HARAPAN PSSI dalam turnamen Pra Olimpik 1980 kini digantungkan
pada Frans van Balkom. Tapi pecandu sepakbola tak begitu
optimistis ia akan berhasil mengusahakan tiket Olympiade Moskow.
Mengapa? Tak banyak pemain nasional saat ini yang bisa
diandalkan dalam pertarungan di Kuala Lumpur, 23 Maret s/d 3
April. Wiel Coerver, bekas pelatih tim Indonesia juga melihat
adanya krisis pemain. Tahun 1976, ia yang sempat menghadirkan
pemain jempolan kali ini pun tampak bingung untuk mencalonkan
nama pada PSSI. "Anda punya calon?" tanya Coerver kepada TEMPO.
Ia kabarnya cuma mengusulkan Iswadi Idris, Simson Rumahpasal,
Wayan Diana, dan Ronny Pasla.
Pilihan memang terbatas. Beberapa pemain berbakat -- seperti
Rully Nere dan Aun Harhara dewasa ini berlatih di Brasilia.
Mereka tampaknya sulit untuk diminta pulang. "Saya minta agar
mereka yang di Brasilia tidak diganggu," kata Ketua Umum PSSI,
Ali Sadikin. Sedang Balkom menginginkan mereka.
Tapi Balkom, selepas turnamen Piala Soeharto, kelihatan agak
lega. "Saya sudah punya pilihan," katanya. Ia tak mau
mengungkapkan nama yang dibidiknya. "Soalnya, masih bisa berubah
sebelum 25 Februari." Pada tanggal tersebut dimulai pemusatan
atihan bagi tim Pra Olimpik.
Tentang peluang, Balkom kelihatan optimistis. "Lawan yang
terberat cuma Korea Selatan," katanya. Ia menambahkan bahwa
sudah ada resep untuk menghadapi mereka. Pola permainan yang
akan diterapkannya tampak tak berbeda dari apa yang
dipraktekkannya deugan klub NIAC Mitra. Surabaya: Total
Football. Gaya ini diperkenalkan oleh tim Belanda dalam Piala
Dunia 1974 di Munich, Jerman Barat.
Basri, asisten Balkom di NIAC Mitra menilai pola ini bisa
dimainkan dengan baik oleh pemain Indonesia. "Kenapa tidak
bisa?" katanya. "Kaki 'kan sama-sama dua, dan otak sama-sama di
kepala."
Tapi pola total football membutuhkan stamina yang prima. Dan
"itulah yang kurang dari pemain-pemain Indonesia," sela Balkom,
yang menilai tempo yang tersedia satu bulan kurang cukup untuk
mempertinggi daya tahan.
Balkom -- seperti juga pendahulunya, Coerver -- mendapat
wewenang penuh dari PSSI untuk menentukan pemain. "Terserah dia,
mau pakai yang tua atau muda, atau campuran keduanya," ujar Ali
Sadikin. Balkom sendiri cenderung pada kombinasi. Dari NIAC
Mitra ia cuma melihat beberapa pemain saja. "Bisa saya pilih dua
atau tiga orang. Tapi bisa juga tidak sama sekali," kata Balkom
lagi.
Punya Kelemahan
Saat ini memang tak banyak yang bisa dibanggakan dari tim
nasional. Krisis hampir terjadi di semua lini. Selain nama yang
disebut Coerver tadi, tak banyak lagi yang bisa diandalkan.
Sebagai pelengkap, para pengamat mengusulkan pemain seperti
Berty Tutuarima, back kiri tim SEA Games 1979. Sektor ini dulu
terlemah dalam kesebelasan nasional. Dan Berty telah mengisinya.
Masih di barisan belakang, poros halang Ishak Liza, juga
pemain SEA Games pun tetap bisa dipertaruhkan. Saingannya
barangkali cuma Oyong Liza dan Henky Rumere. Tapi keduanya punya
kelemahan sendiri. Oyong sudah lama tak bergabung dengan tim
nasional. Sedang Henky terlihat hebat cuma bila tampil di klub
Mandala atau bond Persipura.
Untuk lapangan tengah, dari sisa SEA Games mungkin Wahyu Hidayat
bisa dipakai. Dari Piala Soeharto? Boleh dicoba Metu Duaramury,
pemain Mandala yang rajin mencari dan mengantar bola. Staminanya
pun tampak lumayan. Dan Sofyan Hadi pun boleh pula dipanggil.
Untuk barisan penyerang, para pengamat melihat potensi Sunardi
dari NIAC Mitra. Kawan penggandengnya, bisa Dede Sulaiman, bisa
pula Dullah Rahim. Penyerang tengah Hadi Ismanto pernah pula
menjadi buah bibir publik. Tapi belakangan ini ia agak menurun.
Di sini, pemain cerdik dan sedikit licik seperti Risdianto sulit
ditemukan.
Kiper Taufik Lubis dan Haryanto cukup menonjol, tak kurang dari
Ronny Pasla. Itulah penilaian para pengamat, tapi untuk
menjadikan nama-nama tadi suatu tim tangguh, walaupun oleh
seorang seperti Balkom, tentu cukup repot. Balkom datang bersama
NIAC Mitra sehabis turnamen Piala Aga Khan di Dakka akhir tahun
lalu.
Ia, 38 tahun, adalah kelahiran Belanda, yang kini menjadi
warganegara Australia. Pernah ia melatih di Hongkong dan Iran.
Di kedua negeri ini ia berhasil. Hongkong dalam turnamen Pra
Piala Dunia 1977 di Singapura menjadi juara Zone. Kemudian
Iran yang memakai Balkom sempat mengikuti kejuaraan Piala Dunia
1978 di Argentina.
Tapi suksesnya itu ditopang oleh materi pemain jempolan di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini