MASIH muda, dia sudah ingin pensiun. Perenang nasional,
Kristiono Sumono, 20 tahun, tampak tak bisa ditawar lagi. Dia
mau mengetuk kembali pintu sekolah.
Hampir setahun waktunya tersita untuk mempersiapkan diri guna
menghadapi Asian Games VIII di Bangkok, Desember 1978. "Saya
ingin menyelesaikan studi dulu," alasannya. Terakhir sebagai
siswa tahun kedua pada Southwestern College di San Diego, AS,
Kristiono menggoncangkan PRSI.
Sulit dicarikan penggantinya saat ini. Dalam AG VIII ia memang
tak berhasil menggeser kedudukan perenang Jepang atau Filipina
dari tempat pertama. Tapi di SEA Games IX, Kuala Lumpur, tahun
sebelumnya ia meraih 7 medali emas untuk kontingen Indonesia.
Menghadapi SEA Games X di Jakarta, September depan, cabang
renang kelihatan masih diharapkan menjadi tambang medali emas
bagi Indonesia. Masalahnya, siapakah yang bakal menggantikan
kedudukan Kristiono? "Jerry dan Johny harus bisa mengambil
oper," ujar W.T. Item, pelatih renang nasional. Jerry dan Johny,
keduanya putera Item, adalah perenang inti bersama Kristiono
dalam AG VIII.
Persoalannya pelik. Sebab Kristiono mengkhususkan diri dalam
gaya bebas, sementara Jerry merupakan spesialis gaya kupu-kupu.
Pengganti lain, Johny, memang mengikuti jejak Kristiono. Cuma ia
belum sematang perenang yang bakal digantikannya. "Untuk
mengambil alih semua nomor Kristiono memang sulit," lanjut Item.
"Makanya nanti akan diambil nomor tertentu saia."
Menghadapi SEA Games X di Jakarta, September depan, cabang
renang kelihatan masih diharapkan menjadi tambang medali emas
bagi Indonesia. Masalahnya, siapakah yang bakal menggantikan
kedudukan Kristiono? "Jerry dan Johny harus bisa mengambil
oper," ujar W.T. Item, pelatih renang nasional. Jerry dan Johny,
keduanya putera Item, adalah perenang inti bersama Kristiono
dalam AG VIII.
Persoalannya pelik. Sebab Kristiono mengkhususkan diri dalam
gaya bebas, sementara Jerry merupakan spesialis gaya kupu-kupu.
Pengganti lain, Johny, memang mengikuti jejak Kristiono. Cuma ia
belum sematang perenang yang bakal digantikannya. "Untuk
mengambil alih semua nomor Kristiono memang sulit," lanjut Item.
"Makanya nanti akan diambil nomor tertentu saja."
Kristiono adalah pemegang rekor SEA Games IX mata lomba 100 m,
200 m, 400 m, dan 1.500 gaya bebas. Tingginya 172 cm dan
beratnya 64 kg. Pelatih Mike Troy mengasuhnya di San Diego sejak
Juni 1975. Dialah perenang pertama Indonesia yang berhasil
melampaui rekor AG (1974), tapi prestasi tersebut telah
dipertajam lagi oleh perenang Jepang di Bangkok. Tak banyak yang
mengira bahwa perjalanan karir Kristiono justru dimulai dari
kali, di belakang rumahnya di Banda Aceh. Sumono, ayah
Kristiono, menjabat Kepala Imigrasi di sana tahun 1962.
Tahun 1967, keluarga Sumono hijrah ke Jakarta. Dan Kristiono
kemudian bergabung dengan klub renang Tirta aruna yang diasuh
oleh M. F. Siregar, Sekjen KONI Pusat. Dari Tirta Taruna, ia
terpilih untuk ikut Kejuaraan Renang elompok Umur I di
Singapura. Ia adah produk pertama dari program kempok umur
PRSI. Sejak itu ia belum pernah absen dari setiap kegiatan
renang nasional maupun internasional.
Tapi Kristiono yang penuh bakat itu kini untuk kedua kalinya
menyatakan selamat tinggal pada dunia renang dan memilih sekolah
sebagai tujuan utama. Tahun 1974, ketika masih duduk di kelas I
SMA Setia Budi, ia menginginkan istirahat supaya bisa naik ke
kelas II Pas-Pal.
Setelah naik kelas, ia dibujuk lagi oleh Siregar supaya mau
berenang lagi. Ia menurut. Kemudian ia berangkat ke San Diego
untuk berlatih dan menambah pengalaman bertanding sambil
melanjutkan pelajaran. Namun kedua tujuan yang berbeda itu
ternyata tak bisa dirangkulnya secara baik. Sekolahnya jadi
terlantar. Dan, kini, ia memilih sekolah. "Bagaimana pun ia, toh
harus memikirkan masa depannya," kata Ketua Umum PRSI, D.
Soeprajogi yang kelihatan sedih kehilangan Kristiono untuk SEA
Games X.
Jejak Kristiono untuk ke luar kolam tampak diikuti pula oleh
perenang putri, Naniek Juliati Suwaji. "Saya sudah terlalu tua
untuk dunia renang," kata Naniek, 22 tahun. Bagi Naniek,
mahasiswi tingkat II pada Fakultas Teknik Universitas Kristen
Petra di Surabaya, agaknya bukan hanya masalah umur. Ia akan
segera menaiki pelaminan dengan pelatihnya, Iskandar. Rencana
pernikahan mereka awal tahun ini. Selanjutnya ia ingin menjadi
pelatih. Tambah mencemaskan bagi PRSI dalam menghadapi SEA Games
X.
Waktu SEA Games IX, 1977, Naniek memboyong 4 medali emas dan 2
perak. Di dalam negeri, Naniek dari klub PR Hiu, Surabaya hampir
tak ada saingan untuk nomor gaya bebas, gaya dada, gaya
kupu-kupu, maupun gaya punggung.
Disiplin?
Melihat jurang prestasi generasi Kristiono dan Naniek dengan
angkatan di bawah mereka cukup jauh, masyarakat lalu meragukan
pembinaan kelompok umur oleh PRSI sejak 1967. "Pembinaan lewat
kelompok umur tidak gagal," kata Soeprajogi. "Hanya saja memang
tidak selalu ada perenang yang istimewa seperti Kristiono atau
Naniek."
Menurut Soeprajogi, program pembinaan yang dituangkan PRSI
sebetulnya udah cocok. Cuma masih banyak di antara orang tua
perenang yang belum bisa menopang program tersebut. "Kalau orang
tua perenang tersebut kaya atau dari kaum intelektuil, umumnya
mereka lebih mementingkan masa depan anaknya," lanjut
Soeprajogi. "Yang maju dalam olahraga itu, umumnya malah anak
orang biasa."
Tapi di mata M. T. Item, pendidikan di sekolah Indonesia belum
bisa berjalan seiring dengan program olahraga. "Di Amerika
Serikat, misalnya, hal itu sudah jalan bersama."
Jalan ke luar dari kesulitan ini dicoba dengan mendirik.an
sekolah khusus tingkat SMP dan SMA bai olahragawan di Ragunan,
Jakarta. Di sana, mereka dimasukkan dalam asrama. Menurut Item,
sistem asrama itu akan membuat atlitnya jemu dengan suasana yang
itu-itu saja. "Perlu ada wadah pendidikan lanjutan untuk yang
sudah tamat dari sana," katanya.
Merangkaknya prestasi perenang pengganti juga disebabkan oleh
faktor lingkungan. Misalnya, pelatih sulit untuk memberikan
latihan angkat besi yang diperlukan. "Kebanyakan perenang kita
tidak disiplin pada diri sendiri," tambah Item.
Namun Item tampak masih optimis menghadapi SEA Games. Terutama
setelah melihat prestasi yang dicapai perenang nasional dalam
Kejuaraan Kelompok Umur Antar Klub di Bandung akhir Desember. Di
sana dipecahkan 10 rekor nasional. "Renang masih cerah,"
katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini