PEMBINA tenis terkenal Mayjen (pur.) Roeshan Roesli, 71, yang berdomisili di Bandung, kesal betul dengan TVRI. Soal siaran olah raga? Ternyata, bukan. Tetapi soal pementasan drama televisi, yang ceritanya mengambil potongan novel terkenal La Hami. "La Hami adalah judul novel ayah saya. Novel itu punya makna mendalam, baik buat Almarhum maupun bagi keluarga saya sekarang," keluh Roeshan. "TVRI sama sekali tak menyebutkan nama ayah saya, Marah Roesli, dalam pengantar drama itu. Bahkan sebagai pemberi ilham cerita juga tidak." Drama yang dimainkan Teater Bima itu diputar TVRI, Kamis malam dua pekan lalu. La Hami adalah nama pembantu rumah tangga keluarga Marah Roesli, ketika pengarang itu mukim di Sumbawa. "Kalau novel Siti Nurbaya mengandung kritik terhadap tradisi adat Sumatera Barat, maka La Hami merupakan ungkapan terima kasih Ayah kepada rakyat Sumbawa. Keduanya ditulis dengan penghayatan yang mendalam," tutur Roeshan. Sebagai kenangan, ketika cucu kembarnya lahir pada 1981, kedua anak itu diberinya nama La Hami dan La Jala, dua orang yang membantu Marah Roesli di Sumbawa. "Ketika anak kembar itu selamatan empat puluh hari, dan kemudian waktu merayakan ulang tahun pertama mereka, penerbit Balai Pustaka mengirimkan royalti buku La Hami. Memang kebetulan, tapi 'kan menjadi kenangan," tambah Harry Roesli, cucu Marah Roesli. Karena penerbit Balai Pustaka memperhatikan hak cipta, Roeshan pun bertanya, mengapa TVRI sama sekali tidak mengindahkannya. Cuma itu yang dituntutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini