Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Telepon Seluler Aman Kanker
Berhalo-halo dengan telepon seluler tidak memicu kanker. Berlama-lama pun oke. Begitu kesimpulan riset tim peneliti Danish Institute of Cancer Epidemiology, Kopenhagen, Denmark. Temuan ini diumumkan dalam Journal of the National Cancer Institute edisi terbaru, seperti dikutip Reuters Health pekan lalu.
John Boice, ahli epidemiologi, memimpin tim peneliti. Mereka mengamati riwayat kesehatan lebih dari 420 ribu pengguna ponsel di Denmark, lebih dari 56 ribu di antaranya sudah 10 tahun akrab dengan benda tersebut. Melalui penelusuran rekam medis, tim John Boice tidak menemukan adanya kaitan kanker dengan pengguna telepon seluler.
Telepon seluler memancarkan gelombang radiomagnetik. Inilah yang diduga mempengaruhi sirkuit elektronik pada saraf otak dan kemudian memicu kanker di leher, tumor, dan leukemia. Namun, sampai kini dugaan tersebut belum mendapatkan bukti kuat. Riset yang digelar sekelompok peneliti Inggris dilaporkan dalam Institute of Cancer Research pada awal 2006 itu juga menyatakan bahwa ponsel tidak membahayakan kesehatan.
Walau demikian, para peneliti mengingatkan agar konsumen tetap berlaku bijak. "Kata akhir belum putus," kata Joshua Muscatt, peneliti kanker dan telepon seluler dari Pennsylvania University. Anak-anak harus hati-hati menggunakan ponsel karena sistem saraf mereka masih dalam perkembangan.
Bawang Menghalau Kanker
Bawang putih dan bawang merah, keduanya bumbu wajib. Namun, manfaat bawang bukan sekadar penguat rasa. Pekan lalu, tim peneliti dari Italia melaporkan bahwa duo bawang ini bisa menjauhkan penyantapnya dari kanker.
Tim periset dipimpin Dr Carlotta Galeone dari Mario Negri Institute of Pharmacologic Research, Milan. Mereka menganalisis delapan studi yang pernah digelar di Italia dan Swiss. Kedelapan riset ini dilakukan dengan cara membandingkan pola makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup dua kelompok responden. Pertama, 10 ribu orang yang tercatat menderita berbagai jenis kanker. Kedua, 15 ribu orang yang sehat walafiat sebagai kelompok kontrol.
Hasilnya menarik. Menurut tim peneliti, pencinta masakan berbumbu bawang putih (Allium sativuum) dan bawang merah (Allium cepa) memiliki risiko rendah terkena beberapa jenis kanker, seperti kanker usus besar, kanker indung telur, dan kanker tenggorokan. Belum jelas apakah manfaat bawang semata yang membikin risiko kanker menipis. Soalnya, selain menyukai bawang, para pencinta masakan berbumbu juga penganut pola makan sehat yang didominasi sayuran.
Para ahli menduga, sulfur dan flavonoid yang terkandung dalam bawang merah dan putih yang pegang peranan. Kedua senyawa inilah yang bersifat antikanker. Daya kerja kedua senyawa ini bahkan kian kuat bila diimbangi kebiasaan makan sayur dan buah. n
Jeruk Bali versus Obat
Segelas jus jeruk bali sungguh menyegarkan. Tapi, para pasien asma, hipertensi, dan gangguan jantung, yang wajib minum obat saban hari, sebaiknya tidak kelewat sering meminumnya.
Kenapa? Pekan lalu, situs kesehatan Yahoo Health menjelaskannya. Jeruk bali memang kaya vitamin C dan antioksidan pengusir racun dari tubuh. Namun, jeruk berukuran besar ini juga dapat mengacaukan kerja beberapa jenis obat. Ada 50 jenis obat yang diketahui tak bisa rujuk dengan senyawa aktif yang terkandung dalam jeruk ini, termasuk di antaranya obat asma, alergi, jantung, kanker, dan depresi.
Sebelumnya, peneliti dari Universitas Michigan, AS, menjelaskan bahwa jus jeruk bali bisa menghambat produksi enzim CYP3A4. Inilah enzim yang bertanggung jawab dalam proses metabolisme obat di dalam usus kecil. Kesimpulan ini muncul setelah dilakukan riset pada 10 pria yang diminta minum tiga gelas jus ini selama beberapa hari. Hasilnya, jumlah produksi CYP3A4 responden menurun drastis hingga 60 persen.
Senyawa aktif jeruk bali, yakni furanokumarin, diduga menjadi biang keladi terhambatnya produksi enzim tersebut. "Obat-obatan pun menumpuk di usus," demikian penjelasan Dr Paul Watkins dari University of North Carolina, seperti dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition, Mei 2006. Efek selanjutnya, dosis obat yang masuk ke aliran darah bisa melampaui batas dan berisiko memicu dampak yang serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo