Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA kali Chen Yanqing mengumbar janji, dua kali pula dia melanggarnya. Tentu ini bukan janji asmara. Chen pernah berjanji mundur dari dunia angkat besi. Untung dia langgar janji itu, sehingga ia menyumbang medali emas bagi Cina di ajang Asian Games yang sedang berlangsung di Doha, Qatar.
Bukan cuma merebut medali emas, Chen juga menciptakan tiga rekor dunia baru. Rekor pertama pecah pada angkatan snatch dengan berat 111 kg. Angkatan itu satu kilogram lebih berat dari rekor dunia atas nama rekan senegaranya Wang Li yang dicetak tiga tahun lalu.
Rekor kedua dan ketiga dicatat pada total angkatan 242 kg setelah Chen berhasil melakukan angkatan clean & jerk 131 kg. Rekor sebelumnya atas nama koleganya, Gu Wei, dengan angkatan 241 kg. Pada angkatan clean & jerk terakhir, dia berhasil mengangkat barbel 140 kg. Rekor dunia untuk jenis clean & jerk dan total angkatan yang belum genap berumur sehari kembali gugur.
Lima tahun lalu Chen menyatakan mundur karena marah. Atlet angkat besi andalan Cina di kelas 58 kilogram itu kecewa dengan keputusan komite olimpiade negaranya membatalkan keikutsertaannya dalam Olimpiade Sydney setahun sebelumnya.
”Saya sangat terluka. Saya tidak mau melihat barbel lagi. Gairah saya sudah hilang,” ujar perempuan kelahiran 27 tahun silam itu. Untuk menghapus kecewa, dia pulang ke kampung halamannya di Suzhou, Provinsi Jiangsu, Cina Timur. Ia melatih tim angkat besi setempat dan kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Suzhou.
Untung ada Cao Xinming. Pelatih kawakan itu berhasil membujuk Chen kembali ke panggung angkat besi. Hubungan keduanya sudah seperti anak dan bapak. Di mata Cao, bakat atlet yang sudah mengangkat besi sejak umur 11 tahun ini luar biasa. Tekniknya hebat. ”Dia tidak pernah cedera serius dalam 14 tahun terakhir. Itu fenomena yang jarang terjadi,” katanya.2: P
Begitu kembali ke arena, Chen terlihat lebih disiplin dan makin bertenaga. Terbukti dia kemudian berhasil merebut medali emas di Olimpiade Athena 2004. ”Pengalaman melatih di tingkat provinsi membuatnya menjadi lebih baik,” ujar Cao.
Setahun lalu, Chen kembali menyatakan selamat tinggal pada angkat besi. Dia bahkan bersumpah tak akan pernah bersentuhan lagi dengan barbel. Dia mengaku bosan terus menerus melakukan pekerjaan yang sama. ”Saya tidak ingin menghabiskan hidup saya di ruang isolasi latihan. Saya ingin menikmati hidup sebelum berumur 30 tahun,” katanya.
Tapi Januari lalu dia lagilagi ingkar janji. Ia mengaku tak bisa meninggalkan angka besi karena terlalu cinta. Baru tiga bulan menyentuh barbel, Chen menyabet kembali gelar juara nasional Cina. Setelah merebut emas Asian Games, kini ia mematok target menjuarai olimpiade di negeri sendiri. ”Demi Olimpiade Beijing saya rela menyerahkan masa muda saya,” ujarnya.
Kedigdayaan Chen menggambarkan kejayaan Cina di arena angkat besi. Tujuh dari delapan rekor dunia yang dipecahkan hingga hari ketujuh Asian Games adalah rekor cabang angkat besi. Semua rekor dipecahkan atlet Cina, dan semua pemecah rekor itu adalah perempuan.
Mu Shuangshuang merupakan pemecah rekor selain Chen. Perempuan perkasa ini berlaga di kelas 75+ kg. Untuk pertama kalinya Dalam akhir, Mu berhasil mengalahkan Jang Mi Ran, musuh bebuyutannya dari Korea Selatan. Pada angkatan snatch, Mu berhasil mengangkat 139 kg, melewati rekor dunia milik Jang seberat 138 kg.
Kemenangan ini langsung mendongkrak kepercayaan diri Mu. ”Saya yakin dapat mengalahkannya lagi suatu saat nanti,” kata Mu. Namun, Jang tidak mau kalah gertak. Dia yakin akan dapat melakukan balas dendam di Olimpiade Beijing nanti.
Satusatunya atlet bukan Cina yang berhasil menembus dominasi atlet negeri Tirai Bambu adalah Pawina Thongsuk. Atlet angkat besi berusia 27 tahun asal Thailand itu berhasil memecahkan rekor angkat besi kelas 63 kg untuk angkatan clean & jerk.
Perempuan setinggi 156 sentimeter dengan berat 63 kg itu berhasil mengangkat barbel 142 kilogram alias hampir dua setengah kali berat badannya. Rekor itu satu kilogram melampaui rekor dunia lama milik Svetlana Shimkova dari Rusia. Medali emas Asian Games sekaligus melengkapi koleksi Pawina yang sebelumnya telah memenangkan medali emas tingkat Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Asia, dan SEA Games.
Dengan rekor barunya, mahasiswi Pascasarjana Ilmu Olahraga di Universitas Chiang Mai itu kini juga menjadi pemegang semua rekor dunia di kelas 63 kg. Dua rekor dunia pada total angkatan dan snatch direngkuhnya pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2005.
Medali emas Pawina sekaligus memecahkan ”misteri” prestasi atlet Thailand di cabang angkat besi. Atletatlet negeri Gajah Putih itu beberapakali telah memenangkan medali emas olimpiade. Tapi selama 40 tahun belum sekalipun mereka berhasil merebut medali emas Asian Games.
Pawina sendiri perlu tiga kali mengikuti Asian Games untuk bisa merebut medali emas. Dengan bekal kemenangan kali ini, ia lebih optimis menghadapi lawanlawannya di Olimpiade Beijing 2008 nanti.
Lalu apa yang dilakukannya setelah memang? ”Sebelum lomba saya tidak merasa lapar, tapi setelah menang, saya makan apa saja. Pagi ini berat saya bertambah dua kilo,” katanya.
Sebuah perayaaan sederhana untuk prestasi yang begitu dahsyat.
Sapto Pradityo (Xinhua, People’s Daily, The Nation, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo