Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pencak silat menjadi primadona di Asian Games kali ini. Secara total, olahraga bela diri asli Indonesia ini memborong 14 medali emas dari 16 medali yang diperebutkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rinciannya, Senin lalu, para pesilat menyapu bersih delapan emas. Kemarin, di Padepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah, para pesilat Indonesia menyumbangkan enam medali emas. Hanya ada dua medali emas yang terbang ke Vietnam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua emas terakhir disumbangkan oleh Hanifan Yudani Kusumah (kelas C putra 55–60 kg) dan Wewey Wita (kelas B putri 50–55 kg).
Perjuangan Hanifan tidaklah mudah. Dia mengalahkan atlet Vietnam, Thai Linh Nguyen, lewat pertarungan ketat. Hanifan sempat mendapat pengurangan nilai karena dua kali menendang wajah lawan. Tapi, secara total, ia tetap menang 3-2.
Pada pertarungan terakhir di cabang silat, Wewey Wita meraih emas dengan mengalahkan Thi Them Tran dari Vietnam. Ia tampil luar biasa dengan tendangan menyampingnya dan menang dengan skor 5-0.
Tentu saja ini capaian yang luar biasa. Dengan jumlah perolehan medali emas hingga kemarin yang mencapai 30 emas, medali dari Taman Mini, jumlah separuhnya hampir dicapai.
Presiden Joko Widodo, yang menonton pertandingan kemarin,. mengapresiasi prestasi para pesilat itu. “Saya kira ini semua untuk Indonesia, untuk negara, dan untuk rakyat semuanya,” kata Jokowi setelah menyaksikan pertandingan Asian Games 2018.
Jokowi juga berujar akan memerintahkan agar pemberian bonus segera dilakukan. Menurut Jokowi, ada prosedur untuk memberikan bonus kepada para atlet sebelum keringat mereka mengering.
“Uang negara habis paling banyak untuk pencak silat, tapi saya kira semua masyarakat bangga,” ujar dia dengan nada berkelakar.
Arena pencak silat kemarin memang dipenuhi tokoh-tokoh penting negeri ini. Selain Presiden Jokowi, Prabowo Subianto, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), hadir dengan mengenakan pakaian berwarna hitam.
Pemandangan keduanya tentu saja menarik. Keduanya tak lain adalah rival utama dalam perebutan kursi presiden pada pemilu mendatang.
Selain itu, hadir pula Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Prabowo, sebagai ketua federasi pencak silat, mengatakan rasa terima kasihnya kepada Jokowi beserta tokoh-tokoh lain yang telah hadir dalam pertandingan pencak silat tersebut. Menurut Prabowo, kehadiran mereka telah memberi semangat bagi masyarakat pencak silat.
“Bayangkan, semua hadir di sini di saat-saat kritis. Ini bagaikan semangat untuk masyarakat pencak silat. Kita bangga bisa berperan, bisa berbuat yang terbaik untuk negara dan bangsa,” kata Prabowo.
Arena pertandingan memang diliputi kegembiraan yang didominasi oleh kemenangan tuan rumah. Puncaknya terjadi ketika Hanifan Yudani Kusumah merayakan kemenangan dengan membawa bendera Merah Putih.
Tak sampai di situ, Hanifan kemudian menyambangi area kursi VVIP dan memeluk Jokowi serta Prabowo. Kejadian ini disambut tepuk tangan riuh seluruh penonton.
Hanifan mengaku tak berencana memeluk kedua tokoh tersebut. “Enggak direncanain, itu refleks saja,” kata dia.
Hanifan mengaku bangga bisa memeluk Jokowi dan Prabowo yang diyakini bisa membangkitkan Indonesia.
“Tidak seperti apa yang kita lihat di medsos kan, sangat enggak enak dilihat dan dibaca. Realitasnya itu, kita saling damai, tenteram, dan aman,” kata Hanifan.
Menurut Hanifan, pencak silat, selain budaya bangsa, dapat menjadi alat untuk membangun dan mempererat persaudaraan.
“Saya akan mempertahankan itu, pencak silat itu bisa membangun Indonesia. Bisa mempererat siapa pun,” kata Hanifan. SAPRI MAULANA | IRFAN BUDIMAN
Para pesilat yang menyumbang emas:
1. Puspa Arum Sari (artistik perorangan putri)
2. Yola Primadona dan Hendy (artistik ganda putra)
3. Tim beregu artistik putra (Nunu Nugraha, Asep Wildan Sani, Anggi Faisol Mubarok)
4. Aji Bangkit Pamungkas (kelas I putra 85–90 kg).
5. Komang Harik Adi Putra (kelas E putra 65–70 kg)
6. Iqbal Chandra Pratama (kelas D putra 60–65 kg)
7. Sarah Tria Monita (kelas C putri 55–60 kg)
8. Abdul Malik (kelas B putra 50–55 kg).
9. Sugianto (artistik perorangan putra)
10. Ni Made Dwi Yanti dan Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari (artistik ganda putra)
11. Lutfi Nurhasanah-Gina Tri Lestari-Pramudita Yuristya (artistik beregu putri)
12. Pipiet Kamelia (kelas D putri 60–65 kg)
13. Hanifan Yudani Kusumah (kelas C putra 55–60 kg)
14. Wewey Wita (kelas B putri 50–55 kg).
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo