Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sedikit nama, balkom

Pelatih impor yang jadi harapan pssi untuk pra olimpik 1980. pilihan atlet amat terbatas, ada yang masih di brasil.

9 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARAPAN PSSI dalam turnamen Pra Olimpik 1980 kini digantungkan pada Frans van Balkom. Tapi pecandu sepakbola tak begitu optimistis ia akan berhasil mengusahakan tiket Olympiade Moskow. Mengapa? Tak banyak pemain nasional saat ini yang bisa diandalkan dalam pertarungan di Kuala Lumpur, 23 Maret s/d 3 April. Wiel Coerver, bekas pelatih tim Indonesia juga melihat adanya krisis pemain. Tahun 1976, ia yang sempat menghadirkan pemain jempolan kali ini pun tampak bingung untuk mencalonkan nama pada PSSI. "Anda punya calon?" tanya Coerver kepada TEMPO. Ia kabarnya cuma mengusulkan Iswadi Idris, Simson Rumahpasal, Wayan Diana, dan Ronny Pasla. Pilihan memang terbatas. Beberapa pemain berbakat -- seperti Rully Nere dan Aun Harhara dewasa ini berlatih di Brasilia. Mereka tampaknya sulit untuk diminta pulang. "Saya minta agar mereka yang di Brasilia tidak diganggu," kata Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin. Sedang Balkom menginginkan mereka. Tapi Balkom, selepas turnamen Piala Soeharto, kelihatan agak lega. "Saya sudah punya pilihan," katanya. Ia tak mau mengungkapkan nama yang dibidiknya. "Soalnya, masih bisa berubah sebelum 25 Februari." Pada tanggal tersebut dimulai pemusatan atihan bagi tim Pra Olimpik. Tentang peluang, Balkom kelihatan optimistis. "Lawan yang terberat cuma Korea Selatan," katanya. Ia menambahkan bahwa sudah ada resep untuk menghadapi mereka. Pola permainan yang akan diterapkannya tampak tak berbeda dari apa yang dipraktekkannya deugan klub NIAC Mitra. Surabaya: Total Football. Gaya ini diperkenalkan oleh tim Belanda dalam Piala Dunia 1974 di Munich, Jerman Barat. Basri, asisten Balkom di NIAC Mitra menilai pola ini bisa dimainkan dengan baik oleh pemain Indonesia. "Kenapa tidak bisa?" katanya. "Kaki 'kan sama-sama dua, dan otak sama-sama di kepala." Tapi pola total football membutuhkan stamina yang prima. Dan "itulah yang kurang dari pemain-pemain Indonesia," sela Balkom, yang menilai tempo yang tersedia satu bulan kurang cukup untuk mempertinggi daya tahan. Balkom -- seperti juga pendahulunya, Coerver -- mendapat wewenang penuh dari PSSI untuk menentukan pemain. "Terserah dia, mau pakai yang tua atau muda, atau campuran keduanya," ujar Ali Sadikin. Balkom sendiri cenderung pada kombinasi. Dari NIAC Mitra ia cuma melihat beberapa pemain saja. "Bisa saya pilih dua atau tiga orang. Tapi bisa juga tidak sama sekali," kata Balkom lagi. Punya Kelemahan Saat ini memang tak banyak yang bisa dibanggakan dari tim nasional. Krisis hampir terjadi di semua lini. Selain nama yang disebut Coerver tadi, tak banyak lagi yang bisa diandalkan. Sebagai pelengkap, para pengamat mengusulkan pemain seperti Berty Tutuarima, back kiri tim SEA Games 1979. Sektor ini dulu terlemah dalam kesebelasan nasional. Dan Berty telah mengisinya. Masih di barisan belakang, poros halang Ishak Liza, juga pemain SEA Games pun tetap bisa dipertaruhkan. Saingannya barangkali cuma Oyong Liza dan Henky Rumere. Tapi keduanya punya kelemahan sendiri. Oyong sudah lama tak bergabung dengan tim nasional. Sedang Henky terlihat hebat cuma bila tampil di klub Mandala atau bond Persipura. Untuk lapangan tengah, dari sisa SEA Games mungkin Wahyu Hidayat bisa dipakai. Dari Piala Soeharto? Boleh dicoba Metu Duaramury, pemain Mandala yang rajin mencari dan mengantar bola. Staminanya pun tampak lumayan. Dan Sofyan Hadi pun boleh pula dipanggil. Untuk barisan penyerang, para pengamat melihat potensi Sunardi dari NIAC Mitra. Kawan penggandengnya, bisa Dede Sulaiman, bisa pula Dullah Rahim. Penyerang tengah Hadi Ismanto pernah pula menjadi buah bibir publik. Tapi belakangan ini ia agak menurun. Di sini, pemain cerdik dan sedikit licik seperti Risdianto sulit ditemukan. Kiper Taufik Lubis dan Haryanto cukup menonjol, tak kurang dari Ronny Pasla. Itulah penilaian para pengamat, tapi untuk menjadikan nama-nama tadi suatu tim tangguh, walaupun oleh seorang seperti Balkom, tentu cukup repot. Balkom datang bersama NIAC Mitra sehabis turnamen Piala Aga Khan di Dakka akhir tahun lalu. Ia, 38 tahun, adalah kelahiran Belanda, yang kini menjadi warganegara Australia. Pernah ia melatih di Hongkong dan Iran. Di kedua negeri ini ia berhasil. Hongkong dalam turnamen Pra Piala Dunia 1977 di Singapura menjadi juara Zone. Kemudian Iran yang memakai Balkom sempat mengikuti kejuaraan Piala Dunia 1978 di Argentina. Tapi suksesnya itu ditopang oleh materi pemain jempolan di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus