TUBUHNYA tegap. Di antara enam pesenam pria yang dikirim RRC memperkuat kontingen mereka d Aslan Games X, dialah yang memiliki dada paling bidang. Dan juga spit lengan yang tampak paling besar. Dengan postur tubuh begitu, Minggu malam pekan lalu, Li Ning, 25, kini pesenam nomor satu RRC itu memukau ribuan penonton yang membanjiri stadion senam Olympic Park, Seoul. Ini hari pertama kejuaraan senam antartim pesta olah raga antarnegara Asia. Dan di hari perdana ini pula, RRC lewat pesenam andalannya itu dengan mudah merebut emas. Tak ayal, itu sebagian besar berkat Li Ning. Bujangan dengan tinggi 168 cm dan berat sekitar 58 kg ini memang sulit ditandingi, rupanya. Bergerak mantap, ia dan kawan-kawannya melalap dengan mudah enam nomor pertandingan untuk tim dengan angka hampir sempurna: rata-rata di atas 9. Tepuk tangan dan jerit riuh penonton selama sekitar 4 jam pertarungan yang diikuti pesenam dari 7 negara itu, kerap terdengar setiap kali Li Ning beraksi. Ia tampak tenang dan rileks. Berambut pendek seperti tentara, dengan lesung pipit kecil di pipinya, Li Ning memang kini jadi salah seorang atlet yang jadi buah bibir penduduk Seoul. Hampir setiap hari, sejak kontingen RRC tiba di ibu kota Korea Selatan, seminggu sebelum Asian Games dimulai, namanya terpampang di pelbagai surat kabar lokal di sini. Hari pertama di perkampungan atlet RRC, ia bahkan menerima kejutan ketika disodori poster yang memperlihatkan tampangnya dilukis dalam bentuk karikatur. Maka, bisa dimaklumi, begitu usai pertandingan, peraih 5 pedali (3 emas, 2 perak) Olimpiade Los Angeles 1984 ini langsung diserbu penggemarnya. Sebagian besar ingin meminta tanda tangannya, atau mengajak foto bersama. Dan Li Ning melayani satu per satu permintaan itu, sebelum ia kemudian dibawa ke ruang wawancara untuk bertemu dengan banyak wartawan yang sudah berhari-hari ingin mewawancarainya. Lahir di Liuzhou, Provinsi Guangxi Zhuang, Li Ning mulai bersenam sejak usia 8 tahun. Ayahnya, Li Suguo, seorang guru, yang memperkenalkan olah raga ini padanya. Dan Li Ning ternyata berbakat besar. Hanya 2 tahun berlatih, sudah berhasil tampil sebaai juara nasional yunior RRC. Sejak itu ia kemudian dilatih pelatih senam Liang Wenjie -- kini melatih senam di Prancis -- dan pelan-pelan mulai menapakkan diri sebagai calon pesenam utama senior. Awal 1980, ia pertama kali bertanding di gelanggang internasional. "Tapi, saya jatuh dan tak bisa melanjutkan pertandingan waktu itu," ceritanya kepada TEMPO, usai konperensi pers. Sambil meringis dan tampak seperti hendak melucu, mahasiswa tingkat 5 fakultas kejuruan pendidikan itu menyatakan, "Saya malu sekali ketika itu." Namun, itu cepat ditebusnya. Setahun kemudian ia mulai menjuarai pelbagai gelar dunia. Debut pertama ketika ia merebut tiga gelar juara di Universiade Rumania, 1981. Li Ning ketika itu menjuarai 3 nomor sekaligus: senam lantai, ring, dan kuda-kuda lompat. Sejak itu hingga kini tak kurang 50 medali emas sudah diraihnya dari pelbagai kejuaraan senam dunia. Dan yang paling sensaslonal ketika ia merebut 5 medali di Olimpiade dua tahun lalu. Setelah itu ia kemudian terpilih di antara puluhan atlet RRC yang memiliki prestasi internasional, sebagai atlet terbaik. Ia malah berada di nomor urut pertama dari 10 atlet terbaik RRC tahun 1984 dan 1985, pilihan para wartawan olah raga Cina. Di bawahnya, misalnya, Lang Ping, kapten tim voli RRC yang juga merebut emas di Los Angeles Xu Haifeng, atlet penembak pertama RRC yang merebut emas di Los Angeles dan juga Zhu Jianhua, pelompat jauh yang pada 1983 memecahkan rekor dunia. Apa target Li Ning di Asian Games X? "Akan berusaha mendapat 8 medali emas," jawab anak kedua dari tiga bersaudara itu, sambil ketawa lebar. Ia mengaku baru pertama kali main di Korea Selatan, tapi ia senang karena di sini ia "bisa disko dan bertemu dengan gadis Korea yang cantik-cantik." Juara dunia ini ternyata penggemar disko. Hampir setiap hari, katanya, di Beijing, ia masuk ke klub, disko, dan berajojing bersama teman-temannya, setelah usai berlatih -- sekitar 4 jam sehari. Pekan lalu, ia juga sudah menunjukkan kebolehannya di lantai disko yang ada di perkampungan atlet. "Cewek-cewek Korea cantik-cantik, tapi mana mungkin saya bawa ke Cina," kata pemuda yang mengaku belum punya pacar itu, sambil menggaruk kepala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini