Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Suaib & Harahap menjawab

Suaib dan bupati bone h.p.b harahap yang dituduh berada di belakang pembunuhan hasse alias hasnah menyangkal semua tuduhan. (krim)

9 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH tetap ada dua cerita. Di pengadilan, dari tuduhan jaksa yang berdasarkan penyidikan Laksusda, wanita Bone yang mati terpenggal kepalanya di Kampung Pinra tahun lalu adalah Sumiaty. Kedua terdakwa, Tahir dan La Wali, juga mengakuinya demikian. Sumiaty yang mana -- tak jelas benar. Identitas korban, seperti kata seorang pejabat kepolisian, tidak digarap oleh instansi militer yang ikut menyidik perkara kriminal tersebut. Jika benar demikian, menurut versi Laksusda, bekas supati Bone, Kol. Suaib terlibat. Tapi Suaib geleng kepala. Kepada TEMPO ia berkata "Saya orangnya paling mudah. Tidak perlu susah-susah, kalau saya salah, saya sendiri akan meminta kunci penjara dan rela dihukum." Benar ia pernah berurusan dan tinggal beberapa hari dalam tahanan POMDAM XIV/Hn. Di sana, katanya, ia menanyakan: "Ini perkara politik atau kriminal" Tak ada yang menjawab jelas-jelas. Ia dilepas. Namun merasa sudah tercemar nama baiknya, Suaib hendak menuntut keadilan kelak. Bukankah Tahir mendengar dari Tajuddin yang menyebut Suaib mendalangi pembunuhan seorang wanita bernama Sumiaty? "Itu palsu!" sanggah Suaib, "orang menduga tapi tidak menunjukkan bukti -- saya tidak tahu menahu pembunuhan itu." Cerita kedua, polisi tetap pada hasil pemeriksaannya korban adalah Hasnah alias Hasse. Sidik jari korban tidak berbeda dengan yang dimiliki Hasse yang memang menghilang dari rumahnya, di Jl. Pongtiku (Ujungpandang), sejak Maret tahun lalu. Menurut Tike Petta Nisang, bibi tempat Hasse tinggal menumpang, keponakannya tersebut hanya pamit untuk menghadlri pesta perkawinan salah seorang pamannya. Tapi ia tak pernah kembali. Rok dari korban yang ditunjukkan polisi diakui oleh Tike sebagai yang biasa dikenakan Hasse. Ia yakin betul akan hal itu, katanya, karena ia sendiri yang membelikannya. Kun fayakuun Paman korban, Kani bin Lotang, tak ragu lagi jika benar jimat bertulisan Innake Has -- saya Has itu ditemukan terselip di pinggang, tak salah lagi, korban adalah keluarganya. Karena ia sendiri yang membuat jimar bagi Hasse dengan tulisan lontara yang masih diingar lafalnya "kun fayaakun" Tetapi bahwa Hasse terbunuh dalam keadaan hamil 5 bulan, itu yang tidak diketahui keluarganya. Dari cerita yang terakhir ini disebut-sebut nama Bupati Bone yang sekarang, H.P.B. Harahap, yang berdiri di belakang "tersangka" Mappiere dkk. supati jadi repot menanggapi tuduhan yang menyerangnya. "Tidak mungkin saya mendatangi pasar-pasar lalu berteriak hei, bukan Bupari Harahap yang melakukan perbuatan terkutuk itu!" kata Harahap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus