Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Rekor Pertama Ragunan

Perenang, Kun Hantyo, 15, menciptakan rekor nasional baru dalam gaya dada 100 meter. Ia, kini dipersiapkan untuk Sea Games 1977 di Kuala Lumpur dan Asian Games 1978 di Bangkok.(or)

23 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah kemandulan prestasi yang melanda dunia olahraga Indonesia, diam-diam nomor renang melahirkan rekor nasional baru di Gelanggang Mahasiswa Kuningan, Jakarta bulan Maret lalu. Prestasi nasional itu diciptakan oleh Kun Hantyo - 25 April ini genap berusia 15 tahun, dalam nomor spesialisasinya: gaya dada 100 meter. Ia mempertajam rekornya sendiri dari waktu tempuh 1 menit 12,4 detik menjadi 1 menit 10,6 detik, dalam pertandingan renang kelompok umur ke-41. Kun Hantyo (sehari-hari dipanggil Mas Yo) sebenarnya termasuk dalam daftar perenang yang dikirim untuk belajar dan latihan di San Diego, Amerika Serikat. Meski ia urung berangkat ke sana bersama perenang Ha Kie Nyan dkk dengan alasan yang belum jelas tapi Mas Yo tetap berlatih di tanah air. Ia kemudian termasuk atlit yang terpilih untuk beroleh beasiswa di SMP/SMA Negeri Ragunan, yaitu sekolah khusus buat pendidikan dan pembinaan olahragawan pelajar. Ia kini duduk di kelas III SMP, dan tinggal di Wisma Garuda, Ragunan, bersama 25 perenang dari pelbagai daerah. Melulu Di Air Mas Yo anak yang pendiam, dan adakalanya juga kurang bersemangat diajak ngobrol. Tapi itu tak berarti sulit baginya menyesuaikan diri mondok dalam satu asrama bersama 73 atlit dari berbagai cabang olahraga. Sebab ia cukup menaruh minat pada bidang yang lain juga. Misalnya, musik. Malah pernah belajar main gitar dari salah seorang saudaranya. Diajak main caturpun Mas Yo tak menampik. Dan belakangan ini di Ragunan ia coba-coba main tenis, "senang juga", katanya singkat. Mula-mula diakuinya ada semacam rasa canggung, bila diingat sebagai anak tunggal dari keluarga Banu Subadio, Mas Yo baru pertama kali ini hidup terpisah dari orangtuanya. Namun lambat-laun ia toh terbiasa juga dengan disiplin atlit di Ragunan itu, meski ada latihan lari sejauh 10 Km, misalnya. "Selama ini ia melulu bermain di air", komentar ibunya tentang latihan darat itu. Begitu pula dengan jam pelajaran sekolah yang berlangsung sampai pukul 21.30, karena diselang-seling dengan latihan fisik yang panjang. "Lama-lama, ya betah juga", katanya sembari ketawa kecil. Walaupun Mas Yo hampir sepanjang hari menghabiskan waktunya bagaikan kecebong, namun di mata pelatih drs Saparjiman, ia terbilang masih suka angin-anginan. Maksudnya, Mas Yo dipandang kurang berlaku serius ketika latihan. Ini juga diakui ibunya, Ny Maryam Subadio. "Tapi ia berlaku sebaliknya dalam pertandingan", tambahnya. Mungkin begitu tabiat anak tunggal. Akan halnya prestasi yang telah dicapai Mas Yo, "hal itu banyak ditunjang oleh keluarganya sendiri di rumah", seperti diutarakan seorang pejabat keolahragaan di Ragunan. Ini mungkin menarik. Mas Yo tak punya latar belakang keluarga yang doyan main di air. Ibunya, Ny Maryam -- yang menaruh minat ada bidang penulisan, adalah cucu almarhum Haji Agus Salim. Sedangkan ayahnya, asal Yogya, paling banter pernah suka main bola, tapi rupanya bertekad melahirkan seorang juara di kolam renang. Sebab dari sang ayahnya ini Mas Yo banyak beroleh semangat, ketika setiap pagi menjelang Subuh ia selalu dibangunkan untuk diantar latihan berenang. Upaya semacam itu dilakukan semenjak Mas Yo mulai mengenal kolam dalam usia 9 tahun, dan kemudian bergabung dengan klab renang Baruna. Cuma selang dua bulan setelah masuk klab itu, bersama perenang cilik lainnya, Mas Yo sudah ikut bertanding memperkuat klabnya. "Ketika itu, hasilnya nomor buntut melulu", agak geli ia mengenang masa lalunya. Kemudian jerih payah bersama -- baik dari ayahnya maupun dari pelatihnya, nampak tidak sia-sia. Prestasi Kun Hantyo segera menanjak. Tahun 1975, ia telah membuktikan diri dengan meraih tempat pertama dalam kejuaraan renang pelajar se-Asia di Jakarta. Setahun kemudian, ia memperbaiki rekor nasional 100 m gaya dada dengan waktu 1 menit 12,4 detik (rekor lama atas nama Ha Kie Nyan: 1 menit 12,75 detik). Kun Hantyo yang kini dipersiapkan untuk South East Asia Games 1977 Nopember depan di Kuala Lumpur dan Asian Games 1978 di Bangkok, tampak tidak ingin berhenti sampai di sana. Ia bercita-cita untuk tampil dalam Olympiade 1980 di Moskow. Ketika keinginannya itu diutarakannya bekas pelatih Saparjiman mengatakan bahwa ia punya potensi untuk itu. Tapi, "dalam waktu dekat ini harus bisa 1 menit 7 detik lho, Mas Yo", ujar Saparjiman. Jika target itu berhasil dicapai oleh Kun Hantyo, ini berarti dalam tempo yang singkat akan terjadi pemecahan rekor nasional baru lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus