengikuti ujian di Malaysia. Tiga macam tes harus dilalui: fisik, teori, dan bahasa Inggris.
Bagi Harja, tes itu tidak sulit-sulit amat. Sebab, dia rajin mengikuti program penyegaran wasit yang diadakan Pengurus Besar Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PB Perbasi) saban tahun. "Kalau setia mengikuti itu, tidak akan ada masalah saat mengikuti tes FIBA," ujar pria kelahiran 1976 ini.
Setelah Harja mendapatkan lisensi FIBA, karier internasionalnya pun dimulai. Awalnya ia menjadi wasit tim, yakni pengadil yang dibawa tim nasional suatu negara saat bertanding di kejuaraan internasional.
Setelah penampilannya dinilai bagus oleh FIBA, Harja dipercaya menjadi wasit netral. Artinya, dia diundang sebagai wasit sekalipun tim Indonesia tidak bertanding. Beberapa lama Harja menjalani fase ini dan puncaknya adalah saat ia memimpin pertandingan final Kejuaraan FIBA Asia di Pasay itu.
Inilah yang membuat ia dikenal oleh decision maker dunia. Harja sangat membutuhkan itu. "Kami harus dikenal decision maker," katanya. Decision maker tak lain adalah pejabat FIBA yang menilai penampilan wasit dalam suatu pertandingan. Ukurannya: keakuratan dan keadilan seorang wasit dalam mengambil keputusan. Decision maker biasanya hadir dalam kejuaraan regional seperti kejuaraan Asia tersebut.
Kini Harja boleh berbangga terhadap pencapaiannya. Peluitnya akan berbunyi di kejuaraan-kejuaraan elite dunia. Ini sejatinya adalah buah dari keputusan berani yang diambilnya dulu, yakni saat meninggalkan pekerjaan dan berfokus pada karier wasit.
Harja sudah 18 tahun malang-melintang di arena. Profesi ini pertama kali dilakoninya pada 1996, saat masih berkuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. "Saat itu enggak ada yang mau jadi wasit di pertandingan kampus dan saya akhirnya mengambil tugas tersebut," tuturnya.
Seusai pertandingan, Harja rupanya ketagihan. Ia lalu memimpin lagi dan lagi.
Dia merasa menjadi wasit bukan hanya sebagai penyaluran hobinya kepada bola basket, melainkan juga telah mempengaruhi kepribadiannya. Dia merasa tabiatnya perlahan-lahan berubah. Sifat-sifat yang ia kembangkan di dalam lapangan, yakni sportif, tegas, dan sabar, menular ke kehidupannya di luar pertandingan. "Dulu saya kurang teratur, kurang sabar, tapi semua kini berubah," kata Harja. "Itu yang membuat saya jatuh cinta."
Harja lalu memutuskan menjalani ujian untuk mendapatkan lisensi wasit Perbasi pada 1998. Pada 2005, dia mengambil keputusan penting, yakni berhenti total dari pekerjaan tetapnya di bisnis jasa event organizer. Ia ingin berfokus menjadi wasit. Tapi, agar dapur tetap ngebul, dia berwiraswasta. "Adalah, usaha keluarga."
Harja mengatakan bekerja di sebuah perusahaan membuatnya tidak bisa total mengembangkan diri sebagai wasit profesional. "Kan, enggak enak izin-izin melulu," ujarnya.
Ya, sebagai wasit, ia tak bisa meninggalkan pekerjaan dalam dua-tiga hari saat mengikuti turnamen. Pekerjaan ini membutuhkan waktu setidaknya sepuluh hari saat sebuah kejuaraan berlangsung. Menurut Ketua Komisi Wasit PB Perbasi Abdul Rozak, satu kali turnamen biasanya wasit akan pergi selama sepuluh hari. "Kalau sebulan ada dua turnamen, masak mereka meninggalkan pekerjaan selama 20 hari?" kata Abdul.
Abdul Rozak menghargai keputusan Harja untuk total sebagai wasit. Dia mencontohkan saat ini ada tiga wasit seangkatan Harja, tapi rekan-rekannya itu sulit berkembang karena tak bisa meninggalkan pekerjaan tetap. "Mereka sulit mengejar prestasi di bidang perwasitan."
Disegani di luar lapangan, begitu pula halnya di dalam lapangan. Salah satu pemain Indonesia, Galank Gunawan, berpendapat bahwa Harja adalah wasit paling tegas dan adil yang pernah ia temui. Harja dinilai sosok yang tenang dan mampu menangani situasi pertandingan yang tidak bagus. "Misalnya ketika ada yang kena technical foul dan semua pemain pada ribut," ujar pemain tim Garuda Kukar Bandung ini.
Sedangkan Abdul Rozak berpendapat bahwa Harja layak dipercaya memimpin pertandingan di Kejuaraan Dunia FIBA U-17. "Dia memiliki mental yang kuat," katanya.
Abdul menjelaskan, kemampuan seorang wasit menangani situasi pertandingan yang sulit, selain ditentukan oleh kebugaran fisik, bergantung pada ketenangan menghadapi tekanan. Menurut dia, di Indonesia belum ada wasit yang memiliki ketenangan dan fokus seperti Harja. "Jam terbang tidak bisa bohong," ucapnya.
HARJA Jaladri akan terus berkelebat di lapangan elite dunia dan nasional. Beberapa waktu lalu ia memimpin pertandingan National Basketball League Championship Series antara Pelita Jaya Jakarta dan Aspac Jakarta di Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta. Seperti biasa ada keputusan yang diapresiasi pemain, ada yang diprotes.
Seperti sore itu, Harja mesti menghadapi protes pelatih Aspac Jakarta, Rastafari Horongbala, yang mempertanyakan kenapa dia tak menjatuhkan hukuman saat pemain Aspac didorong terjungkal ke luar lapangan. "Dia kurang fokus," kata Rastafari melontarkan kritik.
Tapi Harja tetap tenang. Dia selalu yakin dengan keputusannya, meski ia tetap mencadangkan kehadiran sisi manusiawinya, "Tapi mungkin saja saya salah."
Sebagai wasit, Harja Jaladri akan selalu berada dalam keseimbangan semacam itu.
Gadi Makitan, Addi Mawahibun Idhom (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo