HARAPAN masyarakat Irian Jaya terkabul. Piala Soeharto, kini
lambang supremasi antar klub, kembali ke provinsi itu. Klub
Mandala berhasil pekan lalu mempertahankan prestasi
pendahulunya, bond Persipura, dari Jayapura. Mereka menundukkan
klub Beringin Putra dari Ujungpandang dalam final tak berimbang
(4-0) di stadion utama Senayan, Jakarta.
"Dari semula kami sudah yakin Piala Soeharto akan kembali ke
Irian Jaya," kata Godlief Pieter, Sekretaris Komda PSI Irian
Jaya. Persipura semula merebutnya dari Kejuaraan 5 Besar PSSI,
1976.
Prestasi Mandala memang tak mengagetkan. Klub ini hampir sama
dengan Persipura yang menjuarai turnamen 12 Besar PSSI di
Semarang, November lalu. "Cuma 3 pemain Persipura yang tak ikut
memperkuat," lanjut Pieter. "Karena mereka bukan anggota
Mandala. " Untuk Kejuaraan Nasional Antar Klub 1, menurut
Pieter, mereka mempersiapkan diri selama 5 bulan.
Tentang periuk nasi pemain? "Hidup mereka terjamin," jawab
Gubernur Irian Jaya, Soetran. Para pemain Mandala umumnya
karyawan pemerintah daerah. Bagi pemain yang masih bersekolah,
Soetran menyokong dengan bea siswa. Cukup layak untuk
bujangan. "Cuma sekarang karena inflasi," tambahnya, jumlah
bantuan itu akan ditinjau kembali.
Langkah pembinaan Mandala ini diterapkan pula oleh Beringin
Putra maupun Palu Putra. Pemain mereka, juga rata-rata adalah
anggota Korpri, tak memusingkan untuk biaya hidup sehari-hari.
"Faktor non-teknis, seperti unsur kesejahteraan, tak mungkin
diabaikan," kata manajer tim Palu Putra, Drs. H. Kisman
Abdullah. Palu Putra menempati urutan ketiga di belakang Mandala
dan Beringin Putra.
Tak semua klub dari 26 peserta kejuaraan ini terjamin
keuangannya. Banyak di antara mereka hidup dari dana tak tetap.
Tak heran bila yang muncul di perempat final adalah klub yang
berfinansial baik seperti Jayakarta dari Jakarta, TCS Semarang
dan Pertamina II Plaju.
Sekali ini daerah yang tak mengirimkan wakil adalah Bali, NTT,
NTB, Maluku dan Timor Timur. Mengapa? "Kompetisi di daerah
tersebut belum selesai," ungkap Subronto dari Panitia
Pertandingan. Ia menambahkan bahwa hambatan ini selain oleh
ketiadaan biaya, juga dipengaruhi oleh faktor alam. "Bagaimana
di NTB orang mau bicara kompetisi kalau Lombok terserang
gempa."
Mutu permainan? Tak banyak bakat baru menonjol terlihat.
Barangkali yang memberi harapan antara lain Mettu Duaramury,
pemain lapangan tengah Mandala, Haryanto, kiper TCS Semarang,
Indrajaya dari Palu Putra dan Jayadi dari Jayakarta. Tak aneh
jika tawaran dari berbagai perkumpulan Galatama tak begitu
santer. Klub NIAC Mitra, misalnya, dikabarkan cuma membidik
Syamsuddin Umar dari Beringin Putra.
Keinginan untuk masuk Galatama kelihatan juga tak terlalu deras.
"Fasilitas yang kami berikan pada mereka rasanya tak kurang
dari Galatama," kata manajer tim Mandala, Elias Paprindey. Anak
asuhannya membenarkan itu. Dari Beringin Putra juga terdengar
janji untuk memberikan perhatian lebih bagi pemain mereka yang
berprestasi. "Gubernur Sul-Sel (Andi Oddang red) telah
menjanjikan fasilitas perumahan buat mereka," ungkap Ariantomo
Andi Lolo, manajer tim Beringin Putra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini