PANGGUNG tinju bayaran ramai lagi. Sebab, setelah sekitar enam bulan menunggu, para penggemar tinju bakal kembali menonton juara dunia kelas bantam yunior versi IBF, Ellyas Pical, 26, beraksi di atas ring Istora, Senayan, Jakarta. Sabtu malam pekan ini juga, sudah dipastikan Pical akan mempertahankan gelar untuk kedua kalinya, setelah Agustus tahun lalu ia berhasil mempertahankannya dengan menumbangkan penantang nomor sembilan IBF, Wayne Mulholland dari Australia. Petinju kidal asal Saparua ini merebut gelar itu 3 Mei tahun lalu dari tangan petinju Korea Selatan, Ju Do Chun, di Istora Senayan. Kini, mendapat bayaran sekitar US$ 125.000 atau sekitar Rp 140 juta, Pical akan menghadapi penantang kedua yang dipilih Promotor Boy Bolang, Cesar Patico Polanco, 19, dari Dominika, Amerika Tengah. Sebelum ini, Boy Bolang, promotor yang masih punya hak satu kali lagi menyelenggarakan pertandingan perebutan gelar Pical, sudah mengumumkan akan menghadapkan petinju sasana Garuda Jaya, itu dengan penantang nomor 1 kelas bantam yunior IBF, Shinobu Kawashima dari Jepang. Tapi urung karena Kawashima cedera. Lalu, Boy, yang mendapat bantuan dana untuk menyelenggarakan pertarungan yang seluruhnya bernilai sekitar Rp 350 juta dari Probosutedjo itu, memilih Polanco, penantang peringkat ketiga di kelas yang dimahkotai Pical. Ini pertandingan pertama antara Pical dan petinju Amerika Tengah ini, yang menurut Boy Bolang, sudah dikontrak dengan bayaran sekitar Rp 25 juta. Bagaimana persiapan Pical? Ia memang berlatih serius di markas sasana Garuda Jaya di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tapi, itulah. Berbeda dengan dua pertarungan Pical sebelumnya, kali ini kubu sasana Garuda Jaya terus terang mengaku agak kesulitan mematokkan strategi yang pas buat Pical. "Karena sedikit sekali data yang kami miliki tentang Polanco, kami ibarat orang meraba dalam gelap untuk mengetahui siapa sebenarnya calon lawan sekali ini," kata Anton Sihotang, manajer sasana Garuda Jaya. Dengan sedikit data diri Polanco yang diberikan Boy Bolang, Simson Tambunan cuma memperkirakan saja Polanco sebagai petinju tipe boxer. 4 cm lebih tinggi dari Ellyas Pical atau sekitar 168 cm, ia dianggap terutama bagus dalam pukulan yang dibenturkan dan upper-cut. "Itulah sementara bayang-bayang yang kita ketahui tentang Polanco," kata Simson Tambunan. Dengan modal itu Simson kemudian mendatangkan enam petinju untuk lawan tanding Pical. Misalnya Haryanto (dari Malang), Mancini Kasangka, juara kelas bantam pro nasional, dan Mika Tobing, petinju amatir. Dengan mereka semua Pical sudah berantam 54 ronde. Ditambah dengan latihan lari dengan beban, dan jalan beberapa belas kilo meter, Simson mengatakan bahwa kini kondisi Pical, dengan bobot tubuh 52 kg, atau setengah kg di bawah persyaratan minimal petinju kelas bantam yunior, siap bertarung 16 ronde. Melawan Polanco nanti Pical akan bertanding 15 ronde. Sampai Senin pekan ini, kondisi sang juara tampak fit. Ia tinggal menjalani latihan terakhir saja lagi, sebelum istirahat total. Ketika istirahat total nanti, berat Pical direncanakan berkisar 50 kg dan kemudian dinaikkan sedikit untuk mencapai "berat ideal" -- Simsom menolak menyebut berapa persisnya berat ideal itu -- untuk pertarungan. Cuma, agar lebih lengkap, Simson beberapa kali membawa Pical berlatih di daerah pegunungan, di kawasan Puncak. Ia mengharapkan ketika bertarung nanti kadar Hb (butir darah merah) Pical, yang kini baru sekitar 15, akan mencapai angka ideal: 17. Itulah semua persiapan fisik Pical untuk melawan Polanco. "Ya, memang harus begitu. Kita tak punya video tentang Polanco. Sebenarnya untuk pertandingan seperti ini memang harus ada video, supaya persiapan bisa lebih pasti dan tepat," gerutu Simson. Pical sendiri? Tampak tak peduli dengan apa yang terjadi di seputarnya, sang juara, yang kini jadi jutawan muda itu, terus saja berlatih. Bahkan ia terlihat seperti sudah tak begitu sabar lagi menunggu pertarungan Sabtu pekan ini. Jumat pekan lalu, ketika latihan, misalnya, petinju lugu yang pendiam ini seperti menumpahkan semua rasa geramnya. Dengan beringas ia menghajar satu per satu lawan tandingnya, seolah-olah sudah bertanding benar-benar. Dan penonton, yang belakangan ini sering bergerombol menyaksikan dia latihan di Garuda Jaya, jadi riuh bertepuk tangan. "Beta mau pukul Polanco seperti itu nanti," katanya dengan suara terengah-engah dan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Penantangnya dari negeri kecil Dominika, berpenduduk sekitar 6,5 juta jiwa, memang masih misterius. Yang diketahui, usianya 7 tahun lebih muda dari Pical. Lahir di kota Santiago de los Caballeros (berpenduduk sekitar 200 ribu), Polanco, menurut manajer bisnisnya, Felix Hernandez, sudah bertinju (amatir) sejak 1976. Telah bertarung 92 kali--ini pun sukar dieek kebenarannya -- hasilnya 83 kali menang dan 9 kali kalah. Ia pindah ke profesional, pada 1983. Di gelanggang baru ini ia dilatih pelatihnya yang sekarang, Eulalio Lalo Madina asal Puerto Rico. Hasilnya, cukup lumayan: tak terkalahkan pada 14 kali pertarunan yang sudah dijalaninya. Ia menang 13 kali (9 kali di antaranya dengan KO) dan sekali seri. Pernah jadi juara tinju pro Continental (seluruh Amerika Tengah dan Latin) pada 1984, Polanco bergabung dengan sasana Toa Baja Gym, di Puerto Riko. Anak seorang buruh perkebunan negara Dominika ini, menurut Felix Hernandez, yang datang Minggu malam, pekan lalu, sudah berlatih keras selama 1,5 bulan untuk merebut gelar dari tangan Pical. "Ia menguasai gaya petinju boxer dan fighter. Dan sudah pula berlatih cara-cara menghadapi petinju kidal seperti Elly Pical," tutur Hernandez. Manajer ini juga bangga mengatakan bahwa petinjunya sangat tahan pukul dan "punya inteligensia baik". "Ia benar-benar dalam kondisi sangat baik lihat saja nanti di atas ring," katanya. Fernandez tampaknya pandai menjual sambil -- siapa tahu -- juga membual. Marah Sakti Laporan Toriq Hadad & Ahmed Soeriawidjaja (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini