Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tengah dentuman musik yang membahana di Ingolfstorg Square, Reykjavik, Selasa dua pekan lalu, para pemain dan ofisial tim nasional Islandia menari-nari di atas panggung. Bersama rapper lokal Emmsje Gauti, mereka bergoyang di hadapan ribuan orang, merayakan keberhasilan Islandia lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Beberapa jam sebelumnya, Islandia menorehkan sejarah untuk pertama kalinya lolos ke putaran final Piala Dunia sekaligus menjadi negara berpopulasi terkecil di dunia yang tampil di ajang empat tahunan itu. Islandia lolos setelah dalam pertandingan terakhir mengalahkan Kosovo 2-0. "Ini benar-benar aneh, saya tidak tahu harus berkata apa," ujar Manajer Islandia Heimir Hallgrimsson di Stadion Laugardalsvollur, Reykjavik, seperti dikutip The Guardian.
Kegembiraan meluap di jalanan Reykjavik, ibu kota negeri berpenduduk sekitar 340 ribu jiwa itu. Mengenakan kostum tim nasional Islandia berwarna biru tua, puluhan ribu orang turun ke jalan, seperti saat Islandia untuk pertama kalinya lolos ke Euro 2016 di Prancis. "Pesta sepertinya akan berlanjut," kata Eidur Gudjohnsen, legenda sepak bola Islandia, seperti ditulis CNN. Di Euro 2016, Islandia membuat kejutan dengan melaju hingga perempat final sebelum dihentikan tuan rumah Prancis.
Keberhasilan Islandia tersebut buah dari reformasi yang dimulai dua dekade lalu. Meski termasuk olahraga terpopuler, kondisi sepak bola Islandia tertinggal dibanding negara Skandinavia lainnya, apalagi dari raksasa Spanyol, Belanda, dan Jerman yang punya sistem pembinaan pemain muda yang berjenjang. Islandia mengandalkan perkembangan para pemainnya yang bermain di klub-klub negara tetangga.
Perbaikan dimulai dari sektor pendidikan pelatih 15 tahun lalu. Asosiasi Sepak Bola Islandia (KSI) merekrut Sigurður Ragnar Eyjólfsson, mantan striker tim lokal KR Reykjavik, untuk memperbaiki sistem kepelatihan yang waktu itu tak memiliki kurikulum.
KSI dan Eyjólfsson lantas merancang sistem pendidikan pelatih berdasarkan standar Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Mereka membuatnya dari nol, memilah materi yang perlu diajarkan, siapa pengajarnya, dan berapa banyak seminar perlu diadakan. Sistem pendidikan itu kemudian dikirim ke UEFA. "Kami mendapat lisensi UEFA A dan B," ujarnya.
KSI membuka lebar pendidikan pelatih ke semua warga Islandia. Sejak 2006, alih-alih harus pergi ke negara lain, warga Islandia bisa mendapatkan lisensi UEFA A dan B (standar untuk menangani tim-tim elite Eropa) di dalam negeri. "Sangat mudah mendapatkan pendidikan pelatih berlisensi UEFA A dan B," kata Heimir Hallgrimsson.
Dalam satu dekade terakhir, pelatih elite Islandia bermunculan. Kini negeri itu punya lebih dari 800 pelatih, 600 di antaranya memegang lisensi UEFA B. Jadi ada 1 pelatih berkualitas di antara 400-500 penduduk Islandia. Jadilah Islandia negara dengan proporsi pelatih berbanding populasi tertinggi di dunia.
Kualitas pelatih diturunkan kepada para pemainnya. Para pelatih elite itu juga turut membina pendidikan pemain usia dini. "Jika mulai bermain bola pada usia 4 tahun di sini, pasti mendapat pelatih berkualitas," ujar Dagur Sveinn Dagbjartsson, koordinator program pelatih KSI.
Di Islandia, profesi pemain dan pelatih sepak bola adalah profesi paruh waktu. Meski demikian, seperti Hallgrimsson yang juga dokter gigi, mereka menjalaninya dengan serius. Menurut Dagbjartsson, tak ada pelatih amatir di Islandia. "Setiap pelatih mendapat bayaran," katanya.
Pembinaan pemain muda juga tidak main-main. Para pelatih wajib mengantongi lisensi UEFA B untuk bisa mendidik pemain berusia di bawah 8 tahun. Di negara lain biasanya pelatih berlisensi rendah diberikan untuk menangani anak-anak. Hallgrimsson mengatakan KSI memberikan pelatih yang bagus untuk mereka.
Pendidikan yang bagus sejak dini menghasilkan pemain berkualitas. Saat ini, ada lebih dari 21 ribu pemain sepak bola Islandia yang terdaftar atau sekitar 7 persen dari populasi negara itu. Pendidikan itu antara lain menghasilkan Aron Gunnarsson dan kawan-kawan, yang membawa negara itu tampil di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018.
Hermann Hreidarsson, mantan pemain Islandia yang pernah berkarier 15 tahun di Inggris, mengatakan perkembangan sepak bola di negerinya sangat pesat. "Kemampuanku dulu mungkin setara dengan remaja Islandia berusia 14 tahun sekarang," ujar pemain yang pernah meraih trofi Piala FA bersama Portsmouth itu.
Hallgrimsson mengatakan bukan hal aneh bila banyak pemain Islandia sudah bergabung dengan tim-tim profesional di Eropa pada usia 17-19 tahun. "Mereka mengembangkan kemampuannya secara profesional," kata Hallgrimsson, yang merupakan pelatih Islandia pertama yang mengantongi lisensi UEFA Pro.
Anak-anak Islandia bisa langsung bermain dan berlatih bersama klub pilihannya di bawah penanganan pelatih profesional. Mereka juga bisa berlatih berdampingan dengan para pemain tim nasional. "Anakku berlatih sejak usia 3 tahun. Para pelatihnya memiliki lisensi UEFA A dan B," ujar Dagbjartsson.
Dalam dua dekade terakhir, Islandia juga melakukan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur sepak bola. Hal ini dilakukan untuk mengatasi cuaca ekstrem Lingkar Arktik, yang menghalangi penduduknya bermain sepak bola.
Negeri pulau dengan lebih 80 gunung api itu memiliki musim dingin yang panjang. Hanya sekitar lima bulan para penduduk Islandia bisa bermain sepak bola di tempat terbuka. Kala musim dingin tiba- biasanya dimulai sejak September- temperatur bisa anjlok hingga minus 30 derajat Celsius. Adapun di musim panas, suhu rata-ratanya di bawah 10 derajat Celsius.
Pemerintah Islandia membangun stadion sepak bola dengan fasilitas komplet, termasuk pemanas ruangan di berbagai kota dan desa. Saat ini, ada 30 stadion dengan lapangan berukuran standar, 7 di antaranya dibangun di ruangan tertutup, yang bisa digunakan siapa saja dalam segala cuaca.
Ada lebih dari 150 lapangan artifisial berukuran kecil dengan pemanas bawah tanah dibangun di dekat sekolah-sekolah. Lapangan ini menjamin anak-anak tak kehilangan tempat bermain ketika musim dingin. "Anda mungkin tak akan menemukan fasilitas lapangan buatan di dalam ataupun luar ruangan sebaik di Islandia," ucap Perdana Menteri Islandia Bjarni Benediktsson.
Hallgrimsson mengatakan lapangan di ruang tertutup adalah investasi terbesar Islandia. Mereka yang bergabung di tim nasional saat ini adalah generasi yang tumbuh dan berlatih di dalam fasilitas itu. Mereka dikenal sebagai generasi "anak-anak lapangan tertutup". "Jika kondisi memburuk, mereka selalu punya fasilitas bagus untuk berlatih," ujarnya.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (THE TELEGRAPH, HOWLER MAGAZINE)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo