Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pokoknya, Bukan

Beberapa negara belum mengirimkan daftar atlit untuk nomor atletik Asian Games VIII akibat ancaman IAAF. Jepang tetap mengirimkan atlet utama.(or)

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANCAMAN Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF) terus membayangi pembukaan Asian Games VIII akhir pekan ini di Bangkok. Sikap sebagian pesertanya bimbang sekali sebelum berangkat dari negeri masing-masing. Di Tokyo, pekan lalu, IAAF memutuskan untuk tetap mengirimkan atlit utama mereka, sekalipun dihadapkan pada risiko tidak diperkenankan ambil bagian dalam Olympiade Moskow, 1980, atau kejuaraan internasional lainnya yang direstui IAAF. Presiden IAAF Hanji Aoki, mengatakan bahwa IAAF telah mengambil sikap kompromi terhadap kesepakatan mereka sebelumnya. "IAAF tidak akan menskors peserta atletik Asian Games VIII, lebih lama dari 6 bulan," cerita Aoki. Namun dari markas IAAF di London, tak ada terbetik cerita demikian. Mereka baru akan bersidang Januari. Sehubungan dengan itu Sekjen Komite Olympiade Indonesia, Suworo mengatakan bahwa negara-negara seperti Saudi Arabia, Irak, Persatuan Emirat Arab, Bahrain, bahkan Muangthai sendiri masih belum menyampaikan formulir pendaftaran mereka, apakah ikut atletik atau tidak. "Padahal pendaftaran sudah ditutup 24 Nopember," ujar Suworo. Ia menerima kabar itu 4 hari selepas batas pemasukan formulir. Lain ceritanya dengan kontingen Hongkong. Mereka telah memastikan tidak akan mengikuti nomor atletik. Sikap Indonesia? "PASI tetap tidak akan mengutus atlit terbaiknya ke Bangkok," kata Ketua Bidang Organisasi PASI, Bob Hasan. Tapi ia membantah bahwa yang dikirimkan adalah atlit 'kelas tiga'. "PASI tidak pernah membedakan atlitnya dalam kelas-kelas," tambah Hasan. Atlit pengganti yang diutus PASI adalah Ready Dono Basuki, M. Hatta, Suwandi, M. Nasir, dan Widyanto. Keputusan PASI, yang semula akan mengirimkan Jeffry Mathelehamual dkk yang telah dipersiapkan di pelatnas. telah dipergunjingkan orang. Cheryl Dorall, bekas pelari Malaysia, menulis dalam koran The New Straits Times: Indonesia berarti telah memisahkan diri dari Asia yang menentang keputusan IAAF. Ia melukiskan bahwa Ready Dono Basuki dkk sebagai atlit 'tidak bermutu', dibanding dengan mereka yang digantikan. "Adalah sangat ironis, beberapa bulan lalu setiap orang merasa cemas Jepang tidak akan mengirimkan atlit terbaik," tulis Dorall. "Nyatanya mereka datang dengan olahragawan nasional, di antaranya terdapat pemegang rekor Asia." Dorall tidak melihat adanya perbedaan kondisi antara Indonesia dan Jepang. Bukankah Jepang tidak terlibat dalam soal SEA Games X di Jakarta tahun depan? Kontingen Jepang, terdiri dari 375 atlit dan ofisial, berharap bisa merajai pengumpulan medali dalam AG VIII. "Kami akan menyapu semua medali emas dari kolam renang," kata Yoshihiro Hamaguchi, manajer tim renang Jepang. Medali emas yang diperebutkan dari kolam renang jumlahnya 29 buah. Dari AG VII di Teheran, 1974, mereka merenggut 22 kemenangan. Dari atletik, mereka berharap lebih dari 10 medali emas -- jumlah yang diperoleh mereka 4 tahun lalu. Pasti RRC mempunyai niat yang sama dengan Jepang Ingin tampil sebagai yang terbaik. Kontingen RRC datang dengan 289 atlit untuk mengikuti 15 dari 19 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sekitar 70% dari mereka baru pertama kali turun di arena internasional. Harapan RRC terutama di tenis meja dan bulutangkis. Di bawah kontingen Jepang dan RRC, persaingan bukan tak ketat pula. Malaysia, misalnya, berharap dapat meraih 5 medali emas dari cabang hockey, sepakbola, atletik, menembak dan panahan. Di nomor atletik, harapan medali emas dilimpahkan pada Mubarak, bintang Malaysia untuk ]10 m gawang. Singapura dengan 61 atlit meletakkan harapan pada perenang Junie Sng dan pelari K. Jayamani. Lantas di mana kedudukan Indonesia? Ketua Harian KONI Pusat, Suprayogi menduga, Indonesia berada dalam tingkatan yang sama dengan India, Korea Utara dan Korea Selatan. Tapi Supra yogi menolak untuk meramalkan berapa jumlah medali emas yang akan diboyong Indonesia. "Yang jelas kita kehilangan peluang untuk meraih 4 medali emas," kata Ketua Perpani, Suwoto Sukendar. Empat medali emas yang diperkirakan Sukendar adalah dari pertandingan nomor-nomor jarak dalam panahan. Di AG VIII, mata lomba ini dihapuskan. Harapan besar Indonesia untuk medali emas agaknya cuma tersisa pada cabang bulutangkis dan tenis. Dalam AG VII, kedua cabang itu memberi Indonesia 3 medali emas -- masing-masing atas nama pasangan Tjuntjun/Johan Wahyudi (bulutangkis), Christian/Regina Masli (bulutangkis) dan nyonya Lita iugiarto (tenis). "Pokoknya, kita akan pulang dengan hasil yang lebih baik dari Teheran," kata Suprayogi. Dari setiap cabang yang diikuti, katanya, minimal Indonesia harus bisa menempati urutan 3 Besar. Indonesia mengikuti 11 cabang olahraga: bulu tangkis, renang, tinju, anggar, tenis, atletik, tenis meja, angkat besi, balap sepeda, menembak dan panahan. Tapi harapan itu tampaknya sulit untuk dicapai. Tim tenis meja Indonesia misalnya, dalam kejuaraan Asia di Kuala Lumpur baru-baru ini cuma menempati urutan kelima dalam nomor beregu. Sementara di nomor perorangan Indonesia masuk dalam kelompok bawah. Padahal lawan yang dihadapi di AG VIII nanti adalah musuh yang sama. Bangkok kini keempat kalinya -- sesudah tahun 1951, 1966 dan 1970-menjadi tuan rumah AG. Dulu, Israel bukan persoalan baginya. Tapi sekali ini Bangkok terpaksa menolak Israel yang mengakibatkan IAAF mencabut pengakuannya, malah akan menskors para peserta nomor atletik AG VIII ini. Daftar absen pun agak panjang. Diduga tak sampai 25 dari 32 negara anggota Federasi AG yang akan berpawai di stadion Bangkok. Paling menyolok ialah tiadanya Iran, tuan rumah AG VII, yang dilanda krisis di negerinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus