DI tengah kemandulan prestasi yang melanda dunia olahraga
Indonesia, diam-diam nomor renang melahirkan rekor nasional baru
di Gelanggang Mahasiswa Kuningan, Jakarta bulan Maret lalu.
Prestasi nasional itu diciptakan oleh Kun Hantyo - 25 April ini
genap berusia 15 tahun, dalam nomor spesialisasinya: gaya dada
100 meter. Ia mempertajam rekornya sendiri dari waktu tempuh 1
menit 12,4 detik menjadi 1 menit 10,6 detik, dalam pertandingan
renang kelompok umur ke-41.
Kun Hantyo (sehari-hari dipanggil Mas Yo) sebenarnya termasuk
dalam daftar perenang yang dikirim untuk belajar dan latihan di
San Diego, Amerika Serikat. Meski ia urung berangkat ke sana
bersama perenang Ha Kie Nyan dkk dengan alasan yang belum jelas
tapi Mas Yo tetap berlatih di tanah air. Ia kemudian termasuk
atlit yang terpilih untuk beroleh beasiswa di SMP/SMA Negeri
Ragunan, yaitu sekolah khusus buat pendidikan dan pembinaan
olahragawan pelajar. Ia kini duduk di kelas III SMP, dan tinggal
di Wisma Garuda, Ragunan, bersama 25 perenang dari pelbagai
daerah.
Melulu Di Air
Mas Yo anak yang pendiam, dan adakalanya juga kurang bersemangat
diajak ngobrol. Tapi itu tak berarti sulit baginya menyesuaikan
diri mondok dalam satu asrama bersama 73 atlit dari berbagai
cabang olahraga. Sebab ia cukup menaruh minat pada bidang yang
lain juga. Misalnya, musik. Malah pernah belajar main gitar dari
salah seorang saudaranya. Diajak main caturpun Mas Yo tak
menampik. Dan belakangan ini di Ragunan ia coba-coba main tenis,
"senang juga", katanya singkat.
Mula-mula diakuinya ada semacam rasa canggung, bila diingat
sebagai anak tunggal dari keluarga Banu Subadio, Mas Yo baru
pertama kali ini hidup terpisah dari orangtuanya. Namun
lambat-laun ia toh terbiasa juga dengan disiplin atlit di
Ragunan itu, meski ada latihan lari sejauh 10 Km, misalnya.
"Selama ini ia melulu bermain di air", komentar ibunya tentang
latihan darat itu. Begitu pula dengan jam pelajaran sekolah yang
berlangsung sampai pukul 21.30, karena diselang-seling dengan
latihan fisik yang panjang. "Lama-lama, ya betah juga", katanya
sembari ketawa kecil.
Walaupun Mas Yo hampir sepanjang hari menghabiskan waktunya
bagaikan kecebong, namun di mata pelatih drs Saparjiman, ia
terbilang masih suka angin-anginan. Maksudnya, Mas Yo dipandang
kurang berlaku serius ketika latihan. Ini juga diakui ibunya, Ny
Maryam Subadio. "Tapi ia berlaku sebaliknya dalam pertandingan",
tambahnya. Mungkin begitu tabiat anak tunggal.
Akan halnya prestasi yang telah dicapai Mas Yo, "hal itu banyak
ditunjang oleh keluarganya sendiri di rumah", seperti
diutarakan seorang pejabat keolahragaan di Ragunan. Ini mungkin
menarik. Mas Yo tak punya latar belakang keluarga yang doyan
main di air. Ibunya, Ny Maryam -- yang menaruh minat ada bidang
penulisan, adalah cucu almarhum Haji Agus Salim. Sedangkan
ayahnya, asal Yogya, paling banter pernah suka main bola, tapi
rupanya bertekad melahirkan seorang juara di kolam renang. Sebab
dari sang ayahnya ini Mas Yo banyak beroleh semangat, ketika
setiap pagi menjelang Subuh ia selalu dibangunkan untuk diantar
latihan berenang.
Upaya semacam itu dilakukan semenjak Mas Yo mulai mengenal kolam
dalam usia 9 tahun, dan kemudian bergabung dengan klab renang
Baruna. Cuma selang dua bulan setelah masuk klab itu, bersama
perenang cilik lainnya, Mas Yo sudah ikut bertanding memperkuat
klabnya. "Ketika itu, hasilnya nomor buntut melulu", agak geli
ia mengenang masa lalunya.
Kemudian jerih payah bersama -- baik dari ayahnya maupun dari
pelatihnya, nampak tidak sia-sia. Prestasi Kun Hantyo segera
menanjak. Tahun 1975, ia telah membuktikan diri dengan meraih
tempat pertama dalam kejuaraan renang pelajar se-Asia di
Jakarta. Setahun kemudian, ia memperbaiki rekor nasional 100 m
gaya dada dengan waktu 1 menit 12,4 detik (rekor lama atas nama
Ha Kie Nyan: 1 menit 12,75 detik).
Kun Hantyo yang kini dipersiapkan untuk South East Asia Games
1977 Nopember depan di Kuala Lumpur dan Asian Games 1978 di
Bangkok, tampak tidak ingin berhenti sampai di sana. Ia
bercita-cita untuk tampil dalam Olympiade 1980 di Moskow. Ketika
keinginannya itu diutarakannya bekas pelatih Saparjiman
mengatakan bahwa ia punya potensi untuk itu. Tapi, "dalam waktu
dekat ini harus bisa 1 menit 7 detik lho, Mas Yo", ujar
Saparjiman.
Jika target itu berhasil dicapai oleh Kun Hantyo, ini berarti
dalam tempo yang singkat akan terjadi pemecahan rekor nasional
baru lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini